Egotistic

7.5K 741 326
                                    

Wonwoo pun mengecup kening Mingyu dengan lembut untuk waktu yang lama. Tetapi Mingyu tidak pernah sadar bahwa pada malam itu, keningnya tidak hanya merasakan kecupan hangat nan lembut dari Wonwoo, melainkan tetesan-tetesan air mata yang mengalir deras dan sangat sulit untuk Wonwoo kendalikan.

His heart was broken without him knowing.

"I'm sorry, Mingyu."



{}



Waktu telah menunjukkan pukul setengah lima pagi dan Wonwoo sama sekali belum tertidur. Batinnya begitu tersiksa sepanjang malam sehingga ia hanya bisa memeluk erat sosok Mingyu yang saat ini masih tertidur pulas di pelukannya.

Kelasnya hari ini di mulai pukul delapan pagi, sedangkan ia sama sekali belum tertidur. Kepalanya mulai berdenyut sakit akibat menangis untuk waktu yang cukup lama.

'Should I leave now? Ah, my head hurts like hell. So does my heart, fuck.'

Wonwoo kemudian melepaskan pelukannya pada Mingyu dan menyingkirkan tangan Mingyu yang melingkar di pinggangnya dengan gerakan selembut mungkin agar lelaki itu tidak terbangun. Wonwoo bangkit dari kasur sambil sedikit meringis akibat bagian bawahnya yang terasa sedikit nyeri. Ia meraih sweater hitamnya yang teronggok di lantai karpet dengan susah payah lalu memakainya, tidak lupa sweatpants-nya yang semalam sempat di buang Mingyu ke sembarang arah.

Wonwoo berjalan ke arah dapur untuk mencari kotak obat guna menemukan obat sakit kepala sebab untuk sekedar berpikir saja rasanya Wonwoo tidak sanggup. Setelah menemukan kotak tersebut, Wonwoo sontak mengambil sebutir obat sakit kepala kemudian meminumnya. Ketika ia hendak menutup kotak obat itu, matanya menangkap sebuah tabung obat kecil berisi pil-pil aneh yang tidak pernah ditemukannya di apotek. Ia mengernyit bingung.

Dengan kepala yang masih berdenyut sakit, Wonwoo meraih tabung obat tersebut kemudian membaca informasi kecil yang tertempel di permukaannya.

'Rumah sakit? Is he ill or something?'

Ceklek,

Suara pintu tertutup membuat Wonwoo sontak mengembalikan benda yang dipegangnya tersebut ke tempatnya semula. Ia dengan cepat menutup kotak obat tersebut bertepatan dengan Mingyu yang menatapnya panik.

Greb!

Mingyu sontak memeluk tubuh Wonwoo dengan erat. Hal tersebut membuat Wonwoo tentunya sedikit bingung. Pasalnya, lelaki itu datang dengan raut wajah panik yang sangat sulit untuk digambarkan.

"I thought you left me."

Well, shit.

Mengapa di saat seperti ini rasa sakit itu kembali? Padahal Wonwoo bahkan sudah bisa mengabaikan perasaan itu beberapa menit yang lalu.

Wonwoo sontak memejamkan matanya kala rasa sakit itu kembali menyerang tubuhnya. Ia balas memeluk Mingyu dengan erat seraya menikmati rasa sakit dan sesak yang menyiksa hati juga raganya beserta kepalanya yang kembali berdenyut nyeri.

"Why did you wake up this early, Mingyu?" Tanya Wonwoo dengan lembut.

"Wonwoo, demi apapun gue takut banget pas sadar lo gak ada di samping gue. Gue takut banget lo ninggalin gue tadi. Feeling gue udah nggak enak banget dari semalem." Ucap Mingyu seraya mengeratkan pelukannya pada tubuh Wonwoo. Wonwoo tersenyum getir.

'I was. I really was going to leave you after this but, fuck! God, why is this so hard?' Lanjutnya di dalam hati. Wonwoo sama sekali tidak mengeluarkan suaranya, ia lagi-lagi tengah menikmati keberadaan dua perasaan yang saling bertolak belakang di dalam dirinya. Pelukan Mingyu terasa sangat nyaman, namun juga menyakitkan di waktu yang bersamaan.

Denialism | Meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang