14. Dibuat pusing

6.5K 499 12
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini, usahakan untuk komen dan follow akun author eca_saf

Terima kasih
&
Selamat membaca

Pagi ini menjadi pagi terberat untukku. Dimana aku harus bekerja mengurus rumah dengan tubuh yang  hampir ambruk. Rasa lelah acara kemarin memang terbalas dengan kelancaran acara, tapi akibatnya baruku rasakan sekarang.

Aku benar-benar kerja rodi seharian ini. Mas Jafran tak bisa membantuku karena ia juga sibuk dengan pekerjaannya. Faza, anakku bertubuh mungil itu juga sibuk merecoki pekerjaan bundanya. Beberapa kali aku sempat menegur Faza yang selalu membuat ulah, seperti main air sampai becek ke dapur, mencabut tanaman hidroponik ayahnya, membongkar mainannya yang baru saja aku bereskan dan masih banyak lagi.

"Faza jangan lempar-lempar bola di dapur nak nanti ada yang....."

Prang....

Belum selesai aku menyeru sudah kejadian. Gelas minum yang berada diatas wastafel pecah akibat dorongan dari bola yang Faza lempar. Belum lagi anak itu malah berlari menghampiri pecahan kacanya, makin parnolah aku.

"Sana-sana, nanti kena kaki Faza berdarah. Faza tunggu di depan duduk! Bolanya ditaruh atau mau bunda kempesin?"

"Iya Nda. Maaf"

"Iya udah sana gapapa"

Pekerjaan ku bertambah. Belum selesai yang ini sudah ada yang itu, belum selesai yang satu sudah muncul yang kedua, tiga empat dan seterusnya. Huftttt... Ingin menangis saja rasanya.

Drttt....

"Nda tepon (bunda telepon)" teriak Faza dari ruang tamu.

"Iya tunggu sebentar"

Disana terpampang nama mas Jafran yang membuat handphone ku tak berhenti bergetar.

"Assalamu'alaikum mas"

"Waa'alaikumsallam dek. Lagi apa?"

"Beresin pecahan kaca"

"Astagfirullah, apa yang pecah dek?"

"Gelas"

"Kok bisa"

"Kena bolanya Faza, tadi engga sengaja Faza lempar-lempar bola di dapur dan kena gelas yang ada di wastafel"

"Tapi gapapa kan? Kamu atau Faza engga terluka?"

"Engga kok mas"

"Alhamdulillah syukur deh. Emm.. siang ini kamu engga usah masak ya dek"

"Kenapa mas?"

"Aku go-food aja ya untuk kamu dan Faza . Dan malamnya kita makan diluar"

"Engga usah mas, aku masih bisa masak kok untuk makan siang. Tapi kalau mas mau ngajak makan malam diluar ya gapapa, aku masak untuk makan siangnya aja"

"Bukan begitu dek, aku cuma engga mau kamu kecapean. Aku tahu badan kamu lagi kurang fit, jadi aku mau kalian go-food aja, kasihan kalau kamu harus masak juga sayang"

"Engga papa kok mas, aku baik-baik aja. Mas mau makan dirumah atau dikantin kantor?"

"Dikantin kantor kayanya. Tapi kalau kamu merasa capek go-food aja ya biar aku yang bayar, dan nanti malam kita makan diluar aja"

"Iya mas. Mera paham"

"Yaudah itu aja pesanku. Jaga kesehatan setelah ashar aku langsung pulang"

"Iya mas"

"Yaudah aku tutup ya, assalamu'alaikum"

"Waa'alaikumsallam warahmatullah mas"

Telepon mati dan segera aku kembali melanjutkan kegiatanku yang sempat tertunda.

Faza anak itu sudah tergeletak tertidur lantai ruang tamu beserta dengan ketujuh robot Ultramannya. Kebiasaan memang, kalau sudah bosan dengan mainannya dan ketemu dengan tempat sejuk pasti tak lama langsung tertidur. Selain itu, jam sebelas memang waktu Faza tidur siang, sebelum bangun kembali yang biasa nya jam setengah satu.

Kalau Faza sudah tertidur dilantai aku tak berani memindahkannya, bukan tega melihat anak tergeletak begitu saja. Tapi kalau kupindahkan Faza akan terbangun dan kembali mencari tempat sejuk dan berkahir dilantai yang sebelumnya ia tiduri, jadi percuma saja kubenahi kalau akan kembali ke posisi semula.

Dan mumpung Faza tertidur aku harus segera membereskan rumah dinas mas Jafran dari segala kekacauan yang ada.

Mula-mula aku bersihkan dulu ruang tamu, sebab aku takut jika ada tamu dari luar atau tetangga datang ke rumah dan melihat mainan Faza yang bertebaran dimana-mana. Setelahnya aku pergi memasak. Tak banyak cukup untuk makanku dan Faza saja, sebab sesuai apa kata mas Jafran ia akan makan dikantin kantor. Dan malamnya ia mengajak kami makan diluar.

Pukul 14.00 aku baru bisa merebahkan badanku yang sungguh sudah sangat lemas. Faza anak itu kembali melanjutkan acara tidurnya dilantai beralas karpet spons bergambar Spongebob sambil menyedot susu formula bersama denganku. Meski ia juga tak tidur seperti aku, namun ia tampak tenang dengan posisi rebahannya, mungkin itu efek dari susu yang sedang disedotnya. 

Acara kartun kembar berkepala plontos itu membuat Faza sesekali berceloteh riang mengoreksi tingkah laku kedua tokoh tersebut.

"Nda seda Upin Ipin ama aya enya Za (bunda sepeda Upin Ipin sama kaya punya Faza)" ujar Faza.

"Iya sepedanya sama kaya punyanya Faza"

"Enti Za ain seda ama dedenya Za ya nda (nanti Faza main sepeda sama adeknya Faza ya bunda)"

"Iya nanti Faza main sepeda sama adeknya Faza"

"Apan Za unya dede nda? (Kapan Faza punya Adek bunda?)"

"Nanti ya"

"Acel au unya dede, Za au uga dedek (Axel mau punya adek, Faza mau juga Adek)"

"Iya nanti Faza boleh punya Dedek"

"Cekarang aja oleh enga? Za au ain Ama Dedenya nda (sekarang aja boleh engga? Faza mau main sama dedeknya)"

"Engga bisa sekarang Za"

"Enapa nda? (Kenapa bunda?)"

Aku terdiam. Sulit menjawab pertanyaan Faza yang ini, mana mungkin aku menjawab kalau mau punya adik harus buat dulu. Nanti yang ada malah tambah rumit pertanyaannya dan kemungkinan besar Faza akan semakin gencar mencari tahu kapan adiknya bisa hadir di dunia menemaninya bermain.

Ingin tenggelam saja rasanya kalau sudah dilanda kebingungan seperti ini.

Faza jangan buat bundamu ini pusing dengan pertanyaanmu itu sayang, kepalaku sudah pusing malah dibuat semakin pusing oleh rasa penasarannya. Hadehh.....

Tapi untung saja tidak ada mas Jafran kalau suamiku itu sampai tahu Faza gencar meminta adik kepadaku dipastikan ia pun akan samanya dengan Faza mendesakku untuk segera menambah momongan.

TBC

Terima kasih sudah membaca, maaf jika ada kesalahan kata² atau penyebutan istilah dalam penulisan. Salam hangat dari author ✌️

Me And You Future ~ Sah Bersama Mu?? 2 (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang