Part 1 ~• Ashila Dara •~

209 66 34
                                    

Tak tergantikan
Oh ... Walau kita
Tak lagi saling
Menyapa

- Kunto Aji [Pilu Membiru] -

- Kunto Aji [Pilu Membiru] -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adelaide, 21 Maret 2019.

Udara dingin berembus dari balik celah jendela kamar milik Dara. Dari balik kaca jendela Dara yang mulai berembun dan sedikit berdebu karena dirinya malas sekali bersih-bersih, tampak beberapa helai daun yang mulai menguning terjatuh dan berserakan di pekarangan rumah omanya.

Kalau sudah begini, pasti oma akan ngomel-ngomel meminta Dara untuk ikut serta merapikan halaman. Padahal angin di musim gugur akan terus berembus dari bulan Maret sampai pada Mei dan tentu saja daun dari pohon-pohon tinggi di sekitar rumah oma akan selalu berguguran, namanya saja musim gugur.

"Ra!" suara oma dari lantai bawah terdengar memenuhi seisi rumah.

Padahal sudah Dara beritahu berkali-kali pada omanya, kalau pendengaran Dara masih baik-baik saja dan oma tidak perlu berteriak setiap memanggilnya dari lantai bawah.

"Ada apa, Oma? Dara, kan, udah bilang, telinga Dara nggak budek buat denger suara Oma dari lantai bawah!" jelas cewek itu sambil bersungut-sungut.

Oma memainkan kedua bibirnya karena gemas dengan cucu perempuannya, beliau kemudian memilih naik ke lantai atas beserta dengan panci berisi masakan buatannya.

"Kamu itu, punya dua kuping tapi selalu disumpel sama earphone! Makanya Oma harus teriak-teriak panggil kamu." Oma tidak mau kalah, beliau bahkan memilih menarik telinga kanan Dara karena ucapannya barusan diabaikan begitu saja.

Oma memang suka begitu, intinya kalau nggak teriak-teriak ya main jewer telinga orang sembarangan.

"Oma! Lama-lama aku bisa jadi kelinci!"

"Kelinci itu terlalu lucu buat kamu, cucu Oma yang nakal!"

Oma akhirnya memilih kembali turun, lanjut memasak karena takut makanan yang ia bawa ini mendingin.

Dara mengerucutkan bibirnya saat mendengar jawaban oma barusan. Setelahnya, perempuan itu memilih ikut bergabung dengan oma yang sudah hampir enam tahun menemaninya di kota asing ini.

Ada sebuah surat di atas meja dengan perangko bergambar bunga melati atas nama Dara. Tanpa bertanya pada omanya, Dara membuka surat dengan perangko tersebut. Di dalamnya berisi tiket pesawat dari Adelaide menuju Bandara Soekarno-Hatta beserta secarik surat yang sama sekali tidak menarik minat Dara untuk membacanya.

"Ngapain Oma nyimpen surat ini?"

Omanya yang tadinya sibuk mengaduk masakan menghentikan kegiatannya, kemudian memperhatikan cucunya yang menatapnya penuh sekali pertanyaan.

"Oma nggak nyimpen, itu baru aja datang."

"Ini udah datang tiga hari yang lalu, Oma," jelas Dara.

Dear Aksara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang