Angin Jakarta Yang Sejuk

36 3 1
                                    

Pemuda itu tengah duduk sambil menggenggam ponselnya. Ia menurunkan topinya dan menutupi 2/3 wajahnya.

"Akh, panas sekali," ia merogoh sesuatu dari tas kecil yang ia ikat di pinggangnya. Sebuah botol mirip botol lotion dan ia mengeluarkan isinya, meletakkannya di atas punggung tangannya dan mengoleskannya, tertulis di kemasannya "Sunblock SPF tinggi", jadi.. itu sunblock, aneh rasanya melihat laki-laki menggunakan sunblock. "Akh, benar-benar panas."

Sebuah taksi datang dan pemuda itu mengangkat barangnya ke dalam bagasi dan memasuki taksi itu.

"Ke Depok, Pak," pemuda itu menyodorkan uang.

"Ini lebih, mas," kata pengemudi taksi.

"Tak apa, itu tip dari saya," kata pemuda itu sambil tersenyum dan mengenakan masker untuk menutup hidung dan mulutnya.

"Darimana, mas?" pengemudi taksi berbasa-basi sedikit, "ah, iya, nama saya Ahmad," pengemudi itu mengenalkan diri.

"Dari luar, pak," pemuda itu tersenyum kecil, Ahmad selaku pengemudi taksi bisa melihatnya lewat kaca belakang. "Ichiro Ryung Seo, panggil Ryung Seo."

"Ah, dari.. negeri luar," Ahmad tersenyum dengan memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih. "Pantas, bajunya saja sudah khas."

"Khas?" kata Ryung Seo selaku pemuda itu heran.

"Iya," lanjut Ahmad, "style yang casual tapi modis di mata perempuan Indonesia," kata Ahmad. "Jangan terkejut, aku tahu tentang fashion karena istriku membangun butik," lanjutnya sambil tertawa.

"Ah, haha," Ryung Seo tertawa.

"Mas fasih sekali, ya bicara bahasa Indonesianya, biasanya penumpang turis yang naik taksiku masih gagap-gagap dan susah diajak basa-basi," komentar Ahmad.

"Ah, terima kasih," ucap Ryung Seo malu-malu. "Saya sudah belajar cukup lama."

"Ah.." kata Ahmad, "mas ingin kacamata tidur? Perjalanan dari Soekarno Hatta ke Depok itu lumayan lama, mas, bisa 2 jam lebih," Ahmad menyodorkan kacamata tidur berwarna hitam, tatapan matanya masih kearah jalan raya yang mulai ramai.

"Ah, boleh, terima kasih," Ryung Seo menerimanya sambil membungkukkan badannya sedikit, ia mengenakan kacamata tidur itu di matanya dan mengenakan bantal leher agar tidurnya lebih nyaman dan menutup matanya cepat. Ahmad terus melaju agar tidak memakan banyak waktu.

===

"Ah, ini rendang! Wah, ini dari Jawa dan ini dari Padang, banyak yang bilang dari Padang ini pedas, baiklah, aku akan makan." Seorang perempuan tengah duduk dan berkomat-kamit tak jelas di depan layar sambil tersenyum paksa.

"Ah, hanya nee-chan (kakak) yang nonton," desahnya. "Aku makan, ya.."

"Cepat makan dan akhiri siaran aneh ini!" Muncul pop out tulisan di layar, sebuah komentar dari situs live streaming perempuan itu, dari kakaknya sendiri, itu tertulis di nama akunnya dengan namanya.

"Akh, kalau tidak mau tonton keluar saja!" seru perempuan itu kesal. "Astaga, penonton yang buang-buang waktu." Ia segera melahap, bukan, ia mengaduk rendang terlebih dahulu sambil nyengir dan menikmati wangi rendang Jawa dan rendang Padang yang ada di depan matanya.

"Aikh.. betapa menggelikan suaranya.." kakaknya yang menonton dari seberang bergidik ngeri. "Kenapa aku harus menghabiskan waktuku yang berharga dengan menonton ini?"

"Mmm.." perempuan itu mulai memakan rendang Padang. "So spicy.." perempuan berbisik.

"Aiu.. menggelikan sekali!" kakaknya mematikan mikrofon agar tak mendengar suara menggelikan adiknya itu.

Trust and DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang