Assalamualaikum...
Adakah yang menunggu?
Maaf ya lagi banyak pikiran nih Hehe...Cus deh baca...
~~~~
"Assalamualaikum."
Tawa kami berhenti. Detak jantungku berhenti sejenak mengharapkan apa yang aku pikirkan itu benar. Dan ternyata saat aku memalingkan wajahku melihat pemilik suara yang pernah kudengar adalah santri menyebalkan kemarin sore.
"Waalaikumusallam," balas Aisyah.
Kecewa? Tentu saja rasa kecewa itu ada. Aku memikirkan apa yang seharusnya tidak aku pikirkan. Aku memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi. Tapi tunggu ... kemana santri yang satunya? Kenapa hanya ada cowok rese ini saja?
Aisyah menggoyangkan lenganku dengan sikunya. Sontak saja aku menatapnya dengan penuh tanya. "Jawab salamnya. Gak baik kalau gak jawab," bisiknya.
"Waalaikumusallam," jawabku terpaksa sambil memutar kedua bola mataku.
Cowok rese itu malah memamerkan senyum tak manisnya itu membuat pipi chubby nya makin chubby. Di mataku terlihat sangat menyebalkan. "Hay santri baru ketemu kemaren." Cowok itu melambai-lambaikkan tangannya di depan wajahku dekat sekali sehingga membuat aku memundurkan wajahku.
"Apa?!" geramku menunjukan sinyal tak suka.
Kulihat dia mengulurkan tangannya sambil menyerukan namanya. "Muhammad Nolan Ramadhan, panggil aja Nolan."
Tanpa bersusah payah membalas uluran tangannya, Aisyah mewakiliku untuk menepis tangan Nolan. "Bukan muhrim." Teguran Aisyah berhasil membuat senyum terbit di wajahku.
"Iya, iya, aku lupa gak usah gitu dong Syah." Kulihat mereka beradu tatap, saling memamerkan mata siapa yang paling tajam.
"Mau berangkat kapan nih?"
Aku meninggalkan mereka yang sedang sibuk sendiri menuju sepeda Aisyah dan melepaskan standar. Lalu Aisyah mendekat dan mengambil alih sepedanya.
Ternyata SMA 1 lumayan jauh jika dijangkau dengan sepeda. Kita juga harus melewati jalan raya baru kemudian masuk perkampungan dan melewati jalan layang. Saat menaiki jalan layang kita menuntun sepeda.
"Capek gak, Syah?" Aku merasa kasihan terhadap Aisyah yang memboncengku dengan jarak yang tak dekat ini, namun Aisyah menggelang sebagai jawaban.
"Tenang, Rin." Hah? Sejak kapan Nolan tahu namaku? "Kalau Aisyah capek aku siap gantiin Aisyah," tawarnya dengan bangga.
"Kalau Aisyah capek ... mending gue tukuran sama Aisyah kalau gak ya lo yang bonceng Aisyah," tolakku sambil kembali naik di boncengan karena kita segera meluncur.
"Gak usah debat deh masih pagi nih."
Aisyah yang sedari tadi menyimak akhirnya ikut berbicara dan kau tahu? Kalimatnya mengingatkan aku kepada Ranti. Uhhhh jadi kangen mereka.
"Meluncur!" Teriak Nolan senang seperti anak kecil main perosotan sementara Aisyah menggeleng-gelengkan kepala tak mengerti dengan sikap Nolan.
Sesampainya di sekolah ternyata aku berada di kelas yang sama dengan Nolan namun tidak dengan Aisyah. Sangat menyebalkan harus berurusan terus dengan orang aneh satu ini. Dan apa aku punya alasan untuk bertahan di sini?
"Satu kelas deh kita," serunya sambil membimbingku menuju surga eh maksudnya kelas.
"Bisa, biasa aja gak sih, lo?" tanyaku geram dengan tingkahnya.
"Engak bisa sebelum kamu cair sama aku."
"Lo kira gue es pake mencair?"
Dia hanya tertawa. Apa yang lucu dari perkataanku? Benar-benar hari kedua yang menyebalkan di tempat yang baru. Bisa-bisanya aku bertemu orang seperti Nolan. Orang yang over pe-de.
"Tenang, Rin. Selama ada aku, kamu akan aman dan nyaman sekolah di sini." Tuh kan? Pe-de banget dia. Siapa dia bisa bikin aku nyaman di sini.
"Gak usah halu deh, lo," ucapku menepis kehaluannya. "Ada lo di sini cuma bisa bikin gue makin stres, makin galau, sama makin tambah beban tahu!" ucapku dengan nada yang semakin tinggi.
"Gak usah terlalu benci. Nanti suka."
"Gue? Suka? Sama lo?" tanyaku dengan serius sambil memandang wajahnya. "Ngimpi!" Aku meninggalkan dia yang mematung dengan wajah datar.
"Gak usah duluan ntar nyasar." Beberapa detik kemudian dia menyalipku.
Setelah berkenalan dengan teman sekelas dan guru pelajaran Biologi, yang katanya wali kelas kelas ini, memulai pelajarannya. Seperti biasa biologi bukan pelajaran favoritku dan ini sangat membosankan. Aku butuh ke toilet.
Aku mendekat pada guru biologiku yang sedang duduk di kursinya, "Bu saya izin ke toilet." Guru biologi itu menganguk dan aku keluar kelas.
Sebagai anak baru yang belum tahu denah sekolah aku menjadi berkeliling sekolah hanya untuk mencari toilet. Dari kelas aku menyebrang dan menemukan seorang siswi yang sedang menuju entah kemana. Ruang guru, mungkin.
"Permisi, kak," sapaku menghentikan siswi itu. "Kak, toilet sebelah mana ya?" tanyaku diakhiri dengan senyum canggung dan malu.
"Dari lorong perpustakaan kamu keluar aja dari pintu gerbang itu." Dia menunjuk perpustakaan dan gerbang kecil penghubung sekolah dengan tempat parkir guru. "Terus belok kanan, terus kanan lalu—"
"Muter-muter dong, kak?"
"Ya kagak," jawab siswi itu sambil menahan senyum, "terus lurus dikit belok kiri di situ ada toilet deket kelas dua belas," sambungnya.
"Oke, kak. Makasih." Aku menjulurkan tangan ke udara sambil membentuk huruf o dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Niat mencari toilet jadi tahu letak perpustakaan dan kelas dua belas, deh. Tempat parkir dan kelas sepuluh juga. Ternyata kelas sepuluh berada di bangunan paling depan menghadap ruang guru.
Setelah selesai dari toilet yang tidak ada whastafel seperti di sekolahku dulu aku bergegas menuju kelas saat mendengar bel berbunyi. Bunyinya hanya dua kali pertanda apa itu? Aku tidak tahu.
Dengan langkah cepat namun terhenti ketika sampai di gerbang kecil dekat perpustakaan. Aku melihat seseorang yang kulihat tadi pagi. Seseorang yang memiliki postur tubuh sama dengan kakak ganteng. Dan seseorang yang memiliki rambut lurus hitam agak gondrong. Dia seperti Anfa, Anfa yang ku temui di Jakarta.
Dengan langkah ragu aku menghampiri siswa itu. Siswa itu sedang melepaskan sepatunya. Tinggal beberapa langkah lagi kakak itu menoleh ke sumber suara. Sumbernya berasal dari depanku sehingga membuat aku tetap tak dapat melihat siswa ini.
"Bizar!"
R~I~N~D~U~
Bizar?
Siapa lagi tuh?Tungguin ya, 5 vote Kuy tagih aja di @liaaza16
Salam Manis Dari Lima Indian Alfa 👋😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu, Bergema Di Pesantren
Teen Fiction#118 in pesantren dari 1,42rb (23 Maret 2019) #347 in rindu dari 17,5rb (11 Mei 2019) ~~~~ Rindu tercipta karena ada kenangan yang kita lalui dimasa lampau. Rindu tercipta karena ada hal menyenangkan diantara kita. Rindu tercipta karena ada kamu ya...