1st Event: Gadis Bertudung Merah (Bagian 3)

201 50 4
                                    

Melelahkan, bahkan di hari pertamaku ini sudah banyak kejadian yang tidak terduga. Satpam yang benar-benar sulit diajak bicara, pembicaraan dengan Ms. Oktavia, kelas yang bermasalah, bertemu guru yang merepotkan dan berakhir terkena jebakannya.

Benar-benar hari yang sangat berat. Apakah boleh aku menyesal sekarang dan berharap tidak pernah menerima perjanjian itu?

"Kamu lagi mikiran apa?" tanya gadis di sebelahku.

Dari wajah itu aku bisa melihat minatnya, dia sangat penasaran. Mungkin sosok baru sepertiku bagi kelas memang harus diperhatikan. Matanya yang bulat itu terus menatap dengan lekat, ini membuatku sedikit tidak nyaman.

Setelah terkena jebakan tadi, aku berhasil menghindarinya dan berakhir lari ke pintu keluar. Di sana ternyata ada Felly yang juga hendak pulang. Dia bilang tadi ingin memberikan laporan pada Pak Irfan, sayangnya gadis itu tidak bisa menemukannya sehingga memilih untuk pulang.

Sebenarnya aku tahu kalau Pak Irfan sedang berbicara dengan salah seorang Amemayu Children's di Kelas F. Sayangnya, itu adalah jebakan yang sudah guru itu buat. Meskipun berhasil menghindar, tetap saja ia sudah mengetahui bahwa aku sedang menguping dan pasti akan mengganggu kehidupanku nantinya.

"Kamu enggak papa?" Felly sekali lagi bertanya, dia kini nampak khawatir.

Aku tidak ingin membuatnya bingung, bagaimanapun ini adalah masalah yang tidak boleh bocor pada anak-anak normal di SMA Amemayu. Seandainya saja aku tahu yang mana Amemayu Children's dan yang mana anak-anak biasa, mungkin akan lebih mudah untuk melakukan pergerakan.

"Aku baik-baik aja," balasku berusaha meyakinkan Felly.

Aku suka berbicara dengannya, karena bisa lebih bebas menggunakan gaya bicaraku. Gaya bicara seperti gue-lo sama sekali tidak cocok untukku. Felly sudah mengetahuinya sehingga percakapan kami kini bisa lebih santai dan tidak kaku.

"Ho, sekarang kamu bicaranya pakai 'aku'. Padahal tadi di kelas keren banget kamu udah lebih alami, kamu cepet beradaptasi, ya."

"Apa itu pujian?"

Dia tersenyum lebar, pipinya yang mengembang itu seakan berusaha menggodaku. Aku sama sekali tidak bisa menebak isi pikirannya sekarang. Tetapi, Felly sangat manis dengan senyuman itu. Bahkan sangat sulit mengalihkan tatapanku darinya.

Gadis ini entah bagaimana punya aura nan begitu bersahabat. Dia sama sekali tidak ragu memberikan senyuman terbaik pada orang yang baru berkenalan dengannya satu hari. Akhirnya aku sama sekali tidak bisa mengerti maksud dari sifatnya.

"Aku emang lagi muji kamu, kok."

Suaranya seperti anak kecil, terdengar polos tanpa ada celah seseorang untuk menebak apakah itu hal yang sebenarnya dia ucapkan atau bukan. Tidak ada pilihan lain, aku akan mempercayainya. Lagipula sama sekali tidak buruk mendapatkan pujian dari seorang gadis.

"Ngomong-ngomong, Felly. Sekolah ini menurut aku enggak biasa, karena aku baru masuk, apa boleh aku tanya-tanya dikit?"

Aku meliriknya lagi, memperhatikan keterkejutannya ketika aku bertanya demikian. Informasi sebanyak mungkin diperlukan sekarang, apalagi waktu yang diberikan tergolong singkat. Kurang dari sebulan aku harus memenuhi target orang itu agar bisa membuatnya senang sesuai kontrak kami.

Meskipun sudah mengetahui garis besarnya, detail-detail kecil tentang SMA Amemayu masih sangat kurang. Bahkan informasi yang aku punya juga bisa dibilang sangat sedikit, sekolah ini lebih rumit daripada yang aku pikir sebelumnya. Jujur saja, sulit bertanya pada orang-orang di hari pertama. Namun, bertemu dengan Felly menjadi keuntungan bagiku. Dia orang yang mudah didekati.

Popularitas adalah Segalanya (Vokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang