26. Clown

672 119 40
                                    

⭐⭐⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⭐⭐⭐

"Renjun... buka dulu..."

Renjun melirik ke arah jam dinding, sudah hampir dua jam, Rania belum berhenti juga memanggil namanya. Hingga kini terdengar suaranya melemah. Sejak tadi, Renjun frustasi menahan rasa sakitnya.

Baru saja ia membuka pintu kamar, tubuh Rania ambruk membentur kakinya. Dengan cepat ia menahan kepala Rania agar tidak jatuh ke lantai. "Ran..."

"Renjun... Itu nggak benar..." racaunya.

"Kamu istirahat ya, aku antar ke kamar sebelah." Renjun berusaha membantu Rania berdiri.

"Nggak... Renjun... Nggak..."

"Rania, emang ini sulit dipercaya. Tapi memang ini kenyataannya." ujar Renjun yang susah payah menahan air mata yang kembali mendesak keluar. Dengan cepat Renjun menarik tubuh Rania ke dalam pelukannya.

"Hatiku juga sakit, sakit sekali, Rania. Aku sayang banget sama kamu, Ran." lirih Renjun yang terdengar jelas di telinga perempuan itu.

"Ren... Aku nggak mau kamu jadi saudara kembarku." Tangan Renjun mengusap-usap kepala Rania, berharap itu bisa menenangkannya.

Semesta memaksa dua insan ini berpisah karena hubungan darah. Waktu mengungkapkan kenyataan di saat perasaan sudah tumbuh dan mengakar di masing-masing hati.

Saat baru saja memasuki kamar kosong itu, Rania terjatuh lemas ke lantai. Dia terlihat seperti menahan rasa sakit di kepalanya.

"Rania?"

"Rania!!!"



⏪⏪⏪


Rania kecil berlari mendekati ruang kerja Bunda Helena. Dia melihat wanita itu tengah berbicara dengan dua orang asing.

"Kami sudah berusaha selama sepuluh tahun. Namun belum juga memiliki anak."

"Sejujurnya panti ini tidak punya banyak anak. Dan sudah beberapanya diadopsi. Hanya tersisa... dua anak."

"Bisa kami lihat anak itu?"

"Ini berat, saya tidak berniat untuk menyerahkan mereka."

Mereka sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Rania masih menguping, sampai tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang untuk menjauh dari sana.

Mereka berlari sampai ke halaman rumah.

"Ran, nggak boleh nguping!"

"Aku mau tahu, tadi dengar Bunda ngomongin adopsi. Rania takut."

Renjun menggenggam erat tangan Rania. "Nggak akan, kita nggak akan diadopsi."

Bloody Fear | Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang