Day(s) With 15

93 11 0
                                    

Tatapannya terpaku pada langit biru yang tertutup awan kelabu. Cuaca hari ini mendung, sama seperti hatinya sendiri.


Pikirannya kosong, hatinya penuh dan hampir remuk. Ia sudah tidak kuat lagi menumpahkan semuanya dengan air mata. Menangis saja tidak cukup untuk menyatakan betapa sakit hatinya dan betapa lelah perasaannya.


"Ayo, Ran. Pulang, mau hujan."

Ran menggeleng dan berkata pelan, "masih mau disini dulu sebentar lagi."

Pemuda itu, Anji, menghela napas lagi. Ini 'masih mau disini dulu sebentar lagi' dari Ran yang kesekian kalinya. Dari saat langit tadi masih biru dan cerah, hingga kini mulai mendingin tanda gerimis.

Yang lain sudah pulang, mama papa Ran dan Bintang juga sudah pulang, terlalu lelah. Mereka menitipkan Ran pada Anji yang suka rela untuk menemani gadis itu.

Anji hanya merasa perlu, tidak ada alasan lain, untuk membawa gadis itu pulang dari tempat ini. Kalau bisa sekalian mengurangi rasa sedih yang dialami Ran, kalau ia bisa, kalau gadis itu mau.

Dan ini juga yang kesekian kali Anji berkata, "ayo, pasti Bintang juga ikut sedih kalau kamu kayak gini."

Kamu.

Ran rindu kata 'kamu' keluar dari lisan Bintang.

"Kak," panggil Ran. Tatapannya masih menatap ke depan, kosong. "Aku salah apa ya sampe Kak Bintang ninggalin aku secepat ini?"

Anji tertegun.

"Aku...nggak ngerti. Semuanya terjadi terlalu cepet sampe rasanya buat mikir pun aku nggak sempat. Aku masih nggak percaya, kak. Aku masih lihat Kak Bintang ada di depanku sekarang lagi senyum, rambutnya cokelat, lesung pipinya, ini Kak Bintang lagi pegang tanganku-"

Anji ikut perih.

"-tapi nggak kerasa, kak. Tangan Kak Bintang kayak angin, aku-"

"aku-"

Tidak tahu. Ran tidak tau ada apa dengan dirinya, apa yang terjadi dengan dirinya sendiri. Apa yang terjadi dengan hatinya, ia tidak tahu.

"Aku memang selalu bilang masa depan nggak ada yang tau. Tapi aku nggak nyangka kalo ternyata sesakit ini rasanya. Aku tau Kak Bintang nggak akan pernah pergi dari aku, aku tau kak Bintang selalu sayang sama aku, aku tau. Cuma sekarang Kak Bintang nggak lagi ada buat sekadar menghirup napas dari udara yang sama kayak kita.

"Bahkan sekarang pun rasanya aku udah nggak berani lagi buat membayangkan masa depan setelah tau kalo aku memang nggak pernah berhak buat tau apa-apa yang bakal terjadi. Aku udah nggak mau berharap lagi, kak. Aku nggak mau berharap apa-apa lagi sekarang."

Anji tidak tahu lagi apa yang bisa ia lakukan sekarang selain mendengarkan dan menjulurkan tangan, "boleh aku pegang tangan kamu?"

Ran tidak menjawab. Tapi Anji tetap menggenggam jemari gadis di sampingnya.

"Gak ada yang salah, Ran. Bintang juga pasti masih mau disini sama kamu, sama kita. Tapi Tuhan punya rencana lain yang lebih indah buat Bintang, mungkin juga buat kamu dan kita yang ditinggalin.

"Kita pikir yang paling baik buat kita adalah kehadiran Bintang disini tapi ternyata nggak gitu. Aku yakin Bintang udah tenang di sana, Ran. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan apapun lagi selama kamu yakin kalau Bintang juga bakal tetep sayang sama kamu walau nggak disini lagi.

"Ayo, Ran. Nggak ada yang salah buat berharap. Semoga masa depan kita bakal lebih indah daripada sekarang, ya? Pelan-pelan, kita sama-sama membiasakan diri menerima kepergian Bintang."

day(s) with; choi soobin (lokal)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang