Chapter 4

16 2 0
                                    

Dua hari berselang sejak pertemuan pertama Kala dengan Rinjani.

Hari ini Kala seperti biasanya tetap bekerja di Rumah Sakit. Pasien tidak banyak hari ini tetapi tetap membuatnya sibuk. Hawa kota nya yang sering berubah ubah, kadang hujan deras sekali lalu hari berikutnya sangat panas terik, membuat orang orang di kota nya banyak yang terkena penyakit seperti demam dan radang.

Hari sudah semakin siang, sebentar lagi Kala akan mengambil jam istirahatnya. Belum ada pasien saat ini, jadi Kala menyempatkan merogoh saku jas putih nya dan mengambil handphone nya.

Sejak tadi pagi Kala berfikir untuk mengirim pesan kepada Rinjani. Menanyakan kabarnya dan kalau bisa membuat janji bertemu lagi.

Pulang dari café biru kemarin, mereka sempat melanjutkan obrolan dengan saling mengirim pesan. Seperti dugaannya, Rinjani memang tak pernah membuatnya bosan. Mereka bisa saling bertukar cerita tentang kehidupan mereka, keluarga dan pekerjaan.

Kala juga sempat menceritakan sedikti tentang kisah cinta masa lalu nya. Rinjani juga menceritakan sedikit kisahnya, bukan kisah cinta tetapi beberapa teman dekatnya, Riana dan Oki yang sudah menjadi sahabatnya sejak 10 tahun yang lalu. Rinjani mengaku bahwa dia tidak punya kisah cinta masa lalu yang bisa diceritakan, biasa saja katanya. Tetapi justru itulah yang membuat Kala semakin penasaran pada Rinjani.

sudah dapat ide cerita?’ tulis Kala pada pesannya pada Rinjani siang itu.

Rinjani tidak segera membalas pesannya. Mungkin perempuan itu sedang sibuk menulis, atau meeting di kantornya, batin Kala.

Kala berjalan keluar ruangannya dan berjalan ke depan teras ruangannya, yang langsung berhadapan dengan taman dengan kolam ikan di tengahnya.

Beberapa perawat yang lewat menyapa nya sekilas, dan Kala hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman saja.

Kala berfikir untuk memesan makanan saja, daripada harus pergi untuk makan di luar sendirian. Saat akan memesan makanan dengan handphone nya, muncul pesan notifikasi masuk. Dari Rinjani.

Belum. Bantu aku.’

Balasannya sangat singkat, tetapi cukup untuk mengembangkan senyum di wajah Kala.  Rinjani, perempuan itu sangat simple dan jujur.

apa ceritaku bisa membantu?’

kisah cintamu cukup rumit, aku tak mau menulis genre tragedy.’ Spontan Kala tertawa, yang sedikit membuat beberapa perawat yang lewat di belakangnya heran. Kala yang sadar hanya balas terenyum kepada perawat itu lalu kemudian berjalan kearah bangku taman di pinggir kolam, dan duduk disana sambil membalas pesannya.

dimana penulis biasanya bekerja? apa dikantor juga?’

Balas Kala, yang artinya kurang lebih menanyakan saat ini Rinjani ada dimana, tetapi dengan bahasa yang berbeda. Kala tahu Rinjani adalah perempuan yang cerdas, dan akan mengerti maksudnya, paling tidak harapannya begitu.

apa kau sedang menawariku tempat untuk menulis di lorong rumah sakit?’

See? Rinjani selalu penuh kejutan dengan jawabannya.

kemarilah, menulis dibawah pohon rindang sambil makan siang menurutmu bagaimana?’

‘di bawah pohon di pelataran Rumah Sakit mu?’

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang