Part 1

442 120 125
                                    

"MA, BANG KEVIN SUSAH BANGET DIBANGUNIN INI!!!" Teriak seorang gadis yang tengah berada dikamar abangnya.

"Yaudah gapapa, cepet sini kita sarapan dulu." Ucap mama gadis itu sambil menyiapkan piring untuk sarapan.

"Eeh kalo lu gabangun nasi goreng spesial buatan mama gue yang abisin hihihi." Kata gadis itu sembari terkekeh pelan.

Gadis dengan mata sipit serta rambut lurus panjang digerai yang membuatnya terlitat sangat cantik. Tak lupa dengan seragam putih abu-abu nya karena hari ini adalah hari dimana gadis itu akan didaftarkan disekolah barunya.

Fadia Zaneta Salim. Sesosok gadis cantik yang mampu menyihir siapa saja yang menatapnya akan jatuh cinta. Gadis dengan segudang prestasi, gadis yang sangat disayangi oleh orang tua dan keluarganya. Bahkan bisa dibilang anak yang paling dimanja dari pada saudara-saudaranya yang lain.

"Pagi ma, pagi pa." Sapa Fadia yang baru saja turun dari kamar abangnya, lalu mengambil duduk disamping papanya.

"Pagi juga sayangnya papa." Ihsan membalas sapaan anaknya dengan senyuman. Sementara mamanya hanya mengangguk dan tersenyum.

"Eh lu kok ga ngucapin pagi juga buat gue sih??" Protes anak laki-laki dengan seragam merah putih yang sedang memainkan ponselnya itu.

"Lu anak kecil gausah ikut ikutan deh." Balas Fadia ketus.

"Kalian ini ya kerjanya cuma berantem mulu, kalian ini udah pada gede. Mama pusing tau gak?" Omel Anita sambil menyendokkan nasi goreng ke piring anak gadisnya itu.

"Lagian yang salah kak Fadia lah ma. Disini kan ada tiga orang, yang dua disapa yang satu ga dianggep. Kan hati Fero sakit ma." Ucap anak itu dengan suara memelas serta telapak tangan yang di tempelkan pada dadanya.

Sementara Fadia hanya memutar bola matanya malas melihat tingkah adiknya yang sok tersakiti itu.

"Udah udah kalian sarapannya cepet. Kasian papa nungguin dari tadi." Suruh Anita agar dua anaknya tersebut segera menghabiskan nasi gorengnya.

"Oke mama cantik." Ucap Fadia sambil memberikan kode jempol.

Setelah mereka menghabiskan sarapannya, mereka pun segera berangkat ke sekolah masing-masing diantar oleh papanya.

**

Sesampainya disekolah Fero.

"Eh lu baik baik disekolah. Jangan gelud Mulu!" Ujar Fadia kepada si Fero.

Fero keluar dari mobil tanpa merespon omongan Fadia tadi.

"Fero masuk dulu ya pa, Assalamualaikum." Fero menyalami papanya.

"Waalaikumsalam,yang pinter ya nak!" Jawab Ihsan.

"Gue!" Suruh Fadia sambil menyodorkan tangannya guna disalami oleh Fero. Namun Fero malah lari masuk kesekolahnya mengabaikan Fadia.

"Gila tuh anak." Ucap Fadia marah.

"AWAS AJA LO, FER!!" Teriak Fadia.

"Huhhh. Udah yuk pa kita berangkat. Fadia udah gasabar pengen cepet cepet ke sekolah baru hehehe." Kata Fadia semangat."

"Yasudah ayo." Balas papa nya.

**

Setelah memakan waktu hampir setengah jam itu akhirnya Fadia dan papanya sampai pada sekolah Fadia yang baru. Saat hendak melewati gerbang, Fadia melihat ada dua anak laki-laki yang berdiri tegap pada sisi kanan dan kiri gerbang. Fadia yang melihatpun seraya tersenyum senang dan bangga pada sekolah barunya itu.

Mobil Ihsan pun sudah diparkirkan, saatnya mereka masuk kedalam ruang guru. Disana Fadia melihat ada beberapa guru yang tersenyum melihat kedatangannya. Namun gadis tersebut malah terlihat sangat was-was entah karena takut atau ada masalah lain yang ia pikirkan.

"Selamat pagi Pak, Bu." Sapa Ihsan sembari menyalami beberapa guru yang ada diruangan tersebut.

Sementara Fadia terus saja mengekori papanya daru belakang. Terlihat guru-guru tersebut menerima kedatangan mereka, akhirnya mereka pun di persilahkan untuk duduk.

"Jadi bagaimana Fadia, apa kamu benar-benar siap bersekolah disini?" Tanya salah satu guru bernama Pak Yadi sang kesiswaan yang mampu membuyarkan lamunan gadis dengan mata sipit tersebut.

"Emm anu.. sa--saya siap kok pak. Malahan saya bangga bisa bersekolah disini." Jawab Fadia gugup, tak lupa dengan senyum manisnya.

Setelah lama berbincang, Ihsan hendak mengajak anaknya untuk pulang. Namun sedari tadi Fadia selalu melihat kearah jendela kaca yang memperlihatkan banyak anak-anak seumurannya yang tengah bermain bola. Ihsan yang melihat anaknya itupun mengerti apa yang anaknya pikirkan itu.

"Fadia pengen kenalan sama temen barunya yaa?" Tanya seorang guru cantik bernama Bu Tyas. Lalu diberi anggukan oleh Fadia.

"Yasudah mari bapak Antar." Sahut Pak Yadi

Samar Semu SMAku (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang