Di sebuah pulau kecil terpencil, terdapat sebuah desa miskin yang hanya ditinggali tidak lebih dari seratus kepala keluarga. Batu karang dan pasir tidak cocok untuk bercocok tanam, kebanyakan penduduk desa adalah nelayan, para penduduk wanita mengolah ikan dengan menjemurnya di bawah matahari agar dapat bertahan lama dan dikumpulkan untuk kemudian akan dijual ke kota jika sudah terkumpul banyak.Namun, mencari ikan menjadi lebih sulit. Jika cuaca buruk, nelayan tidak bisa pergi ke laut mencari ikan. Keadaan menjadi lebih sulit saat cuaca tak kunjung membaik, mereka tidak bisa pergi ke kota untuk membeli bahan makanan untuk anak-anak mereka. Keadaan di kota jauh lebih baik, tanah yang subur, banyaknya lowongan pekerjaan, pendidikan anak-anak, dan layanan kesehatan tersedia di sana yang tidak ada di pulau. Para penduduk satu demi satu pindah ke kota untuk kehidupan yang lebih baik. Satu demi satu pergi hingga akhirnya hanya tersisa satu rumah dengan satu jiwa yang tinggal.
Wanita yang berkumpul untuk membersihkan perut ikan, tawa anak-anak yang berlari kesana-kamari, para pria yang menyiapkan kapal untuk berangkat melaut, semua pemandangan hangat dan harmonis itu kini harus hilang. Hanya rumah-rumah tua yang masih berdiri di tempatnya, menjadi lapuk dimakan usia dan akhir hancur sedikit demi sedikit. Desa kecil itu berubah menyeramkan dan sepi seperti desa mati.
Dia membuka pintu rumahnya, berdiri di depan pintu sembari mengamati langit dengan matanya yang menyipit. Wajah tampan itu tampak masih mengantuk.
Cuaca hari ini cukup cerah. Ia berharap hari ini bisa mendapatkan ikan banyak agar bisa menjualnya ke kota dan mendapatkan uang untuk membeli bahan makanan. Dinding rumahnya telah lapuk dimakan usia, lubang sebesar kepala manusia terbentuk di dinding kayu, itu tepat berada di kamarnya menyebabkan angin dingin malam masuk dan membuatnya kedinginan sepanjang malam. Angin di pulau ini cukup kencang tidak peduli siang atau malam, angin malam membawa udara dingin yang menusuk tulang. Tidak ada penghangat ruangan canggih, penduduk desa hanya menggunakan perapian untuk menghangatkan diri. Namun, akan sangat menyiksa jika kau punya lubang di dinding rumahmu. Itu benar-benar bisa membekukan tubuhmu.
Dia kembali masuk ke dalam rumah untuk mencuci wajahnya dan berganti baju, mengambil peralatan yang biasa ia gunakan mencari ikan. Ia keluar dan duduk di beranda, membentangkan jaring ikan untuk dengan teliti mencari bagian yang robek akibat tersangkut batu karang tajam. Dia adalah pemuda tampan dengan sikapnya yang selalu tenang dan lembut, mencari ikan di bawah terik matahari membuat kulitnya menjadi cokelat, namun itu tidak mengurangi ketampanannya. Kulit cokelat dan otot kencang di tubuhnya membuatnya lebih menarik, sangat seksi dan manly. Dari muda Joshua adalah anak yang rajin bekerja, dia sudah pergi melaut sejak usia 13 tahun. Walaupun pendiam, namun dia sangat ramah dan baik. Penduduk desa sangat menyukai Joshua karena sikap mandiri dan kerja kerasnya untuk bertahan hidup. Orang-orang menyayangi Joshua karena dia hanya hidup seorang diri setelah orang tuanya meninggal, bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri.
Namun sekarang, Joshua adalah satu-satunya penduduk yang tersisa di pulau ini. Tidak ada lagi bibi tetangga yang memberinya nasi dan lauk, tidak ada lagi yang membaginya sayur ketika mereka baru saja pergi ke kota berbelanja bahan makanan, tidak ada lagi paman tetangga yang memperbaiki perahunya ketika rusak. Sekarang hanya ia seorang diri yang tinggal di pulau ini. Joshua merasa kesepian, tapi ia juga tidak banyak mengeluh dan menjalani hari-harinya seperti biasa seolah penduduk lain masih tinggal di desa ini bersamanya. Ia tinggal seorang diri dari usianya masih sangat muda, jadi Joshua sudah terbiasa dengan kehidupan kesepian.
Masih muda dan kondisi fisiknya sehat, Joshua bisa mendapatkan pekerjaan menjanjikan di kota jika ia mau. Namun, ia lebih memilih bertahan di pulau ini, menjadi nelayan yang hidup sederhana dengan rumah kayu tua yang sudah mulai rusak di beberapa bagian. Orang tua dan kakek buyutnya adalah penduduk asli pulau ini, mereka menjadi nelayan selama hidup mereka, walaupun selalu kekurangan tapi mereka selalu terlihat bahagia. Joshua tidak mau meninggalkan desa tempatnya lahir dan besar, pulau ini adalah satu-satunya tempat yang membuatnya merasa dekat dengan keluarganya yang sekarang sudah tidak ada. Bagian dari dirinya ada di pulau ini; di desa ini. Dan ia ingin hidup seperti leluhurnya, mencari ikan untuk bertahan hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria: Jihan Collection
FanfictionKumpulan FF Jihanku. Short story, Oneshot, Double shot, pokoknya tergantung ide yang datang. Semua ada di sini 😆 Enjoy ❤️