5. Mak Comblang

870 126 30
                                    

Tak tega melihat sahabatnya piket sendirian, Seohyun pun mengambil kain pel lainnya untuk membantu pekerjaan sahabatnya agar cepat selesai. Teman-temannya yang kebagian piket di hari ini langsung pulang begitu saja. Tak peduli dengan uang denda yang harus mereka bayar jika tidak piket. Mungkin karena hanya membayar sepuluh ribu rupiah saja, mereka jadi menyepelekannya.

Yoona kembali ke kelas, menenteng ember berisi air untuk mengepel. "Eh? Mau ngapain?" tanyanya saat Seohyun menghampirinya sambil membawa dua kain lap pel.

"Bantuin kamu, biar cepet selesai."

"Ihh... jangan. Mending kamu duduk aja. Ditemenin kayak gini aja aku aku udah seneng banget. Soalnya iseng juga sih kalo sendirian di kelas, apalagi udah sepi kayak gini," ujar Yoona, lalu mengusap tengkuknya yang tiba-tiba terasa dingin. "Kok aku merinding, ya?"

"Ihh... Yoona! Jangan nakut-nakutin dong," timpal Seohyun yang pada dasarnya memang seorang penakut.

Yoona memerhatikan sekeliling kelas mereka, lalu menelan ludah serat saat teringat dengan cerita sang ayah yang tadi malam bercerita pengalaman horornya. Ia bukan seorang penakut, tapi kali ini ia benar-benar takut. "Seohyun, kitaaa... pulang aja, yuk. Biarin deh hari Senin nanti aku bayar denda. Aku gak bohong, beneran merinding nih," ucapnya pelan.

Seohyun meletakkan kedua lap pel yang ia pegang. Wajahnya terlihat tegang, mengamati keadaan sekitar yang berubah mencekam, ditambah angin yang berembus kencang karena ingin hujan. Dengan gerak hati-hati ia menyambar tasnya dan tas Yoona bersamaan. "A—ayo, kita pulang."

Brakkk!

Lukisan yang tergantung di tembok tiba-tiba saja terjatuh hingga membuat keduanya terkejut dan langsung berlari ke luar kelas. Entah hanya sugesti saja atau memang benar. Suasanya sangat tidak wajar, itu yang mereka rasakan.

Mereka berhenti berlari begitu sampai di lapangan sekolah yang masih ramai oleh anak cowok yang sedang bermain basket. Keduanya sibuk mengatur napas mereka yang terengah-engah. Hingga tak menyadari seseorang yang kini telah berdiri di hadapan mereka.

"Kalian kenapa?"

Yoona mengangkat kepalanya yang tertunduk, menatap sosok yang berdiri di hadapannya. "Di kelas... ada hantu...," jawabnya, bersusah payah dengan napas terengah-engah.

"Hantu?" tanya Iqbal heran, beralih menatap gadis di samping Yoona. "Kamu juga ngeliat hantunya?"

Seohyun terdiam selama beberapa detik, lalu menggelengkan kepalanya begitu yakin jika dirinya tidak melihat apa-apa. "Kamu ngeliat hantunya, Yoon?" tanyanya pada sang sahabat yang sukses membuatnya ketakukan.

Yoona menggeleng dengan polosnya.

"Lho? Terus tadi kita ngapain lari?" tanya Seohyun, tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya yang sok berani tapi ternyata penakut juga.

"Tadi ada suara barang jatoh gitu. Aku kira hantunya," jawab Yoona yang membuat Iqbal langsung tertawa. "Kenapa ketawa? Emang lucu?"

Iqbal menggeleng seraya tersenyum. "Kalian ada-ada aja. Ini masih sore, mereka mah mainnya nanti malem."

"Ihh... apaan sih?! Jangan ngomong sembarang, ya!" ujar Yoona yang tanpa sadar memukul bahu Iqbal.

"Aaww!! Kok mukul sih?!" tanya Iqbal, sedikit kesal dengan gadis yang baru saja memukul bahunya. Dan itu bukan sekedar pukulan biasa dari seorang gadis jelmaan rusa seperti Yoona.

Presiden Jomblo (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang