About Life

685 99 5
                                    

“Yeobo, kenapa dia belum sadar juga?” Moon Haekyung menatap suaminya, Jung Sungha. Pria berusia 58 tahun hanya mampu menenangkan istrinya. “Kau harus tenang, bukankah dokter bilang kalua dia baik-baik saja? Dia akan sadar sebentar lagi.”

CEKLEK.

Kedua orang tua itu menoleh begitu mendengar suara pintu ruang VIP terbuka. Di sana sudah ada Suzy dan Jonghyun. “Selamat pagi.” Suzy membungkuk, memberi hormat, diikuti Jonghyun.
Sungha mengangguk pelan, “Aku harus memeriksa keadaan pasien.”
Haekyung menatap pergerakan Suzy. “Dokter, kenapa putraku belum juga sadar…bukankah kau bilang dia akan segera sadar?”
Suzy tersenyum ramah, ia sudah terbiasa berada pada situasi seperti ini. “Ini wajar, putra anda mengalami cedera otak ringan, dimana terjadi kerusakan bagian otak yang bisa dikatakan minimal karena ditandai dengan hilangnya kesadaran dalam waktu singkat. Benturan yang terjadi saat kecelakaan kemarin memicu terjadinya epidural hematoma. Epidural hematoma ini menyebabkan robekan pembuluh darah di bawah tulang kepala putra anda.”
Sungha mengangguk paham, Suzy sudah menjelaskannya kemarin, tapi dokter itu kembali harus menjelaskannya pada sang istri.
“Dokter Choi sudah menjelaskannya kemarin.” Sungha menepuk bahu istrinya, mencoba menenangkan.
Jonghyun tersenyum, meneatap sekilas ke arah Suzy. Dokter residen tingkat 4 itu selalu takjub tentang cara Suzy menerangkan keadaan pasien kepada keluarganya. 
“Anda tak perlu khawatir, epidural hematoma yang terjadi di putra anda tergolong tidak parah karena pasien kemarin segera mendapatkan pertolongan pertama. Mungkin putra anda nantinya akan memiliki keluhan pada kemampuan melihat, berbicara, gerak atau kesadaran, tapi itu tidak berlangsung lama. Jonghyun~ah, segera lakukan MRI (Magnetic resonance imaging) begitu pasien sadar. Periksa kondisinya dan laporkan perkembangannya setiap empat jam sekali.”
Jonghyun mengangguk patuh. “Aku harus menangani pasien lain, Dokter Residen Kim akan menjelaskan detailnya, maaf, aku harus pergi.” Suzy membungkukkan tubuhnya lalu berjalan keluar ruangan.
“Apakah putraku baik-baik saja?”
Jonghyun mengangguk. “Ne. Putra anda baik-baik saja, dia telah ditangani oleh salah satu dokter handal di rumah sakit ini. Dokter Choi adalah salah satu dari lima dokter spesialis terbaik yang dimiliki rumah sakit ini.”
“Dahengida.”
--

Suzy baru saja kembali dari cafetaria, tadi Suho menitip dibelikan kopi. Netranya mengernyit begitu ia melihat sosok Baekhyun tengah berlari di koridor lantai 1. “Mwoya, kenapa Baekhyun oppa sampai berlari seperti itu?”

“Jweosonghabnida.  Jweosonghabnida. Jweosonghabnida.” Baekhyun terus berlari diikuti seorang dokter residen di belakangnya. Tadi ia diberitahu dokter residennya, Kim Donghan kalau pasien yang baru saja masuk merupakan anak usia 5 tahun yang baru saja mengalami konstipasi.

Baekhyun terlihat menetralkan nafasnya begitu sampai di IGD rumah sakit. “Bagaimana keadaannya?”
“Dokter Baek. Maafkan aku. Dokter magang kami sepertinya terlalu kaget dan langsung menghubungi anda. Sekali lagi aku minta maaf.”Dokter jaga bernama Kim Yeri itu membungkukkan tubuhnya ke arah Baekhyun. “Kami sudah melakukan enema*” *(prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon melalui anus. Enema dapat ditujukan untuk merangsang peristaltik kolon supaya dapat buang air besar, membersihkan kolon untuk persiapan pemeriksaan operasi)
Baekhyun tersenyum kecil. “Syukurlah.” Baekhyun menatap sejenak pada dokter jaga di sampingnya yang kini terlihat tengah menenangkan ibu pasien.
“Putra anda baik-baik saja, anda pasti terkejut.”
Ibu pasien mengangguk.
“Tidak apa-apa, ini hal yang biasa terjadi pada anak-anak. Tidak perlu khawatir. Banyak anak seumuran Jiwon datang ke IGD karena konstipasi. Jiwon anak pertama kan?”
Sang ibu kembali mengangguk. Yeri mengusap pelan lengan wanita di depannya. “Ibu dari anak pertama sering kaget saat datang ke IGD. Ibu anak kedua, ketiga atau keempat biasanya sudah terbiasa..mereka sudah ahli. Mereka hanya datang untuk meminta obat, lalu mengobrol.”
Wanita itu menatap Yeri, “Aku sangat khawatir terjadi sesuatu pada anakku, aku sangat tidak berpengalaman menjadi ibu.”
Yeri tersenyum, sedangkan Baekhyun hanya bias menatap keduanya. Donghan? Namja itu malah menatap heran ke arah Baekhyun.
“Ibu-ibu berpengalaman pun awalnya pasti kaget. Jangan terlalu menyesali karena itu hal yang wajar. Sekarang Jiwon sedang beristirahat, bagaimana kalau anda juga istirahat dulu? Kopi di sini begitu enak, kajja eomonim.” Yeri menuntun wanita muda di sampingnya meninggalkan IGD.
“Dokter Byun?” Donghan berbisik di telinga Baekhyun.
“E-eoh? Wae?”
Donghan menggeleng. “Animida. Tapi, ponsel anda bergetar sejak tadi.” Donghan menunjuk saku jas dokter Baekhyun.
“Aish…pasti Suho Hyeong.” Baekhyun mengambil ponselnya dan di sana tertera nama Suho.

Suho Hyeong
Cepat kemari atau Seulgi tak akan menyisakan makan siang untukmu.

Baekhyun mencibir. “Operasi Minji masih dua jam lagi kan?” Baekhyun kembali memasukkan ponselnya ke saku, menatap ke arah Donghan.
Donghan mengangguk. “Ditambah waktu anastesi, masih sekitar dua setengah jam lagi.”
Baekhyun mengangguk. “Baiklah. Kau bisa makan siang, lima belas menit sebelum operasi dimulai, kita bersiap.”
Donghan mengangguk. “Terimakasih Dokter.”
Baekhyun hanya mengangguk, lalu berlalu setelah menepuk pundak Donghan.
--

Seulgi tertawa terbahak begitu melihat wajah kesal Baekhyun. Namja itu hanya disisakan setengah porsi tteokpoki. “YA! Aku ini lebih tua darimu, dasar gadis kurangajar.” Baekhyun bersiap memukul Seulgi dengan sumpit, tapi Suzy buru-buru menahannya.
“Oppa, itu terlalu pedas. Tak baik untuk lambungmu, hobi sekali memakan makanan pedas. Ige, makan sup jamur ini.” Suzy menyodorkan satu mangkuk sup jamur.
Baekhyun mendesis. “Arasseo-arasseo. Kalian semua menyebalkan sekali. Eoh, dimana Sehun?”
Suho mengedikkan bahu. “Ruangannya kosong tadi.”
“Sejeong juga ada bersama perawat.” Suzy menambahkan.
Seulgi masih asik menikmati makanannya. “Biarkan saja, nanti dia juga kemari.”
Lalu ketiga orang lainnya mengangguk.
“Ya, haruskah kita pesan lagi? Aku lapar sekali.” Suzy menatap bergantian pada ketiga orang di sekelilingnya.
“Geurrae, pesan saja.” Seulgi menambahkan.
“Yang dekat saja, biar datang lebih cepat, aku ada operasi setelah ini.” Baekhyun menyesap sup jamurnya.
“Geurrae. Samgyeopsal?” Seulgi menunjukkan layer ponselnya.
“Call!”
--

Sehun hanya terdiam menatap dua orang di depan mobilnya. Dia berada di basement parkir apartemen Mina, adiknya. “Oh Sehun..kau sudah seperti penguntit.” Namja itu menundukkan wajahnya, berusaha tak terlihat dari duduk di kursi kemudi.
Kedua matanya membulat begitu melihat kedua orang di hadapannya berciuman. “Astaga…apa yang harus aku lakukan…” lirihnya.
Layar ponselnya menyala. Suzy menelpon. Tapi Sehun memilih abai. Ia masih memastikan kalau wanita di depan sana adalah orang yang ia kenal.
“Geundae….bukankah nuna sedang hamil?”
Sehun kembali melirik ponselnya. Suzy kembali menelpon. “Tsk…dokter otak ini.”
Wae?

Eodi?

Di jalan.

Ya! Tutup telfonnya! Kebiasaan sekali.

Kau yang menelpon, dasar menyebalkan. Keuno.
TUT.

“Haruskah aku memberitahu Hyeong? Astaga...bagaimana ini." Keluhnya.

TBC

Beberapa bagian ada yg aku tulis ulang dari website https://korean-drama-addicted.blogspot.com/2020/03/sinopsis-hospital-playlist-episode-2.html?showComment=1594032075350#c432380182652119712

Itu website yang mempublish sinopsis hospital playlist. 🙏

Love In EmergencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang