Dongbin masih belum beranjak dari tempatnya. Sejak selesai istirahat dia sama sekali tidak kembali ke kelas hingga pulang sekarang. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya digudang. Bukan tanpa sebab ia memilih untuk menyendiri digudang itu. semenjak kejadian saat jam istirahat ia sama sekali tidak menampakkan dirinya didepan Junghwa. Sejujurnya ia sangat kesal dengan gadis itu, tapi dia juga tidak paham apa yang dia kesalkan dari gadis itu. meskipun begitu, ia tidak melepas Junghwa begitu saja, ia meminta temannya untuk mengantarkan Junghwa pulang.
Dongbin akui, ia sudah jatuh kedalam pesona gadis polos itu. Junghwa, gadis itu memberikan sedikit warna pada kehidupannya. Ia sering tersenyum dengan sendirinya ketika mengingat gadis itu. tingkah randomnya itu terkadang membuat Dongbin gemas dengannya. Tapi disisi lain dia tidak menyukai sifat polos gadis itu. akan terdengar aneh memang, tapi jujur saja Dongbin menyukai gadis itu karena tingkahnya dan juga wajahnya yang selalu menampilkan berbagai ekspresi. Yang dikatakan Dabin mungkin ada benarnya. Banyak yang menyukai gadis itu. Sepertinya kali ini Dongbin memerlukan bantuan dari seorang pakar cinta dan juga perempuan. Siapa lagi kalau bukan Kang Dabin. Laki laki idiot yang sayangnya merupakan teman Dongbin itu tidak pernah gagal sekalipun dalam menaklukan perempuan. Brengsek memang.
Setelah merasa puas menyendiri di gudang, Dongbin memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Dengan mobil kesayangannya itu, ia membelah jalanan Seoul. Dongbin berniat untuk berjalan jalan terlebih dahulu niatnya hanya ingin menenangkan pikirannya. Nyatanya hanya untuk berkelling Seoul saja menghabiskan waktu yang cukup lama, Tepat pukul 7 malam ia memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Ia ingin segera merebahkan dirinya pada ranjangnya yang sudah beberapa hari ini menganggur karena menginap ditmpat Junghwa.
Perjalanan yang awalnya berjalan mulus tanpa ada halangan sedikitpun, berubah ketika beberapa mobil mencegatnya. Hari ini Dongbin merasa lelah meskipun ia membolos, tapi tetap saja ia lelah. Dia sedang tidak dalam mood yang baik untuk menghabisi seseorang saat ini.
Terlihat beberapa orang yang bertubuh besar turun dari mobil yang ada didepannya itu. mau sebesar apapun musuh yang Dongbin hadapi, tetap saja akan habis ditangannya. Dengan malas Dongbin turun dari mobilnya. Tepat saat dia berdiri didepan mobilnya, keluar seseorang dengan penampilan rapi dan juga gaya angkuhnya. Siapa lagi kali ini yang akan mengemis padanya, begitu pikir Dongbin. Ia sudah sangat hafal dengan kejadian seperti ini.
"Jangan buang buang waktuku, katakan apa yang kalian inginkan." Ujar Dongbin to the point.
Orang itu hanya terkekeh. "Kau ini tidak bisa diajak basa basi terlebih dulu ya?"
"Untuk apa aku berbasa basi lagi jika aku sudah tau apa yang akan kau sampaikan."
"Sepertinya kau tidak bisa dianggap remeh, Han Dongbin."
Alis Dongbin bertautan. Bagaimana bisa orang ini tau nama aslinya?
"Kau ingin bertanya darimana aku bisa tau namamu? Itu hal yang snagat mudah untuk aku lakukan."
"Kau pikir menghabisimu adalah hal yang sulit aku lakukan?" celetuk Dongbin. Dia masih menahan emosinya.
"Kau memang pemberani ternyata. Baiklah, tujuanku hanya ingin mengajakmu untuk ikut bersama denganku." Jawab orang itu.
Dongbin memutar bola mata dengan malas. Benar dugaannya. Dongbin sungguh sudah hafal dengan kejadian seperti ini. Terkadang dia tak habis pikir. Apa dia seterkenal itu sehingga banyak pimpinan gangster ataupun mafia mengajaknya untuk bergabung. Ia bukan antek antek mafia, dia hanya seseorang yang ingin membalas kematian orangtuanya.
"Kau ini siapa sebenarnya?" tanya Dongbin. Jujur dia sudah merasa jengah dengan kejadian seperti ini.
"Aku? Akhirnya kau menanyakan siapa aku. Aku Choi Youngmin, pimpinan mafia yang terkuat dengan tahta dan kekuasaan yang sudah aku kuasai semalam hampir 20 tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE : lies and revenge
Mystery / ThrillerDunia kejam? Ya, bahkan sangat kejam. Dunia ini seperti panggung sandiwara. Dimana pun, kapan pun, kemana pun kita pergi, pasti ada sandiwara yang akan disuguhkan didepan mata. Sandiwara yang sangat kejam. Bahkan lebih kejam daripada takdir. Takdir...