Soonyoung membawa Jihoon bersamanya, tinggal di rumahnya. Ia ingin membantu Jihoon untuk menghilangkan kenangan buruknya di rumah itu, sampai akhirnya Jihoon benar-benar pulih dan tinggal di rumah barunya nanti, lalu memulai lembaran barunya.
"Maaf, rumahku tidak terlalu besar. Aku tinggal sendiri disini..." Ujar Soonyoung sambil meletakkan koper milik Jihoon di ruang tengah rumahnya.
"Orang tuamu?" Tanya Jihoon, "ah, mereka sudah lama tinggal di Jepang" Jelas Soonyoung.
Jihoon masih berdiri di tengah ruangan rumah Soonyoung, matanya menyusuri setiap sudut bangunan bernuansa serba putih itu. Semua barang-barang disana tersusun cukup rapih, sangat bersih sejauh mata memandang. Heran, jika Soonyoung membersihkannya seorang diri, untuk rumah sebesar ini, karena sedaritadi ia tak mendapati orang lain disini, lebih tepatnya asisten rumah tangga.
Soonyoung kini pergi ke dapurnya, melihat stok bahan makanan, untuk membuat menu makan siang hari ini. Setelah selesai memilih beberapa bahan dari kulkasnya, dan meletakkannya di atas meja, matanya tertarik untuk menatap sosok yang kini tengah duduk di sofa sambil memegang sebuah hiasan mainan di tangannya. Soonyoung diam-diam tersenyum, sembari mulai memotong beberapa sayuran.
"Oy!!" Soonyoung menoleh, menatap Jihoon yang kini berjalan mendekat ke arah meja dapur, dimana Soonyoung tengah memotong sayuran.
"Itu terlalu besar, nanti aku tersedak" Soonyoung menatap Jihoon bingung, rentetan kalimat yang terkesan ambigu. Tapi kemudian, Soonyoung mengerti maksud Jihoon, setelah pria manis itu menunjuk ke arah hasil potongan wortel Soonyoung.
Jihoon mengambil alih pisau dari tangan Soonyoung, lalu mulai melanjutkan kegiatan yang tadinya di lakukan oleh Soonyoung.
Jihoon terlihat cukup mahir dan telaten dalam memotong sayuran, Soonyoung tak pernah tau jika Jihoon sebenarnya mungkin mahir dalam memasak. Soonyoung masih berdiri disana, mengamati Jihoon yang mulai memasukkan sayuran yang sudah terpotong-potong itu ke dalam panci.
"Tunggu, kau tau–"
"Soup...duduk saja, dan diamlah. Biar aku yang memasakkannya untukmu, arraseo?" Potong Jihoon, lalu mengangkat panci itu ke atas kompor.
•••
Menu makan siang buatan Jihoon telah siap, Soonyoung bisa mencium aroma sedap nan menggiurkan, dari masakan Jihoon. Soonyoung dengan antusias mengambil mangkuk dan sendok, dan segera mencicipi hasil masakan Jihoon.
"Bagaimana, apa rasanya menjijikan?" Tanya Jihoon yang kini memperhatikan Soonyoung yang tengah menyantap hasil masakannya.
"Aku tidak pernah tau kau pandai memasak, ini enak. Sangat enak!" Puji Soonyoung, sembari menyantap hasil masakan Jihoon.
Pria itu tersenyum tipis, sangking tipisnya sampai-sampai Soonyoung tak menyadarinya. Jihoon menatap pria di sebelahnya itu dengan tatapan yang dalam. Sekali lagi, ia merasa beruntung telah di pertemukan oleh Soonyoung. Walau, ia tak tau ini akan bertahan sampai kapan.
"Hei, jangan melamun...makanlah, nanti dingin" Tegur Soonyoung, kemudian Jihoon mengangguk dan mulai menyantap hidangan buatannya tersebut bersama Soonyoung.
Setelah makan siang, Jihoon bosan dan iseng naik ke lantai dua rumah Soonyoung. Disana, ada tiga pintu yang berjajar. Dan, ia memilih masuk ke ruangan dengan pintu yang terbuka.
Jihoon masuk ke ruangan yang merupakan sebuah kamar, jelas pemiliknya adalah Soonyoung. Terlihat dari foto yang berjajar rapih di dinding kamarnya, dan ada beberapa foto ibu dan ayahnya disana. Jihoon melangkah mendekati sebuah meja dengan beberapa buku tersebut rapih disana, dan ada sebuah bingkai foto dimana Soonyoung tersenyum bahagia dengan seorang wanita, yang mungkin itu adalah mendiang kekasihnya.
Jihoon meraih bingkai foto itu, kenapa wanita itu menyia-nyiakan hidupnya, padahal ia mempunyai orang yang sangat mencintai dan menyayanginya? Sedangkan Jihoon, ia bahkan ingin sekali merasakan bagaimana dicintai dan disayangi. Kenapa, orang-orang cenderung kurang bersyukur dengan apa yang telah mereka dapatkan, dan malah menyia-nyiakannya?
Jihoon meletakkan kembali bingkai foto itu ketempat semula, dan berbalik setelah mendengar suara derap kaki yang masuk ke ruangan itu.
"Kau disini ternyata, kenapa kau lelah?" Jihoon mengangguk ringan.
"Bolehkah aku istirahat di kamarmu?"
"Tentu, istirahatlah...jika perlu sesuatu panggil aku saja, aku ada di bawah" Lagi-lagi, Jihoon mengangguk. Kemudian, pria itu pergi dan tak lupa menutup pintu ruangan tersebut, agar Jihoon bisa beristirahat.
Jihoon menatap pintu yang kini sudah tertutup itu, "sejauh aku menginginkan mu, aku jauh lebih takut untuk kehilanganmu sebelum aku menggapai mu, Soonyoung..." Gumamnya, kemudian ia tersenyum sendu.
•••
Malamnya, Soonyoung kembali ke lantai dua guna mengecek apa yang sedang dilakukan Jihoon. Apakah ia masih tidur, atau tidak.
"Ji–" ucapan Soonyoung terhenti, bersamaan dengan pintu yang setengah terbuka menampakkan sosok Jihoon dengan tubuhnya tenggelam dengan hoodie miliknya, dan juga celana pendek miliknya.
"Kenapa kau pakai hoodie dan celanaku, bajumu–"
"Pinjam, nanti ku kembalikan" Ujar Jihoon. Soonyoung pasrah, dan menghela nafasnya.
Kemudian, ia berjalan dan naik ke atas kasur miliknya. Sedangkan Jihoon, ia masih berdiri di dekat kasur sembari mengamati setiap pergerakan Soonyoung.
"Aku sudah merapihkan bajumu di lemari kamar tamu, kau bisa–"
"Tidak, aku mau tidur disini" tolak Jihoon, padahal Soonyoung belum selesai dengan ucapannya.
"Yah, ini kamarku!" Protesnya.
"Aku tau, aku mau tidur disini...denganmu" Ujar Jihoon
"Hei, mana bisa begitu!" Tolak Soonyoung.
"Aku takut mimpi buruk lagi, makanya aku ingin tidur bersamamu!" Jihoon menatap pria itu kesal, sedangkan Soonyoung terdiam menatap pria manis itu.
Soonyoung mengumpat dalam hati, bagaimana Jihoon bisa seimut itu ketika kesal. Eh, tidak. Tapi-ah, sudahlah lupakan. Soonyoung menggelengkan kepalanya, kemudian merebahkan dirinya dan mengabaikan Jihoon yang tengah dalam mode kesal itu untuk tidur.
"Soonyoung–"
"Ya ya, terserah asal jang— me..meluk..ku" Entah sejak kapan, Jihoon melompat ke atas kasurnya dan langsung melingkarkan tangannya untuk memeluknya.
Pria itu bahkan sudah memejamkan matanya, dan mulai menyamankan dirinya di sebelah Soonyoung. Untuk kesekian kalinya, Soonyoung kembali tidur bersama dengan atasannya tersebut. Ia tau, ini salah. Tapi, Ada dua alasan kenapa ia mau melakukan ini. Yang pertama, Jihoon itu tidak bisa dibantah. Dan yang kedua, tentang Jihoon yang selalu bermimpi buruk. Entah, alasan yang mana yang cocok untuk Soonyoung. Atau mungkin ada alasan lain?
"Alasan yang akan kau ketahui suatu saat nanti..."
#Two_Sides
•••
Buat nemenin malem minggu kalian yg sendirian, yg ga tau mau ngapain semoga bisa terhibur dengan kisah dua pasang sejoli ini.
Met malam minggu, stay safe ya☺️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides || Soonhoon
Fanfiction[Version :1/2] - "He just wants to feel what the happiness is in his life" - ⚠️ B×B Rated [🔞] TW// many harsh words, murder, traumatic, etc. Homophobic ❌ Tidak untuk ditiru, jadilah pembaca yang cermat. • Not for minor!! • - Happy Reading - © L I A...