#24 Salah Jalan

13.1K 705 124
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Saat orang lain tertawa, biarkanlah! Mungkin itu saatnya dia bahagia. Bersabarlah dan tunggu saatnya Allah menghadirkan bahagiamu."
.
.
.
Happy Reading

Ini benar-benar hari yang tak kuharapkan. Bukannya tak bersyukur karena masih diberi kesempatan bernapas dan berpijak di bumi ini. Melainkan karena harus kembali bertemu dengan dia, orang yang tengah kuhindari.
         
Aku tengah berusaha melupakan Gus Akhsan, mengingat pilihan Ummah Zahra tentang sebuah ikatan halal itu. Akan tetapi, mengapa hari ini dan beberapa hari ke depan justru akan sering dipertemukan? Kalau seperti ini caranya, bagaimana caranya aku menyembuhkan luka di dalam sana?
         
Ingin rasanya aku mengeluh karena alur skenario hidup ini yang rumit, tentu saja karena adanya raaa cinta. Akan tetapi, mengeluh pun percuma, tak akan bisa menyelesaikan apa-apa. Justru hanya akan semakin menambah beban di hati.
         
Lari dari kenyataan pun tak akam bisa. Karena hidup merupakan sebuah perjalanan, bukanlah pelarian. Sudah semestinya kita melalui setiap proses dalam kehidupan. Sebahagia atau semenyakitkan apapun itu.
         
Lagi pula semua kenikmatan dan cobaan hadir atas kehendak-Nya. Begitu pun rasa yang kini hadir menjalar di hatiku pun atas kehendak-Nya. Siapa yang bisa menghindar? Percayalah, Sya. Allah tak akan menguji seorang hamba di luar batas kemampuannya.
         
Oke, bismillah. Niatkan semuanya hanya karena Allah, cukup jalani semuanya lillahi ta’ala. Libatkan rasa ikhlas, jangan pernah libatkan perasaan lain. Kamu pasti bisa, Nasya! Aku hanya bisa menyemangati diri sendiri, karena jujur saja aku belum berani bercerita permasalahan ini kepada siapapun.
         
“Gus, cepatlah! Biar cepat selesai. Aku kurang enak badan.” Izinkanku meralat, bukan kurang enak badan alias dahi yang panas, melainkan hati.
         
Hari ini menuntut tanggung jawabku untuk bertugas bersama Gus Akhsan. Dari hasil rapat yang kutinggalkan kemarin, kami mendapatkan tugas berkeliling penarikan sadaqah guna berbagi takjil saat bulan Ramadan yang tak terasa tinggal menghitung hari dan acara tahunan sebelum bulan ramadhan tiba, seperti santunan.
         
Saat ini, kami diberi tugas pada sekolah MI atau setara dengan tingkat sekolah dasar yang masih berada di bawah naungan  pondok pesantren Raudlatul Jannah juga.
         
Anak selolah dasar, kok, dimintai sadaqah? Jangan salah. Yang namanya sadaqah itu seikhlasnya, tak ada paksaan. Mau memberi atau tidaknya itu terserah. Lagi pula, apa salahnya melatih bersadaqah semenjak usia dini? Tentu tidak ada.
         
Melatih anak untuk berbagi semenjak usia dini itu penting. Menyisihkan apa yang dimiliki untuk orang yang lebih membutuhkan, terlebih untuk di jalan Allah. Mengingat sejatinya semua yang ada di dunia ini hanyalah titipan dari Allah, bisa diambil kapan saja, dan ada hak orang lain dari harta yang kita miliki.
         
“Kamu sakit?” tanya Gus Akhsan yang tampak khawatir, terdengar dari cara bicaranya.
         
“Enggak penting, Gus,” jawabku datar sembari masih terus berjalan.
         
“Kalau kamu kurang enak badan, istirahat saja. Aku bisa sendiri, kok. Kalau enggak tukar tugas dengan Alesha di koperasi umum.” Aku bisa mendengar dengan jelas bagaimana sarannya. Akan tetapi, sepertinya ini hanya akal-akalannya saja supaya bisa berdekatan dengan Alesha. Astagfirullah, pemikiran macam apa itu, Nasya!
         
Aku terkekeh secara terpaksa. “Ngebet sekali sepertinya, Gus. Sebentar lagi jadi mahram, kok. Bukannya njenengan sendiri yang bilang harus jaga batasan?” Nyatanya suara dan raut mukaku berbanding jauh.
         
“Lalu apa bedanya dengan kita?” Pertanyaan Gus Akhsan berhasil membuat derap langkahku terhenti.
         
“Jelas berbeda, aku enggak pakai perasaan waktu dekat sama njenengan, Gus. Sudahlah, cepat!” Aku benar-benar benci dengan keadaan ini. Tak ingin mendengarnya berujar lebih banyak, aku pun bergegas pergi dengan langkah jenjang.

Kutukan Cinta Gus Tampan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang