17 | Baikan?

5.3K 320 5
                                    

Ervan tahu dia salah. Orang yang baru pulang kerja inginnya rehat untuk melepaskan penat. Tapi Ervan malah mengajak Sea untuk ribut. Padahal gadis itu mungkin kelelahan sehabis bekerja. Salahkan juga Haru yang tiba-tiba muncul depan rumahnya, yang membuat pertengkaran diantara dirinya dan Sea harus terjadi.

Acara masak memasaknya harus diurungkan karena Ervan tak ada waktu. Juga gadis itu yang tak kunjung keluar kamar setelah bertengkar dengan Ervan tadi.

Sehabis membersihkan diri Ervan mengecek jam di nakas. Sudah semakin larut. Dia bergerak menyeret kakinya keluar kamar. Dan berdiri di depan pintu kamar Sea. Ervan berdehem, lalu mengetuk pintu bercat coklat itu. Sudah beberapa kali dia lakukan, tapi belum mendapatkan balasan.

Tangannya terangkat memegang knop pintu. Mencoba membukanya barangkali Sea tidak mengunci pintu kamarnya. Dan tebakannya benar ketika pintu kayu itu terbuka. Menampilkan gadis itu yang tengah duduk di depan kaca tengah mengeringkan rambutnya.

"Sey," panggil Ervan setelah menutup pintu kamar Sea.

Gadis itu jelas berjengit. Suara hairdryer yang berdengung dekat telinganya, membuat suara pintu terbuka tidak terdengar olehnya.

"Ketuk dulu dong, bikin kaget tahu," ujarnya seraya mencabut colokan.

"Iya, maaf."

Sea tak mengindahkan itu. Setelah membereskan meja riasnya, Sea baru menatap Ervan. "Mau apa ke sini? Kalau mau ajak ribut lagi besok-besok aja. Aku capek banget pengin istirahat."

"Saya mau minta maaf."

Sea tertarik untuk membiarkan Ervan berada dalam kamarnya lebih lama. Supaya dia bisa mendengar lebih lanjut permintaan maaf laki-laki itu.

Tapi Ervan belum melanjutkan ucapannya. Dia bergerak naik ke atas kasur Sea. Duduk bersila di sana lalu menggerakkan tangan, memanggil gadis itu.

"Duduk sini," katanya. Tapi diabaikan Sea. Ervan berdecak. "Ayo, sini."

Akhirnya gadis itu menurut setelah mendengus sebal. Dia mengikuti Ervan duduk bersila atas kasur.

"Maaf sudah membuat kamu salah paham. Saya sama Ayana sudah tidak ada hubungan apapun, kamu tau itu. Kemarin-kemarin yang kamu lihat, itu bukan kami sedang kencan atau apa, tapi memang benar karena pekerjaan. Iya, mungkin terdengar klise ditelinga kamu. Tapi terserah kamu mau percaya atau tidak, saya tidak akan memaksa."

Gadis itu belum menunjukkan reaksi apapun. Namun saat Ervan meraih tangannya untuk digenggam, Sea sedikit tersentak.

"Kalau kamu gak percaya, besok kita tanyakan ke sekretaris saya. Tentang saya yang pergi bersama Ayana itu....."

"Gak usah," sergah gadis itu cepat.

"Kamu percaya?" tanyanya yang diangguki oleh Sea. "Gak apa-apa kalau kamu memang membutuhkan pembuktian."

"Gak usah. Gak apa-apa, aku percaya."

Ervan tersenyum. Mengelus lembut telapak tangan mungil yang digenggamnya.

"Dan soal larangan saya buat kamu jauh-jauh dari Haru, itu masih berlaku. Bukan bermaksud mengekang ataupun membatasi kamu, tapi saya tidak suka. Mau kejadian beberapa tahun itu karena saya dan bukan karena pemuda itu, saya akan tetap larang kamu untuk tidak terlalu dekat dengannya."

Love At First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang