Tiga Puluh

1.1K 56 6
                                    

Gusna's POV

"Kalian lagi berantem? Rambut sama baju kalian kok pada berantakan gitu" ujar Dena.

Jantungku hampir meledak, kenapa aku harus lupa untuk menutup pintu. Entah kesialan macam apa yang tengah menerkamku hari ini, Dena masuk ke kamarku di saat kami sedang melakukan hal yang, aaagggrrhh tidak perlu aku jelaskan detilnya.

"a-ah iya, kita lagi berantem. Kantia sih ngumpetin ponsel gue!" entah dari mana jawaban itu muncul, refleks aku hanya mengucapkannya saja.

Tatapan Dena menyelidik lagi, lalu tiba-tiba iya tertawa cekikikan. Aku dan Kantia semakin kaget dibuatnya, kami saling berpandangan mencoba menerka hal apa yang tertulis dalam benak Dena, dan hal apa yang barusan ia lihat dibalik kamar pintuku.

"oh gitu, ya udah kenapa sih kalian harus tegang banget" jawab Dena, yang membuatku cukup bisa bernapas dengan lega lagi.

Aku beranjak dari posisi dudukku "ya udah gue tinggal dulu kalian berdua, karena gue tau lo ke sini mau ngobrol sama Kantia kan"

Dena hanya mengangguk sambil tersenyum, ekspresinya sangat tidak bisa aku deskripsikan. Seperti masih ada rasa terkejut yang tertanam dalam pikirannya. Kepalaku begitu pusing di buatnya, tanganku bergetar, dan aku begitu syok memikirkan banyak kemungkinan yang akan terjadi. Cemas sekali, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika Dena melihat hal yang seharusnya tidak dia lihat.

Aku melangkah lunglai ke ruang tamu, tempat dimana teman-temanku berada. Lalu kujatuhkan tubuhku di kursi, rasanya aku hampir mati. Otakku seperti tidak berfungsi, entah, aku sangat ketakutan.

Teman-teman menatapku dengan penuh taya "Wajah lo kok pucet gitu sih, kenapa Gus?" Nana terlihat penasaran dengan perubahan derastis dari wajahku.

Aku menggeleng, sambil memaksakan tersenyum "Ah gak apa-apa, gue cuma rada gak enak badan"

"minum obat gih!" Arya terlihat sama cemasnya.

Aku mengangguk, lalu pergi ke loteng rumah. Aku merebahkan diriku di atas kursi panjang favoritku, jantungku masih berdegup kencang, kedua tanganku pun terasa begitu dingin, kepalaku pusing, perutku sakit, dan aku ingin muntah. Entah, separah ini jika aku sudah mencemaskan suatu hal. Beberapa kali kuatur napasku, lalu aku mulai memejamkan mata. Angin sejuk terasa berhembus menerpa permukaan tubuhku.

Ini membuatku merasa jauh lebih baik. Semoga situasi pun menjadi jauh lebih baik lagi.

Kantia's POV

"Barusan lo lagi ngapain sama Gusna?" Dena mengintrogasiku lagi.

"Gue ngumpetin ponselnya Gusna" jawabku mengikuti apa yang barusan Gusna katakana.

"beneran lo?Dena terlihat masih tidak percaya.

"Ya udah gue sama Gusna ciuman" jawabku.

Mata Dena terbelalak "Jangan bercanda lo!"

"Emang gue bercanda, hahaha. Udahlah Den jangan mikir yang aneh-aneh " kataku.

"iya sih, keknya gue harus mulai berhenti nonton film dengan banyak adegan mesum. Otak gue mulai teracuni soalnya." Dena terlihat memijat kepalanya.

"Nge-bokep terus sih lo" aku menoyor kepala Dena, ia sedikit kesal dengan apa yang aku lakukan kepadanya.

"heh, bokep itu penting biar lo gak stress, sekaligus buat sex education juga"

Aku menghela napas "ngomong aja lo suka, pake bawa sex education segala. Bukan kek gitu caranya buat sex education, yang ada otak lo malah makin kotor"

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang