Suvenir #5: Athaliarudra

33 1 2
                                    


Sangat menyenangkan rasanya ketika kita menerima sebuah pesan dari sahabat yang sudah lama tak berjumpa, mengundang kita untuk kembali bersua dalam sebuah reuni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sangat menyenangkan rasanya ketika kita menerima sebuah pesan dari sahabat yang sudah lama tak berjumpa, mengundang kita untuk kembali bersua dalam sebuah reuni. Sejujurnya, aku memiliki sejumlah teman baik yang sudah lama sekali tak berjumpa, yang mana mungkin akupun tak lagi akan mengenali mereka jika aku tak sengaja berpapasan dengan mereka di jalan.

Namun, gadis kecil itu berbeda. Begitu aku membaca namanya di dalam selembar surat undangan, aku langsung mengingatnya. Alasan utamanya, karena nama gadis kecil itu.

Zevandra Athaliarudra.

Ya, itulah nama gadis kecil itu. Bukan sebuah komposisi nama yang umum. Nama Zevandra mungkin bukan sesuatu yang asing, tetapi juga bukan nama yang teralalu umum. Aku cukup yakin, tak banyak yang memiliki nama depan seperti itu. Athaliarudra jelas bukan nama yang umum. Selama 32 tahun usiaku, aku hanya pernah mendengar satu orang dengan nama seperti itu. Ketika kau kombinasikan keduanya, Zevandra Athaliarudra bisa dianggap nama yang unik, one-of-a-kind. Coba saja kau cari komposisi nama itu di mesin pencarian Google. Berapa banyak yang kau temukan?

Zeva, nama panggilan gadis itu, adalah seorang gadis yatim piatu, yang tinggal di sebuah panti asuhan di salah satu kota kecil di pesisir Sulawesi. Aku mengenal gadis kecil ketika aku bekerja dalam sebuah proyek keorganisasian lima tahun yang lalu. Proyek itu, kebetulan, melibatkan panti asuhan dimana Zeva tinggal. Ia masih berusia 10 tahun ketika aku meninggalkan kota itu, sehingga saat ini berarti seharusnya ia telah berusia 15 tahun.

Pesan yang Zeva tuliskan pada surat undangan itu sangat kasual, singkat, langsung ke pokok permasalahan. Walaupun, desain undangan terlihat terlalu mewah untukku. Undangan itu berwarna merah muda, menggunakan kertas yang cukup tebal dengan dekorasi berbentuk bunga di setiap sudut kertasnya.

Kalau mau dikatakan, desain undangan itu lebih mirip undangan pernikahan daripada undangan pertemuan atau reuni.

"Hai, Tia, ini aku, Zeva.

Aku harap kau masih ingat denganku. Aku rasa aku harus mengatakan yang sejujurnya. Aku merindukanmu. Aku akan berada di kotamu selama beberapa hari, jadi bagaimana kalau kita bersua?

Aku tahu sebuah tempat yang menyenangkan, makanannya pun enak. Serius!

Ikuti saja peta menuju Kafe Pagi yang kulampirkan bersama surat ini, dan temui aku disana hari sabtu ini, tanggal 13 Juni, pada pukul setengah tujuh malam, oke?

Sampai ketemu nanti!

Salam Sayang,

Zevandra Athaliarudra"

Sejujurnya, aku tidak tahu bagaimana Zeva bisa mendapatkan alamat rumahku. Aku memang sempat bercerita padanya di kota mana aku tinggal, tapi aku tidak pernah menyebutkan alamat rumahku. Selain itu, rasanya agak janggal menerima undangan jumpa dalam format surat undangan yang terdesain rapi di zaman dimana kau bisa mengirimkannya lewat e-mail atau chat Whatsapp.

SUVENIR DARI NERAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang