AX 62 - All Questions

111 23 12
                                    

Ig: @Anantapio26_

Semuanya sudah terlelap dalam mimpi indah setelah seharian berkeliling menikmati eloknya pelataran Bali. Sedang di tempat ini masih tersisa dua hari lagi sebelum akhirnya pulang. Nanta sudah siap dengan segala alat tempurnya, dengan tubuh dibaluti jaket denim navy ia menyelinap keluar melewati lorong kamar hotel, menghampiri Laisa yang ternyata sudah menunggunya di sebuah gazebo.

Pukul dua dini hari, masih ada waktu tersisa lima jam menuju bandara Ngurah Rai. Raut cemas nampak jelas di wajah gadisnya yang hanya diam menatap jalanan di luar jendela mobil.

"Kenapa harus sekarang, sih?" tanya Laisa setelah hampir satu jam memilih diam.

"Malam tahun baru kali ini akan terlalu riuh bagi kita, La."

"Bagi kamu. Aku nggak, kok."

Nanta menggenggam erat tangan gadisnya. Nyaris pukul empat pagi, mobil yang ditumpanginya berhenti. Ia segera membawa gadisnya keluar dan menuju gate.

Satu jam kemudian pesawat yang akan membawanya ke pulau Maluku sudah siap. Raut penuh ketakutan dari gadisnya pun sejak tadi belum berubah.

"Tenang saja. Semuanya akan baik-baik saja, La." Suara pelan Nanta merambat masuk ke gendang telinganya. "Lalaku sayang, harus bahagia." Mendengar panggilan itu ia segera menolehkan kepalanya, menatap Nanta dengan raut penuh tanya.

"Ada duniaku yang menyisip di antara dua duniamu, La. Nanti kujelaskan. Sekarang, istirahatlah."

Laisa menurut. Ia menyandarkan kepalanya pada bahu Nanta seperti biasa. Berusaha menenangkan rasa gelisahnya karena kali ini Nanta benar-benar menculiknya.

"Kamu mau bawa aku ke mana, sih?"

"Harus kujawab sekarang?"

"Menurutmu?"

"Nggak perlu. Nanti juga kamu tahu."

Laisa memilih terlelap setelah semalaman harus terjaga agar bisa melancarkan satu rencana yang Nanta buat. Semoga tidak terjadi hal buruk untuknya juga lelakinya.

***

Mobil hitam nampak sudah siap membawanya ke surga dunia yang seakan sudah menantikan bidadarinya untuk datang. Udara hangat dari mentari pagi menyentuh tubuhnya, membelainya lembut serta penuh keramahan.

Mobil itu lantas melaju, membawanya menuju surga dunia yang ditunggu. Berharap semua tanya di dalam benaknya tidak lagi terbang hambur tak beraturan.

Sudah hampir setengah perjalanan, namun diam masih menjadi pilihan di antara keduanya. Nanta pun memilih untuk membiarkan Laisa sibuk dengan pikirannya sendiri, lagi pula ia pun tidak mengerti harus berkata apa pada gadisnya. Ia sendiri pun tak paham apa yang membuatnya harus membawa gadisnya berlari sejauh ini hingga menyebrangi lautan.

Tak ada yang mampu mengerti antara isi benak kita, La. Selain semesta yang tetap memaksa kita untuk pasrah kemudian berpisah. Dan aku tak akan membiarkan hal itu terjadi. Bagaimana pun caranya, aku akan mempertahankanmu. Memaksa semesta agar mau berpihak pada kita, apa pun caranya asal tidak melukaimu.

Hamparan luas pasir putih dan bentangan bibir pantai berhasil membuat takjub gadis di sampingnya. Mobil yang sempat membawanya ke tempat ini sudah berhenti tepat di depan sebuah rumah panggung sederhana. Perlahan, kehadiran Nanta membuat rasa takutnya terhadap laut pun terkikis.

"Indah, La. Seperti kamu."

Kalimat yang Nanta utarakan membuatnya cukup tersanjung. Ia pun memukul pelan bahu lelakinya. Lantas Nanta membawanya masuk ke sebuah rumah panggung sederhana khas Maluku, seorang wanita dan pria paruh baya sudah siap menyambut kedatangannya.

AXIOMATIC (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang