Malam itu Soonyoung tak bisa memejamkan matanya barang sebentar. Kepalanya masih terisi oleh Jihoon. Berulang kali ia mengumpulkan niat untuk menghubungi Jihoon, sekadar ingin mendengar suara manis sahabatnya yang sudah lama tak ia dengar.
Sekarang sudah hampir pukul setengah dua dini hari. Sebuah tindakan gila akhirnya dilakukan Soonyoung. Pemuda itu bersandar pada kepala ranjangnya lalu menempelkan ponsel di telinganya.
"Halo."
"Soonyoung? Ada apa menelepon malam-malam begini? Kau belum tidur?"
Bibir Soonyoung mengulas senyum tipis ketika telinganya mendengar suara yang sudah lama tak ia dengar. Suara Jihoon.
Agak gila sebenarnya menelepon seseorang pada pukul dua dini hari, tapi mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur.
"Kau sendiri kenapa belum tidur anak nakal? Kau masih suka begadang semalam suntuk untuk membaca novel?"
"Aku tidak sedang membaca novel." Balas Jihoon. "Aku hanya tak bisa tidur."
"Ada sesuatu yang kau pikirkan?" tanya Soonyoung.
Di seberang sana, Jihoon yang tengah merebahkan tubuhnya pada ranjang menyunggingkan senyum miris ketika mendengar pertanyaan Soonyoung.
Ada sesuatu yang ia pikirkan? Tentu saja ada.
Soonyoung. Dia lah yang tengah Jihoon pikirkan sekarang.
"Ada." Jawab Jihoon singkat.
"Begitukah? Apa itu?"
"Kurasa kau tidak perlu tahu." Jawab Jihoon.
Tanpa Jihoon tahu, jawabannya tadi membuat senyum di bibir Soonyoung meredup. Entah apa, tapi Soonyoung merasa ada yang berbeda dari Jihoon. Sahabatnya itu memang pendiam dan jarang bicara, tapi Soonyoung tahu jika sekarang Jihoon berbeda padanya, walaupun ia tidak tahu apa itu.
"Kenapa?" tanya Soonyoung. "Apa itu rahasia?"
"Ya," jawab Jihoon. "rahasia yang sangat besar."
"Apa aku tidak boleh tahu? Kita kan sahabat."
Sahabat. Kata yang sangat Jihoon benci.
Jihoon tertawa miris dalam hati. Ia muak karena ia tak bisa melepaskan label sahabat yang menempel padanya.
Tak ingin jujur, tapi bohong membuatnya semakin sakit.
"Ji? Kau masih disana?" suara Soonyoung membuat lamunan Jihoon pecah.
"Y-ya," balas Jihoon.
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, Ji. Apa aku ti-"
"Eum...Soon, aku mengantuk. Bisa kita lanjutkan lain waktu?" Jihoon sengaja memotong ucapan Soonyoung.
"A-ah...begitu," kata Soonyoung. "Kalau begitu baiklah. Toh, ini juga sudah hampir pukul dua pagi, kau harus tidur kalau tidak mau terlambat besok."
Jihoon tak memberikan balasan. Lidahnya terlalu kelu untuk membalas.
Tidak bisakah dia berhenti memberikan perhatian? Jihoon muak. Ia muak karena ia selalu jatuh pada Soonyoung setiap pemuda itu memberinya perhatian, bahkan perhatian kecil seperti ini sekalipun.
"Kalau begitu....aku tutup teleponnya." Kata Soonyoung. "Selamat malam, mimpi indah."
Jihoon menjatuhkan ponselnya ke atas ranjang, ia menekuk kedua kakinya lalu menyembunyikan wajahnya pada kedua lututnya. Meruntuki dirinya sendiri yang jatuh semakin dalam pada Soonyoung, padahal ia sadar kalau dirinya hanya dilabeli sebagai sahabat oleh Soonyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestfriend | Soonhoon [✔]
Teen Fiction[Soonhoon BXB] Jihoon dan Soonyoung adalah sahabat sejak kecil. Tapi bagaimana jika salah satu diantara mereka melibatkan perasaannya dalam persabahatan itu? Apakah persahabatan itu akan tetap bertahan? Start: 28.06.2020 End: 15.10.2020