"Sebentar lagi ujian akhir sekolah. Bagaimana persiapannya?" tanya pria yang duduk dikursi kemudi.
Seorang anak yang duduk disampingnya masih terus memperhatikan jalan sekitar, ia hanya mengacungkan jempolnya pertanda telah siap menjalani ujian akhir sekolah.
"Mama benar-benar ada di rumah kan?" anak itu menoleh menatap pria yang sedang menyetir. Senyumannya mengembang saat pria itu mengangguk tersenyum.
Pria yang sedang menyetir itu bernama Yamato, sedangkan anak yang duduk disampingnya adalah Auriga. Yamato sudah bekerja dengan keluarga ini sejak Auriga duduk dikelas 2 SMP, karena sekarang Auriga sudah kelas 3 SMP, itu berarti kurang lebih ia sudah bekerja selama 1 tahun. Ia dipekerjakan sebagai asisten pribadi Auriga.
Yamato dan Auriga memiliki selisih umur 7 tahun. Menurut Auriga, Yamato memiliki pribadi yang dewasa dan tulus, hal itulah yang menjadi salah satu alasan Auriga bisa dengan mudah menerima Yamato. Hubungan kedekatan mereka begitu nyata, Yamato adalah satu-satunya teman yang dimiliki Auriga. Keluarga ini juga benar-benar memperlakukan Yamato sangat baik, seakan-akan Yamato adalah salah satu bagian dari keluarga.
Auriga langsung berlari memasuki rumah saat mobil mereka telah terparkir, ia berlari menuju ruang makan dengan tergesah-gesah.
Ia dapat melihat banyak balon yang menghiasi ruang makan, serta diatas meja telah terisi banyak makanan. Mamanya tersenyum memandang Auriga yang langsung duduk disalah satu kursi.Setelah Yamato memasuki ruang makan, Oba --asisten rumah tangga-- datang membawa kue ulang tahun. Mama, Yamato, dan Oba menyanyikan lagu ulang tahun untuk Auriga.
Auriga benar-benar merasa bahagia, ini mungkin akan menjadi perayaan ulang tahun terbaiknya. Pasalnya, mamanya ada disini, ikut merayakan hari lahirnya, tentu saja ini jarang sekali terjadi. Mama selalu saja sibuk, karena itulah Yamato dipekerjakan untuk menemani Auriga.
Dering ponsel mama terdengar saat mereka masih menyanyikan lagu ulang tahun, Auriga melirik mamanya berjalan sedikit menjauh untuk menjawab panggilan itu.
"Tiup lilinnya," Oba memberi aba-aba. Auriga memalingkan wajahnya, menatap mama yang sepertinya telah selesai menjawab panggilan.
Mama mendekati Auriga dan merangkulnya, entah mengapa Auriga merasakan perasaan tidak enak. "Auriga, maafkan mama."
Tangan Auriga mengepal, "Mama ada urusan mendadak. Mama harus ke Tokyo sekarang."
Anak itu berusaha menahan air matanya, ia kecewa. Memang benar, sejak dulu kebahagiaan yang ia rasakan tidak pernah bertahan lama.
"Yamato, Oba, tolong jaga Auriga. Aku pergi tidak lama, hanya 3 hari," mama menatap Auriga. "Selamat ulang tahun, sayang."
Mama berjalan menuju pintu keluar, ia tidak perlu mempersiapkan segala sesuatu karena tentu saja itu telah disiapkan oleh asistennya. Ia hanya perlu langsung terbang ke Tokyo.
"Aku benci mama," langkah kaki wanita itu berhenti, ia langsung membalikkan badan. Dilihatnya Auriga telah berdiri menghadapnya, wajah anak itu memerah, ia kelihatan sedang marah.
Suasana menjadi tegang. Yamato dan Oba tidak berani berkomentar, mereka memahami amarah Auriga. Selama ini, anak itu tidak pernah protes dan lebih memilih menerima apapun yang dilakukan mamanya. Ia hanya berusaha memahami mama. Tapi sepertinya kekesalan yang selama ini dipendam sudah tidak sanggup lagi ia simpan. Auriga butuh sosok ibunya, ia butuh teman untuk berbagi.
"Maafkan mama. Tolong mengerti, Auriga."
Auriga berlari ke kamarnya, ia sudah tidak tahan. Ia menangis sejadi-jadinya saat sudah berada di kamar. Samar-samar ia mendengar suara mobil pergi meninggalkan rumah.
Aku benci mama
Aku benci mama!!
Yamato masuk menemui Auriga, ia duduk ditepi kasur. "Mama sudah berusaha melakukan yang terbaik."
Tidak! Itu tidak benar. "Ini hari ulang tahunku, Yamato! Kenapa dia tidak mau memberikan satu hari saja untukku? Satu hari saja dalam setahun, aku tidak berharap banyak!"
Anak itu terus menangis, ia merutuki hidupnya. "Dia tidak pernah mementingkanku, yang dia lakukan hanya kemauannya sendiri. Egois!"
Yamato hanya diam, memberi kesempatan kepada Auriga untuk menumpahkan segala amarahnya yang selama ini sudah terpendam.
"Karena dia tidak punya banyak waktu, karena dia merasa bersalah, dia mempekerjakanmu untukku! Benar dia itu egois! Dia bahkan tidak mencintaiku, aku tidak bisa merasakan cintanya," suara Auriga bergetar, hatinya benar-benar sakit.
Yamato memeluk Auriga, ia berusaha menenangkan anak itu. Mereka berdua hanya diam sampai tangis Auriga berhenti. Ia melepas pelukan Yamato.
"Yamato," suara Auriga terdengar lirih. "Apa aku keterlaluan? Tadi aku sangat marah."
Sepertinya sekarang adik kecilnya sudah mulai tenang. Yamato menggeleng sambil tersenyum, ia menyeka sisa air mata dipipi Auriga.
"Nanti jika sudah tiba giliranku untuk mengurus Akira Group, aku akan menyerahkannya padamu. Aku tidak ingin seperti mama. Aku tidak ingin sibuk dan tidak memiliki waktu untuk orang-orang yang menyayangiku. Jadi, nanti tolong urus Akira Group untukku."
Yamato tersenyum lalu mengangguk. Akira Group adalah perusahaan milik keluarga Auriga. Perusahaan taksi dan penyewaan mobil ini cukup besar dan terkenal di Hokkaido. Sedari dulu, sudah banyak sekali turis-turis yang berlibur di Hokkaido menyewa mobil di Akira Group. Selain karena perusahaan ini sudah lama berdiri, pelayanannya yang baik serta taksi dan tempat penyewaan mobil yang tersebar dibanyak titik di Hokkaido.
"AURIGA!!" Oba datang menghampiri mereka dengan panik, ia bahkan mengatur napasnya agar bisa bicara. Namun bukannya bicara, Oba malah menangis sejadi-jadinya. Yamato mendapatkan pesan masuk, Auriga bisa melihat perubahan wajah Yamato saat membaca pesan itu.
Auriga menyadari sesuatu bahwa tadi ia telah salah mengira, karena sebenarnya ini adalah hari ulang tahun yang paling menyakitkan untuknya.
***
Hari ini adalah hari pemakaman yang cukup menguras air mata. Auriga duduk ditepi kasurnya dengan lelah sambil memperhatikan foto terakhirnya dengan mama yang terpajang diatas meja belajarnya. Ia tersenyum perih saat mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, saat Yamato menatapnya dengan sedih, mengatakan bahwa mama mengalami kecelakaan dan meninggal.
Selama ini ia hanya memiliki mama, namun sekarang ia benar-benar telah sendiri. Ia menyesali perkataan terakhirnya waktu itu, perkataan yang diyakininya pasti menyakiti hati mamanya.
"Jangan merasa sendiri. Nenek akan menjagamu mulai sekarang," Auriga tidak menyadari kehadiran neneknya yang sekarang sudah duduk disampingnya. Ia hanya tersenyum kecil dan kembali menatap foto mamanya. "Yamato dan Oba juga akan selalu ada untukmu."
Auriga hanya diam, ia enggan berkomentar apapun. Nenek meletakkan kotak kecil berwarna hitam --yang seperti kotak cincin-- ditangan Auriga. "Itu milik mamamu."
"Nenek ingat, dulu kamu pernah bertanya, apa mama mencintaimu? Isi kotak itu adalah ungkapan isi hati mamamu."
Auriga menatap kotak itu, perlahan ia membuka kotak itu. Isinya satu cincin. Itu adalah cincin platina terbaik yang mempunyai karat sebesar 95%. Ada ukiran kalimat pada bagian luar cincin itu, Do you know? I love you. Dan pada bagian dalamnya ada satu ukiran bintang.
"Dia menyiapkan ini untukmu. Nanti jika kamu sudah memiliki seseorang yang kamu cintai, dia ingin kamu memberikan cincin ini padanya," nenek mengelus rambut Auriga. "Dia sangat mencintaimu, Auriga."
Tangis Auriga kembali pecah, ia memeluk neneknya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Auriga: Ingatan dalam Cincin
Romance"Bagaimana kalau kita melakukan sesuatu yang berbeda?" Gadis itu menautkan alisnya pertanda ia sedang bingung, ia hanya diam menunggu pria dihadapannya melanjutkan kalimatnya. "Mari berteman tanpa harus berkenalan," Pria itu tersenyum penuh arti, me...