22.

397 40 2
                                    

"Kau harus memahami kondisi Rachella saat ini. Temuilah dia setelah keadaannya lebih baik" hanya itu yang Samuel katakan. Seraya menatap tajam Leonald Lien yang kini duduk di ruang tunggu depan kamar ruang VVIP.

Leonald tersenyum kecut. "Saya bisa memahaminya kok Pak, tidak membunuh saya saja sudah bagus" mendongak. Satu tangannya melingkari bahu Liliana yang masih terus gemetar serta menangis.

"Pa..pi...apa Papi memaafkan Leo?" tanya Liliana terkejut. Menatap kaget Samuel.

"Heh...memangnya aku punya pilihan" katanya lebih kepada diri sendiri. "Sekarang yang terpenting kesembuhan putrimu dulu, kau paham kan Lili"

Liliana mengangguk.

Samuel menatap kedua anak manusia itu trenyuh, lalu ke arah kamar rawat inap cucunya, merasa ini adalah buah dari karmanya juga.

Dulu dia menghamili gadis tak berdosa, sempat memaksakan kehendaknya untuk menggugurkan kandungan perempuan itu. Untungnya dia tidak mendengarkan saran gila Samuel. Hingga Arion terlahir di dunia. Takdir membuat gadis itu menyerahkan Arion saat masih kecil pada keluarganya kemudian dia pergi hanya untuk menghadapi mautnya seorang diri.

Awalnya Samuel tidak paham dengan semua ini, menimpakan semua kebencian pada Leonald. Pria brengsek yang sudah menciptakan penderitaan bagi putri semata wayangnya.

Namun, setelah ia dan ketiga putranya mendengarkan pengakuan jujur Leonald tentang semua yang terjadi 26 tahun lalu, sadarlah Samuel, jikalau semuanya memang garis nasib.

Memasukkan kedua tangan dalam saku celana, Samuel memberikan isyarat pada istrinya agar memberikan ruang bagi Leonald dan Liliana. Adaira mengangguk, keduanya berjalan meninggalkan ruang tunggu.

Leonald mencium puncak kepala Liliana.

"Aku tidak akan menyerah lagi sayang, percayalah padaku. Meski butuh waktu seumur hidup agar bisa mendapatkan maaf dari Rachella, aku akan melakukannya"

Liliana mendongak. "Aku juga banyak bersalah padanya...aku...aku bukan Mama yang baik..aku tak sekuat yang kau pikir, Leo"

Leonald menggeleng, menggengam erat kedua tangan mungil cintanya, membawa ke atas dadanya. "Akulah yang harus bertanggung jawab atas penderitaan kalian berdua, aku tahu Rachella benar, harusnya manusia sepertiku tak pantas meminta kesempatan kedua. Namun aku terlalu egois untuk tidak memohon. Apa yang sudah kuperbuat di masa lalu tak kan bisa diperbaiki, tapi masa depan, masih banyak yang bisa kulakukan untuk menebus segalanya. Kau mau mempercayaiku kan"

"Aku sangat membencimu, tapi terlalu merindukanmu untuk menolak permintaanmu. Aku wanita paling bodoh di dunia"

Leonald menghapus air mata di pipi wanitanya memakai jemarinya. "Aku lah yang pecundang karena telah meninggalkan kalian berdua begitu saja, wanita-wanita paling berharga dalam hidupku. Aku bersumpah Li, kalau setelah ini hanya kematianlah yang mampu merenggutku dari kalian"

Leonald kembali mendekap wanitanya, mencium dalam dan lama puncak kepala Liliana. "Kali ini kamu tidak akan sendiri, bersama-sama kita akan menjaga putri kita. Terima kasih banyak karena masih mau menerima diriku yang pecundang ini. Terima kasih" ucapnya sungguh-sungguh.

Dada Leonald disesaki penyesalan juga kepedihan atas kebodohannya selama 26 tahun.

Meski uniknya, ia tetap merasa pilihannya saat itu hanya satu-satunya jalan terbaik untuk menyelamatkan nyawa Liliana juga janin Rachella.

Jika Leonald diharuskan memilih lagi, 26 tahun lalu, ia akan tetap melakukan hal serupa. Sebab keselamatan kedua perempuan ini yang paling utama dalam hidupnya. Lebih dari nyawanya sendiri.

BEAUTIFUL SIN : (BEAUTIFUL SERIES #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang