BAB 20 KRIWIL

30.9K 4.2K 422
                                    

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R

S T U V W X Y Z

 Hafidz: Nah dari alfabet itu misal di ambil A E T jadi jumlahnya tinggal berapa

Miko : Males ngitung oiiii kerjaan gue ngitung duit terus ini suruh ngitung huruf...

Burhanudin : Timpuk Hafidz pake cilok

Roni Rahardian : Gue mau ngitung dulu wait wait...

Jono : Mas Hafidz dapat salam dari Mbak Minul

Hafidz : Ihhhh siapa minul? Gue milik Biru.... Biru mana Biru...lindungi gue Ruuuuuu nggak mau di minul-minul gue

Burhanudin : Wah ngelunjak ini anak, pake mine mine segala. Kemarin lu masih utang kartu dana umum ama gue Fidz

Jono : Eh jangan gitu Mas Hafidz ini kopinya yang buatin juga neng Minul.

Hafidz : Biru save me please gue udah mau pipis ini kalau di minul minul

Aku ngakak membaca pesan dari grup. Mereka ini masih aja ngelawak. Tapi Abyan yang sejak tadi ehmm enggak maksudnya sejak keceplosanku itu malah dia menjadi diam saja. Ih aku salah ngomong kali, eh iya aku memang salah ngomong kok. Beneran itu bukan dari mulutku. Duh aku jadi canggung juga, makanya ini aku ngutak atik hp daripada harus canggung gini. Ini kok ya mobil Abyan itu nggak sampe-sampe ke rumah. Huft.

"Kenapa ketawa?"

Nah... dia baru bersuara. Aku hanya menunjukkan pesan di grup. Abyan tampak mengernyit tapi kemudian fokus lagi ke kemudi. Tapi tiba-tiba dia menepikan mobilnya di depan sebuah warung tenda.

"Saya lapar, kita makan dulu."

Lah kan aku ngantuk, kok suruh makan itu gimana? Abyan sudah membukakan seatbeltku lalu dia keluar dari mobil, berlari ke samping pintu sebelahku dan membukakan pintu untukku. Terpaksa aku juga keluar dari dalam mobil. Mengikuti Abyan yang kini melangkah masuk ke dalam warung, tapi dia menoleh ke arahku.

"Mau makan apa?"

Harum nasi goreng membuat aku tergoda. "Nasi goreng boleh deh."

Yah aku tergoda kan? Padahal tadinya nggak mau makan. Nanti perutku makin buncit ini. Gendut. Aku kan pendek nah nanti jadi kayak bola gimana?

Abyan memesan nasi goreng dan mengajakku duduk di kursi yang kosong. Untung saja tidak begitu rame warungnya, sehingga aku bisa duduk dengan santai. Aku tidak mau menjadi pusat perhatian lagi, disangka Abyan sedang mengajak makan malam anaknya. 

Aku kembali menatap layar ponsel dan masih mengikuti percakapan di grup.

Hafidz : Main monopoli kemarin aku cuma di bagiin rumah doang, mana hotelnya lu borong Han. 

Roni Rahardian : gue dapat jawabannya Fidz 22 huruf dah kelar

Burhanudin : Lu mau-maunya di suruh ama Hafidz Ron. Lu beneran ngitungin?

Hafidz : teeeet anda salah tuan Roni

Roni Rahardian : Gue gemes ama kunyuk satu itu Han, dari kemarin main tebak-tebakan melulu

Hafidz : Salaaaah Rooon salaaahhh

Ayu biru : Jawabannya itu ALFABET di ambil A E T ya tinggal 3 aja. tinggal L, F B betul nggak

Miko : Biru pinter ya... makin cinta deh eh... astaghfirullah

Burhanudin : Mik Mik Mik tes tes lu masih belum pingsan kan?

Hafidz ; Ah princess Biru emang cakep dah, betulll 100 sini sini abang cium

Mr. Aby : Eheeemm

Burhanudin : weh belum bobok Pak Aby?

Miko : sudah tertidur pulas, tadi ngigau

Hafidz : Hafidz sedang ambil air wudhu, mau salat isya

Aku ngakak lagi dasar anak-anak somplak, lalu aku  langsung menatap Abyan yang  duduk di depanku. Setelah mengetik sesuatu di ponselnya dia kini menatapku. Duh kok aku jadi grogi gini coba? Tanganku udah dingin kayak gini.

"Rambut kamu nggak usah dilurusin. Aku suka begitu. Keriwil."

Eh... lah kok bahas rambut ini? Refleks aku memegang rambutku yang malam ini aku bun ke atas. Biarin deh, kusut, kucel dan amburadul.

"Rambut saya mah nggak bakalan mau dilurusin Bang, ini ngeyel terus kalau suruh kembali ke jalan lurus. Sukanya belok-belok."

Ucapanku itu membuat Abyan kini menganggukkan kepala, dia kok tampak tegang begitu, kenapa? Tapi pesanan nasi goreng kami akhirnya datang. Kami fokus ke nasi masing-masing. Aku sendiri juga sudah kelaparan. Abyan tampak diam saja dan menikmati makanannya.

"Bang... ehmmm soal yang tadi di mobil."

Akhirnya aku nggak tahan buat diam gini aja, aku mau meluruskan apa yang tadi aku omongin. Abyan menatapku dan menungguku bicara.

"Apa?"

"Owh anu itu pas bilang suka gitu.."

Abyan menyipitkan matanya tapi kemudian menganggukkan kepala "Kamu udah suka sama saya? Ehemmm."

Dia berdehem lagi dan tampak malu, wajahnya sedikit merona. Aih dia beneran malu? Aku langsung tersenyum. 

"Itu aku keceplosan, maksudnya nggak gitu sih. Tapi gimana ya aku tuh ehmmm masih belum nyaman harus menikah sama Abang karena..."

"Saya tua?"
Aduh kok langsung ya?

Dia memotong ucapanku dan menunjuk dirinya sendiri. Otomatis aku langsung menganggukkan kepala lagi. Yah semua yang ada di tubuhku ini memang tidak bisa menipu.

Lalu dia menghentikan makannya, dan kini meminum air putih yang tersedia di depannya. Abyan menghela nafas lalu menatapku lagi.

"Kamu itu memang perlu yang lebih tua dari kamu. Karena kamu itu perlu dilindungi, dan disayangi. Kamu itu perlu di jaga dengan sepenuh hati. Jadi yang bisa melakukan itu semua hanya saya. Bukan yang lain."

Duh emaaaakkkkkkk aku meleleh. Rambutku kayaknya tambah kriwil iniiii.

BERSAMBUNG

 INTERMESO MAKAN SIANG NIH DENGAN MBAK BIRU DAN PAK ABYAN RAMEIN YUUKKKKK NEMBUS 300 DEH KOMENTNYA UP LAGI INSYAALLAH

JODOH RASA DURENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang