Aku tak tau dari mana asal jantungku dapat berdetak dengan kencang saat itu. apakah karena kafein kopi ataukah kata-katanya. Lalu aku meliat Via dan gengnya memasuki kantin. Aku menggunkaan tanganku yang lain untuk mendorong wajahnya menjauh dariku, dan aku pergi meninggalkannya begitu saja.
(Sore itu aku menemui Dimas di kedai masakan Jawa)
"Tak kusangka kou bekerja disana."
"Aku baru saja bekerja disana. Namun apa yang kou lakukan diJakarta?"
"Aku mencoba mencari pekerjaan disini. Namun hasilnya nihil. Itulah sebabnya aku memutuskan meminjam uang untuk modal."
"Bukankah kou dulu bekerja di desa?"
"Iya. Namun aku berjanji pada seseorang untuk menjadi orang sukses..." aku menghentikan kedua tanganku saat hendak menyendok pecel lele kesukaanku. Karena aku tau yang ia maksut adalah aku. Kami membuat janji itu saat akan pulang sekolah setela menyelesaikan Ujian Nasional yang terakhir.
"Kou..masih ingat?"
"Apa kou sudah jadi orang sukses sekarang?"
"Belum. Belum ada satupun mimpiku yang terwujud."
"Mau mewujudkannya bersama."
Apakah dia melamarku ataukah hanya menembakku? Aku tak tahu. Sudah empat tahun aku tak mempunyai hubngan.
"Namun, kou tahu aku kan Dimas. Aku terbiasa melakukan semua sendirian. Aku lebih suka mandiri dan tak bergantung pada siapapun."
"Pokoknya aku senang dapat bertemu denganmu disini. di tempat dan wanktu yang tak terduga, seperti dahulu kala. Aku berharap pertemuan ini mengarah ke hal yang baik."
"Kenapa kou tiba-tiba bicara seperti ini seperti bukan dirimu."
"Di masa lalu, aku tak dapat mengutarakan perasaanku. Karena kita masih anak-anak. Namun kini aku rasa akan menyesal jika tak mengatakan yang sejujurnya padamu." kami berdua terdiam.
"Kapan pulang kedesa?" tanyanya tiba-tiba.
"Mmmm, sebelum liburan musim panas."
"Oke, pulanglah. Aku akan menantimu di desa." Ujarnya dengan senyuman yang dulu penah aku rindukan.~Esoknya di kantor~
Semua orang keluar untuk makan siang. Via mengajak Gavin untuk makan bersama, namun ia mengatakan jika ada urusan yang belum selesai. Lina pergi dengan staf dari marketing Karena aku masih harus menulis laporan pengeluaran. Lalu Via dan gengnya menatapku dengan tatapan peringatan.
Setelah semua orang pergi aku mengecek keseluruh ruangan untuk memastikan masih adakah orang dikantor. Namun entah sejak kapan Gavin duduk di kursi Lina. Aku mencoba mengabaikannya serta aroma mawar merah kesukaanku.
Hari itu rambutnya tidak lagi bergaya oni yang di belah dua, atau disebut curtain haircut, namun ia menggangti style dengan medium undercut. Gaya rambut ini biasanya untuk cwo yang ingin tampil maskukin. Lalu ia malah merebahkan kepalanya di meja dengan kedua tangan sebagai bantalnya. Ia membuatku tak dapat berkonsentrasi Karena ia terus menerus memandangiku dengan ekpresi polos.
Akupun berhenti mengetik dan balik menatapnya.
"Aku mengalami hari yang berat. Kali ini saja izinkan aku menatapmu sembari beristirahat." Akupun tak jadi memakinya dan lanjut mengetik.
Ia tiduran disana cukup lama.Dapatkah rasa rindu ini kusebut sebgai cinta? Atau aku anya ingin melindungimu yang rapuh namun selalu terlihat tegar?
KAMU SEDANG MEMBACA
WORKING: You, Me And Coffee
RomansaDiana Larasati, gadis broken home yang baru saja lulus dari perguruan tinggi dan sedang mencari pekerjaan. Diana memiliki prekognisi,yaitu kemampuan untuk dapat melihat masa depan. Kim Gavin, lelaki tampan yang berdarah Indonesia-Korea. Ia peng...