Day(s) With 06

60 9 0
                                    

Ran berjalan di koridor kelas dua belas dengan perasaan campur aduk.

Takut soalnya dia kelas sepuluh sendiri, malu dilihatin, juga nggak siap ketemu Bintang soalnya katanya pemuda itu habis pelajaran olahraga.

Kan nggak lucu nanti kalau Bintang keluar kelas nemuin Ran dengan keadaan masih keringetan. Ya Tuhan, Ran nggak kuatttt.

Dalam rangka apa Ran ke kelas Bintang? Mau balikin dompet.

Kemarin waktu di taman bermain Bintang nitipin dompetnya di tas Ran, malah kebawa deh. Sama Bintang disuruh balikin ke kelasnya aja besok waktu sekolah. Padahal Ran udah bilang kalau dia malu, tapi Bintang tetep kukuh nyuruh Ran aja yang ke kelasnya. Biar apa? Bintang mau pamer kalo gebetannya alias degemnya lucu banget.

Siapapun, musnahkan aja Bintang dari kehidupan ini. Kalo bucin jadi nggak penting banget, bikin gedeg.

“Permisi,” kata Ran dengan takut-takut.

Ran ngedarin pandangan ke seluruh isi kelas XII MIA 2 tapi orang yang dicari malah nggak ada. Tapi dia malah nemu orang lain.

Orang itu sekarang lagi berdiri tepat di hadapannya, bengong.

Ran juga bengong, nggak nyangka aja bisa ketemu orang itu disini, di sekolah ini, di kelas Bintang pula.

“Ranya, kan?” tanya orang itu lebih dulu.

“I-iya. Kak Juna, kan?” jawab Ran ragu-ragu.

Arjuna tersenyum lebar, “ya ampun, nggak nyangka aku kalo kamu sekolah disini. Kamu pindah rumah? Kok nggak bilang aku? Ngapain kesini? Nyari siapa? Kayaknya nggak mungkin nyari aku ya?”

Nggak butuh waktu lama buat Ran menyadari siapa orang yang ada di hadapannya sekarang. Seketika gadis itu jadi nggak takut lagi, nyaman aja gitu setelah tau ada Juna disini.

Ran ketawa, “iya kak, aku pindah. Yah, kupikir kakak udah dikasih tau mama atau papa kalau kami pindah. Aku nggak tau lo kalo kakak sekolahnya disini? Kupikir di SMA mana, dunia sempit bangett.”

“Yaaah, tau gitu kita nggak usah udahan aja ya dulu? Kalau akhirnya kita sama-sama di sini?” kata Arjuna.

“Kaak, jangan gitu dong,” Ran ketawa.

“Hehe, peluk dulu dong, kangen.”
Ran meluk Juna erat, seketika lupa tujuannya ke kelas ini buat ngapain.

Gadis itu kangen banget sama Juna, kangen dipeluk dan nyium wangi Juna yang selalu bikin candu. Gitu juga dengan Juna yang kangen banget sama Ran. Kangen masa-masa mereka ber-lovey dovey.

Jehan bersiul dari tempat duduknya, “widiih, siapa tuh, Jun? Peluk-peluk, enak bener,” bikin semua penghuni kelas memusatkan perhatiannya pada Arjuna dan Ran.

Ran yang tadi lupa kalau dia grogi jadi balik tegang lagi. Gadis itu beringsut sembunyi di belakang Arjuna.

“Nggak usah takut gitu dong, temenku baik kok,” kata Juna.

“Malu,” jawabnya.

Arjuna ngacak rambut Ran gemas, “mantan gue nih, cantik ya?”

“Oalah Jun, Jun, kita pikir lo jomlo ngenes seumur hidup!” tukas Jeno.

“Ngarang lo!”

Sekelas ketawa.

“Eh, gue kenal nih sama lo!” celetuk Haris sambil berlari ke arah pintu menghampiri Arjuna dan Ran. “Lo yang kapan hari nitip susu sama roti buat Bintang kan?”

Sekelas hening.

“Jangan bilang . . .”
















































“Iya, dia degem yang gue gebet dari hari pertama masuk sekolah yang sering gue ceritain ke kalian. Lucu ya, ternyata mantan pacarnya sahabat gue sendiri.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Bintang mendengus dan kembali pergi. Ninggalin para penghuni kelas yang masih berusaha mencerna drama apa yang barusan terjadi di depan mata mereka.

Bintang marah.

day(s) with; choi soobin (lokal)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang