5. (TIDAK) BAIK-BAIK SAJA

78 28 10
                                    

RARE | 5. (TIDAK) BAIK-BAIK SAJA

"Aku senang melihatmu baik-baik saja, walaupun disini aku sedang tidak baik-baik saja."

*****

Saat ini keadaan di depan ruang UKS benar-benar ramai. Siswa-siswi datang berbondong-bondong begitu mendengar informasi tentang Ramanda yang terluka karena berkelahi dengan sosok tak dikenal.

Sementara di dalam ruangan, Relita, kawanan Ramanda, Adisty dan beberapa orang guru menyaksikan dengan tegang ketelatenan dokter menjahit luka di telapak tangan kiri Ramanda. Sedang sang pasien malah terlihat sangat santai sambil memainkan ponselnya.

"Sudah selesai." Bu Andin, dokter yang bertugas menjaga di UKS, menaruh kembali peralatannya di baki stainless steel khusus.

"Sebelum pergi, jangan lupa mengambil resep obat pereda nyeri dan pengering luka di ruangan saya, ya," kata Bu Andin kepada Ramanda yang hanya mengangguk sekilas. Lantas undur diri dan membiarkan gerombolan itu menemani Ramanda.

Adam mendekatkan diri kepada Ramanda. Menyerahkan sebotol tanggung air mineral kepada saudara tirinya itu. "Minum dulu."

Ramanda meraih pemberian Adam. Meminumnya hingga tandas. "Makasih." Memberikan kembali botol yang telah kosong itu kepada Adam.

"Makanya jangan sok! Dasar sinting!" maki Pedrosa yang refleks dipukul Dennis untuk memberi isyarat bahwa makiannya sangat tidak tepat waktu. Sadar Pak Kris dan Bu Rike mendelik padanya, Pedrosa lantas terkekeh garing.

"Ohiya, Pak. Terus orang asing tadi Bapak kemanakan?" tanya Dennis pada Pak Kris untuk mengalihkan perhatian.

"Sudah saya serahkan ke polisi."

"Si Ramanda juga ditangkap gak, Pak? Kan dia yang bikin babak belur begitu?" Kini giliran Feroza yang memukul lengan Pedrosa. "Loh, orang gue nanya?" alih Pedrosa pada kembarannya itu.

"Tapi pertanyaan lo gak gitu juga. Ini orangnya ada di depan mata. Mana habis dijahit lagi tangannya." Dennis mewakili perkataan yang hendak dilontarkan oleh Feroza. Menarik tubuh Pedrosa agar menjauh sedikit ke belakang. Membuat temannya itu tersenyum masam.

"Sepertinya tidak. Karena ini berbeda kasus dengan masalah kalian. Lagipula, orang asing tadi bukan orang yang dipukuli Ramanda waktu malam itu kan?"

Kelimanya lantas menoleh pada Ramanda. Meminta penjelasan.

Ramanda menggeleng. "Bukan. Dia Deon, tangan kanannya Alex." Teman-temannya pun refleks menghela napas lega mendengarnya.

Feroza kemudian mengambil alih tempat Pedrosa berdiri tadi. "Pak, boleh kami ngeliat rekaman cctv-nya? Kok bisa-bisanya orang itu tembus ke dalam sekolah."

Pak Kris mengangguk. "Silahkan. Nanti datang saja ke ruangan saya."

Setelah berbincang sebentar dengan para guru, Bu Rike ikut mendekat dan memegang pundak Adam. "Ya, sudah kalau begitu, kalian di sini saja jaga Ramanda. Masalah tadi bisa dibahas nanti."

"Iya, Bu." Adam mengangguk sopan. Kemudian, para gurunya itu keluar dari ruang perawatan.

"Sakit gak, sih, dijahit?" Beo Pedrosa lagi. Memperhatikan dengan seksama jahitan di tangan Ramanda tanpa menyentuh. Diikuti oleh Adisty yang berdiri disisinya.

RARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang