"Tommy! Bangun, Tom, sudah setengah tujuh!"
Alarm ponselku selalu berbunyi pukul lima pagi. Jika aku tidak segera bangun, Mama yang akan datang ke kamarku. Teriakan Mama selalu berhasil membangunkanku, tak peduli seberapa lelah dan mengantuknya diriku.
"Tommy, bangun!" Teriak Mama dari balik pintu sambil menggedor keras.
"Iya, Ma," jawabku malas.
"Kenapa sih pakai dikunci segala? Biasanya kan nggak dikunci!" tanya Mama. "Cepat mandi, sudah setengah tujuh. Nanti telat kamu ke sekolah."
Padahal jam dinding masih menunjukkan pukul setengah enam. Mama memang selalu seperti itu!
Lubang pantatku masih terasa becek dan lengket. Aku menggeliat meregangkan tubuh sambil menyibakkan selimut. Udara pagi yang dingin langsung menusuk tubuh telanjang bulatku. Kak Juna yang terlelap di belakangku juga menggigil kedinginan, yang kemudian mengeratkan pelukannya pada tubuhku untuk mencari kehangatan. Kontolnya yang menegang karena serangan fajar menempel erat di pantatku. Dasar.
"Kakak pagi ini ketemu dosen kakak nggak?" tanyaku
"Ngggghhhh," Kak Juna hanya mendengus seperti kerbau kelelahan.
Aku membalik badan dan berhadap-hadapan dengan kakak tersayangku ini. Kuperhatikan wajah manisnya yang damai terlelap. Rasanya aku takkan pernah bosan memandangi kakak yang menjadi cinta pertamaku ini. Kukecup bibirnya, dan ia kembali mendengus.
Rasanya aku jadi manusia paling beruntung.
Namaku Tommy. Beberapa bulan lagi aku menempuh Ujian Nasional dan lulus SMA. Sementara manusia sempurna di hadapanku ini namanya Arjuna. Ia sedang berjuang menyelesaikan skripsinya dan beberapa bulan lagi akan wisuda.
Banyak teman-temanku yang berkata bahwa aku dan Kak Juna benar-benar tidak mirip, seperti langit dan bumi. Aku hanya tertawa saja, karena mereka tidak benar-benar tahu. Ya, jelas saja kami tidak mirip, karena bisa dibilang kami tidak benar-benar saudara kandung.
Ayah Kak Juna bercerai dengan istrinya ketika Kak Juna baru berusia empat tahun. Aku tidak tahu kenapa tepatnya, dan aku juga tidak ingin tahu karena sepertinya bukan hal yang patut untuk dibahas. Ayah pun akhirnya bertemu dengan Mama dan mereka berdua menikah, lalu aku lahir. Tidak banyak orang yang tahu menahu, apalagi teman-temanku. Aku pun membiarkannya seperti itu karena toh Kak Juna juga menerima aku dan Mama dengan baik.
Secara teknis aku blasteran Cina-Jawa.Penampilanku lebih mirip seperti Mama. Berkulit putih bersih, ramping, mungil (maksudnya tinggiku bertahan di 168 cm dan tidak bisa bertambah lagi. Menyebalkan!), tapi bermata lebar. Menurutku aku juga cukup ganteng, karena cukup banyak cewek-cewek yang naksir padaku, entah itu sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Tapi sayangnya aku gay. Aku tidak memilih untuk jadi gay, karena sudah sejak dulu aku selalu mengagumi laki-laki dan tidak pernah merasakan jatuh cinta kepada perempuan, seperti yang teman-temanku rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Terlarang (Kumpulan Cerita)
General FictionSebuah kumpulan cerita pendek (one shoot) tentang hubungan yang tidak seharusnya terjadi. WARNING! Mengandung unsur LGBT dan adegan seksual yang digambarkan secara eksplisit. Hanya untuk pembaca dewasa (21+). Bagi yang belum cukup umur atau tidak me...