BAB 3: PERKENALAN

372 136 103
                                    

Perjalanan dari Perpustakaan Zona Bebas dan Netral menuju Kerajaan Amethyst memakan waktu lima belas menit jika ditempuh menggunakan sapu terbang. Namun, biasanya Charlotte ingin sedikit berlama-lama menikmati pemandangan dari atas sapu terbang.

"Pelan pelan saja ya, Pete. Seperti biasa," pinta Charlotte.

"Oke, siap." Peter memelankan laju sapu terbangnya.

"Oh ya, Pete. Aku mau cerita deh." Charlotte membentangkan lengannya lebar-lebar untuk menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuhnya.

"Cerita apa?" tanya Peter singkat sambil tetap fokus mengendalikan laju sapu terbang.

"Tadi, waktu aku ambil buku kesukaanku di rak lantai sepuluh, ada secarik kertas yang jatuh." Charlotte berhenti sejenak. "Lalu, aku ambil kertasnya. Ternyata di kertas itu ada puisi yang kayaknya ditulis sama orang iseng."

Peter merasa tertarik mendengar cerita Charlotte. "Terus, terus?"

Charlotte terkekeh mendengar nada penasaran Peter. "Terus..., aku tulis balasan buat orang itu. Aku selipin lagi di bukunya," jawab Charlotte perlahan.

Peter tergelak. Tawanya sangat kencang sehingga sapu terbangnya sedikit berguncang.

"Eh, Pete, hati-hati ah!" Charlotte yang ikut tergelak menepuk sapu terbangnya pelan.

"Aduh, habisnya lucu banget. Aku udah menduga kamu pasti senang sama orang iseng. Memang kamu tulis apa?" Peter masih tergelak. Wajah Charlotte memerah.

"Kan isi suratnya kayak puisi gitu. Bentar, bentar. Aku bawa pulang kertasnya." Charlotte merogoh saku celana bagian dalamnya.

Mungkin perlu kujelaskan sedikit mengenai pakaian yang dikenakan oleh Charlotte. Ia mengenakan terusan panjang berwarna ungu muda dengan celana di bagian dalamnya. Celana yang ia kenakan memiliki kantung untuk menaruh benda-benda kecil seperti koin atau secarik kertas.

Sebetulnya, pakaian seluruh perempuan di Benua Crystallium serupa seperti itu.

"Nah, ini dia." Charlotte mengeluarkan potongan surat berisi puisi itu dari kantungnya. "Dia nulis gini, tersenyumlah, sebab dunia terlalu fana untuk dilewati dengan ratap tangis."

Peter tertawa kencang. Sapunya lagi-lagi bergoyang tak terkontrol.

"Heh, Pete. Yang bener ah!" Charlotte menegur Peter yang dirasa semakin tidak fokus mengendalikan sapu terbang.

"Aduh, maaf, maaf. Ngakak banget sumpah. Itu konyol banget. Terus, terus, kamu balas apa?" Peter masih tergelak.

"Ya aku juga balas pakai puisi. Intinya suruh dia tersenyum juga deh," gerutu Charlotte sambil menahan tawa karena teringat 'puisi'nya yang konyol.

Jawaban Charlotte kali ini benar-benar membuat Peter menyemburkan tawanya. Peter tertawa tak terkontrol sehingga sapu terbangnya pun menjadi tidak terkendali.

BRAK!

Sepersekian detik kemudian, sapu terbang itu kehilangan arah dan terjatuh dengan kecepatan tinggi ke atas sebuah pohon.

"Peter! Apa kubilang! Jatuh kan kita?" Charlotte tersangkut di atas pohon dengan posisi yang tidak mengenakkan. Rupanya, mereka terjatuh di sebuah taman yang masih dekat dengan Perpustakaan Zona Bebas dan Netral.

"Eh, Pete? Kamu di mana?" Charlotte melihat ke segala arah namun ia tidak dapat menemukan Peter.

"Di... sini...." Suara Peter yang tergagap menandakan mungkin ujung tongkatnya sedikit lecet atau bahkan patah.

"Pete? Jangan bilang tongkatmu patah?" Charlotte mencoba menggerakkan tubuhnya sedikit untuk mencari di mana letak Peter. Namun, gerakan Charlotte yang tiba-tiba menyebabkan dahan pohon yang ia duduki patah.

Crystallium ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang