5 bulan kemudian...
Anas POV
Aku duduk di meja makan dan memakan roti panggang yang sudah disiapkan oleh mama. Sambil mengikat tali sepatu, aku memperhatikan depan rumah untuk memastikan sudah dijemput atau belum.
"Nas, sudah belajar belum? Sebentar lagi ujian loh..." Ucap mama sambil mengoleskan selai ke roti.
"Semangat, nas!" Ucap kak diaz menyemangatkanku.
"Udah dong ma. Tiap malam aku buka buka buku, hehehe." Ucapku sambil menggigit rotiku.
Tintin! Suara klakson membuatku bersemangat.
"Ma udah dijemput nih. Aku duluan ya, bye ma, bye kak!" Ucapku sambil berjalan menuju teras rumah.
"Jangan pacaran mulu lo!" Ucap kak diaz.
"Hi." Sapa adi saat melihatku keluar dari pagar rumah.
Ya, aku berpacaran dengan adi. Sudah 3 bulan lamanya. Setiap hari adi selaly menjemputku. Sepulang sekolah kami pasti selalu makan di restoran berbeda ataupun ke mall kesukaan kami, moi. Aku merasa nyaman dan senang berada di dekatnya.
"Yuk." Ucap adi sambil menyerahkan helmnya.
"Yuk." Ucapku sambil tersenyum.
•••••
Jared POV
Udah 5 bulan berlalu semenjak anas berhenti membantu dan ke rumah gua. Dan sejak itulah gua tau kalau dia uda jadian sama si adi. Apa dia gatau sekarang gua masih suka sama dia?
"Woy, jar. Are you okay? " Ucap gerald, temen gua saat gua masuk ke kelas.
"Fine." Ucap gua singkat sambil menempelkan headset ke telinga gue, seperti biasa.
Tiba tiba gua melihat anas dan adi memasuki kelas. Emang sih pemandangan ini udah biasa gua liat, cuma ini berbeda dari biasanya.
Adi mengambil kursi untuk duduk disebalah anas. Anas kelihatan happy banget. Mereka pun saling suap suapan makanan. Lalu adi seperti mengucapkan sesuatu lalu mencium kening anas. Kejadian ini membuat gua semakin muak. Gua mau nampar adi, tapi buat apa? Gua bukan siapa siapa anas.
Dengan langkah cepat, gua keluar dari kelas dan membanting pintu kelas hingga gagangnya longgar.
"Kenapa si jared?" Ucap adi yang gua dengar saat gua keluar kelas.
"Tau, lagi bete mungkin." Ucap anas.
Iya, bete gara gara lu, nas! Ucap gua dalam hati.
•••••
Anas POV
Aku menunggu adi yang sedang ekskul basket untuk pulang dan makan bersama.
Karena perutku sudah keroncongan, aku pamit ke adi untuk membeli gorengan diluar untuk mengganjal perut. Tiba tiba, ada seseorang yang menarik lenganku dengan kasar.
Jared? Ngapain dia narik aku?
"Jared! Ngapain sih? Lepasin nggak?!" Ucapku sambil berusaha melepas tanganya dari genggaman jared.
Jared diam. Dia gak membalas pertanyaanku. Dia terus menarik tanganku menuju halaman belakang sekolah.
Aku berusah untuk melepaskan genggamanya, tapi terlalu kuat sampai aku merasa kesakitan.
"Sakit, jar! Ah!" Ucapku sambil mengernyit.
Jared sedikit merenggang genggamanya saat aku berteriak kesakitan. Maunya apa sih nih anak?
Dia melepaskan genggamanya saat aku sudah di halaman belakang sekolah.
"Ish!" Ucapku sambil meringis kesakitan.
"Sorry. Tapi ada sesuatu yang harus gua kasih tau. Kalo ga gini caranya, lu gabakal mau ikut sama gua." Jelas jared.
"Apaan?" Ucapku.
"Gua emang suka sama lo. Tapi gua gamau rusak hubungan lo sama adi." Ucap jared.
"Adi brengsek, nas. Gua tau lu gabakal percaya sama gua. Tapi gua bilangin aja lu hati hati sama dia." Lanjut jared cepat sebelum aku salah paham.
"Hah, emang gua pernah percaya sama lo? Udah ya, basi semua omongan lo." Ucapku sambil beranjak pergi meninggalkan jared.
"Terserah lu nas. Tapi gua cuma kasih tau aja, karena gua suka sama lo. Gua gamau lu kenapa napa." Ucap jared pelan namun aku masih bisa mendengarnya.
Huh, dia pikir dia bisa mengelabui aku dengan cara kesinetronan dia dengan bilang adi brengsek lah, playboy lah, supaya aku putus sama adi dan aku jadian sama dia? Caramu basi sekali, jared. Ucapku dalam hati sambil berjalan menuju ke sekolah untuk menemui adi.
•••••
Jared POV
Seperti biasa, gua ke kafe langganan gue di jelambar untuk bersantai sebelum pulang ke rumah. Gua memesan cafe latte dan diduduk di tempat favorit gua, pojok kanan.
Tak lama kemudian, pintu bel kafe itu berdenting tanda ada tamu yang datang. Awalnya gua tidak memerhatikan kedatangan orang itu. Gua fokus ke dalam hape gua. Namun, suara orang itu membuat gua menoleh dan memerhatikan wajahnya.
Yap, itu adi. Kekasih anas.
Gua melihat dia menuju kasir dan memesan minum dan matanya seperti mencari seseorang yang sudah datang terlebih dahulu. Gua menutup wajah gua dengan menenggelamkan wajah gua di lengan agar terlihat seperti tidur.
Terdengar suara "woy, di!" Dari arah belakang gua. Gua mengintip sedikit. Adi berjalan menuju arah suara itu. Gua pun sedikit menegakkan kepala gua untuk memerhatikan adi.
Gua menguping pembicaraan mereka. Gatau kenapa kuping gua kepo abis.
"Gimana? Berhasil gak?" Ucap salah satu teman adi dengan suara sepelan mungkin. Namun gua bisa mendengarnya karena kebetulan kafe itu sepi dan jarak tempat duduk kami tidak jauh.
"Berhasil bro, tinggal last step. Bentar lagi, si rudy bakalan tetot." Ucap adi mantap.
"Awas bro.... Ntar ketauan lagi sama anaknya buakakakakak." Tambah salah satu teman adi.
"Tenang bro.... Anaknya bentar lagi bakal gua miliki. Rileks...... Minum dulu aja."
Itulah kalimat terakhir yang jared dengar dari adi sebelum ia pergi dari kafe itu dan segera menuju sekolah untuk memberi tahu anas. Namun, dia yakin, anas tidak akan percaya segampang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable.
Fiksi RemajaTak kusangka. Ternyata. Musuhku selama ini. Orang yang ku benci. Adalah seseorang yang ku cintai. Yang telah mengambil harta yang ku jaga selama ini, my virginity. cerita mengandung sedikit 17++