Segores Darah memutus Urat
Dua Gores Darah menebas Tulang
Purnama bergelimang darah
***
Syair itu terngiang ditelinga Jagadnata. Syair yang menggidikkan dan pernah menghantui dunia persilatan lima puluh tahun yang lalu. Berkenaan dengan seorang iblis jago pedang dari kalangan hitam. Iblis itu menyandang sebilah pedang serba merah seperti pemuda yang ada dihadapannya saat ini.
Saat itu telah banyak jatuh korban jiwa dari kalangan pendekar maupun pertapa yang mencoba berduel dengan iblis tersebut.
Mereka menjulukinya iblis Pedang Merah Darah karena ujung pedang merahnya selalu terselimuti Darah para perdekar yang tewas mengenaskan.
***
Huekkk
Larantuka terhuyung mundur lima langkah, darah segar muncrat dari mulutnya membasahi tanah! Pukulan jarak jauh dari Jagadnata tadi disertai tenaga dalam yang dahsyat sehingga mengaduk semua isi dalam perutnya.
Candika terkejut, walaupun latar belakang pria masih misterius baginya, ia telah menolong gadis ayu berbaju biru itu dari jeratan kematian. Tanpa bantuan Larantuka mungkin ia sudah lumat di hujam gada Raksasa Buta Ijo. Kini tiba-tiba gurunya memukul jatuh si pemuda.
Candini memohon "Guru, mohon ampun. Bagaimanapun juga Pemuda ini yang menyelamatkan jiwa kami dari serangan iblis Buta Ijo. Mengapa guru memukulnya dengan pukulan Memetik Angin?"
Jagadnata mendengus, " Hmm menerima satu pukulanku saja tidak sanggup. Mana mungkin dia bisa menaklukan raksasa buto ijo? Apa raksasa itu masih bayi sehingga gampang dikalahkan?"
"Betul sekali, bangsa siluman perlu bertapa ratusan bahkan ribuan tahun untuk tiwikrama menjadi raksasa. Bukan main-main kekuatannya, butuh ratusan orang untuk menaklukan. Aku curiga jangan-jangan dia adalah salah satu komplotan mereka." sambung Adipati Menggala, "Pengawal cepat ringkus pemuda ini! Ambil pedang merah yang ada dipinggangnya."
Tiga orang berbadan kekar langsung keluar dari barisan dan mencengkram kedua tangan Larantuka di kiri dan kanan. Sementara seorang lagi melepas pedang yang melingkar di pinggang pemuda itu.
Larantuka diam pasrah tidak melawan, matanya seperti terpejam.
"Ampun Guru, mengapa sikap Guru berubah drastis seperti ini? apa salah pemuda ini?" tanya Candini seraya bersimpuh di depan gurunya.
"Sebagai pendekar, kau jangan terlalu polos Candini, bangunlah atau kuhukum karena membela orang asing" tegur panglima sambil memberi isyarat pada prajurit.
Prajurit tersebut langsung mengangsurkan pedang dengan hormat.
Jagadnata menerima pedang tersebut dari tangan prajurit. Wajahnya mengernyit tajam memandangi selongsong pedang yang berwarna merah menyala itu. Ada aura dingin menjalar saat pedang itu dalam genggaman.
"Jika aku tidak salah lihat. Ini adalah pedang iblis yang dulu benar-benar mengguncang dunia persilatan. Pedang terkutuk yang merenggut banyak nyawa pendekar putih"
Wajah kembar bersaudari itu menjadi pucat pasi.
"Coba kau periksa"
Jagadnata melempar pedang itu ke adipati Menggala. Pemuda kurus berkulit putih itu dengan sigap menangkapnya. Ia memutar-mutar pedang itu lalu melempar kecil ke udara.
"Pedang bagus, panjangnya dua hasta. Beratnya dua kati. Tapi jika tidak lihat dalamnya, bisa jadi pedang palsu. Cuma buat gagah-gagahan" seru Adipati Menggala.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARANTUKA PENDEKAR CACAT PEMBASMI IBLIS
ParanormalePendekar misterius, utusan dari neraka untuk para iblis. Ketika namanya disebut akan membuat pucat para demit, jin, banaspati dan genderuwo. Kemana langkahnya pergi, hanya akan ada kepiluan dan tangis darah. Karena setiap yang ia sentuh, akan menj...