Angin bertiup kencang. Awan di langit mulai menampakan warna hitam kelam khasnya, suara petir menyambar sesekali terdengar. Sesekali, tetapi berhasil membuat jantung berdegup kencang karena dibuat kaget olehnya.
Saat itu pula tampak seorang gadis bernama Azzara Elhaya dengan seragam sekolah berlari meninggalkan SMA Pelita. Berharap ia akan sampai dirumah tepat waktu, ya, tepat waktu sebelum air hujan dari langit menguyur tubuhnya secara mendadak.
Sambil berlari matanya berusaha menangkap angka yang di tunjuk oleh jarum arloji ditangan kanan gadis itu. Pukul tiga sore, tetapi terlihat seperti pukul enam sore.
Rintik hujan mulai turun perlahan sebelum menjatuhkan diri lebih banyak lagi. Haya masih berharap hujan tidak bertambah deras, tetapi kali ini Haya harus menerima guyuran air hujan yang sudah turun dengan deras tanpa berfikir ada orang dibawah sana.
Tanpa membabi buta Haya menjadikan tas ranselnya sebagai penadah agar air hujan tidak mengenai tubuhnya dan terus berlari menuju rumahnya yang sebenarnya masih sangat jauh untuk ditempuh.
Untunglah sebuah mobil berhenti tepat disamping Haya berdiri, dari dalam mobil itu keluar seorang pria yang juga menggunakan seragam sekolah. Pria itu berjalan mendekati haya dengan membawa sebuah payung.
Tatapan mereka bertemu saat itu. Haya hampir meleleh melihat ketampanan wajahnya. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan wahai Haya?
"Lo kenapa hujan hujanan disini?" suara pria itu sedikit samar terkalahkan oleh suara hujan yang sangat deras.
Tidak aja jawaban dari Haya. Hanya ada tatapan hangat darinya, memandang sendu wajah pria itu.
Sepertinya Haya sedang jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Hei Lo baik baik aja kan?" Tanya pria itu lagi.
Haya tersadar dari halunya.
"Come on Haya bersikaplah profesional" Ucapnya dalam hati.
"Ehh, i-iya gue baik baik aja kok." Jawab Haya sambil tersenyum.
"Mau gue antar pulang? ngga baik lama lama kena air hujan nanti lo bisa sakit orang tua lo juga yang repot." Tawar pria itu.
"Eh ngga usah gue bisa kok pulang sendiri, makasih ya gue pulang duluan."
Tangannya tertahan. Kedua mata Haya kembali menatap wajah pria itu.
"Lihat baju lo! udah basah semua kan? Lo mau diri lo itu sakit ya? Bodoh banget sih, baru kali ini gue jumpa sama cewe bego kaya lo." Ucapan itu memang keluar darinya, pria yang dianggap Haya adalah seorang pria yang baik dan romantis. Sudahlah itu semua hanya halu, terima saja kenyataannya.
Haya menatap sinis wajah pria itu.
"Bodoh? Iya aku emang bodoh, BYE." Tegas Haya. Ia melepaskan genggaman pria itu, baru beberapa langkah pria itu kembali menahan tangannya. Tatapan mata itu bertemu lagi
"Astagfirullaah anak bunda kamu ngga papa kan?" Tiba tiba seorang wanita setengah baya datang menyusul ia dan pria itu. Ibu Haya terlihat khawatir melihat kondisi nya yang sedang basah basahan.
Sontak pria itu melepaskan tangan Haya dan mendekat ke telinganya.
"Lain kali jangan bego!" Tukas pria itu telak.
"Aku ngga suka sama cewek bego kayak lo!" Ucapnya lagi. ia berjalan ke arah mobil
meninggalkan anak dan ibu itu.Haya diam mematung tak berkutik sedikitpun. Mengulang kembali apa yang baru disampaikan pria itu, tubuh Haya memerah menahan emosi yang membakar seluruh tubuhnya hingga membuat adrenalinnya meningkat.
Tangan Haya terkepal dengan sendirinya. Ia masih kesal dengan pria asing yang awalnya datang untuk membantu lalu tiba tiba berubah 360 derajat.
"Stay cool girl! lo lihat aja nanti. Kalau ketemu lagi gue balas lo!" Hati kecil haya mengumpat.
"Aza ayo kita pulang nak, itu baju kamu udah basah semua." wanita itu tak lain tak bukan adalah bunda Haya yang bernama Humna Elhaya.
<Feeling Is Different>
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling Us
Teen FictionPerasaan itu memang ada namun sulit untuk diartikan. Perasaan itu tumbuh seperti pohon yang kokok sehingga angin pun tidak bisa merobohkannya. Perasaan itu sulit untuk dijaga karena mudah terluka. Apakah rasa cinta dari sebuah perasaan itu sulit pul...