"Kamar tamu nya ada di sebelah sana. Jangan berisik karena kalian akan melewati kamar Mark. Ok?" Ucap Wendy bisik-bisik. Taeyong dan Johnny menganggukan kepalanya.
Wendy dan Seulgi masuk ke dalam kamar. Wendy memilih untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum tidur. "Wan!" Panggil Seulgi. Wendy yang baru keluar dari kamar mandi menatap sahabatnya bingung. "Apa?"
Seulgi mengangkat celana dalam berwarna hitam dengan aksen renda di bagian karet lingkar paha. Wendy dengan cepat mengambil celana dalam miliknya itu lalu menyembunyikannya di belakang tubuhnya.
"WENDY!?" Tanya Seulgi terkejut sambil tersenyum lebar. "Shhh!!" Wendy melempar celana dalamnya ke tempat cucian lalu menutup wajah Wendy menggunakan bantal. "Kalian sudah...?" Tanya Seulgi menahan suaranya agar tidak terlalu keras karena semua orang sudah tidur.
Wendy menghela nafas menggigir bibir bawahnya menahan senyum dan itu berhasil membuat Seulgi menutup wajahnya dengan bantal lalu menjatuhkan dirinya ke atas kasur berteriak dibalik bantal.
"Jangan bilang di malam lamaran kalian?" Tebak Seulgi lagi. "Seulgi! Diam!" Wendy mendorong tubuh Seulgi agar kembali terjatuh. "Oh my godddd~ Joy akan mati berdiri jika mendengar ini!" Seulgi langsung mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Joy.
Wendy langsung merebahkan dirinya dan berusaha untuk tidur mengabaikan Seulgi yang masih banyak bertanya seputaran Wendy dan Taeyong yang- kalian pasti paham.
"Berhenti menggangguku dan cepatlah tidur!" Wendy menarik kerah piyama Seulgi agar ikut berbaring di sebelahnya. Seulgi malah menatapnya dengan cengiran menggemaskannya. "Wan, bagaimana rasanya?" Tanyanya lirih penuh keingintahuan.
Wendy mengerang malu lalu menutup wajahnya dengan guling. "Tidur Kang Seul." Perintah Wendy lagi. "Ya tuhan kau benar-benar tidak mau berbagi pengalaman dengan sahabatmu sendiri?" Seulgi masih memaksa.
"Tidak. Jika kau masih berbicara aku akan menaruhmu di kamar ruang tamu dengan Johnny!" Ancam Wendy. "Agar kau tidak banyak bertanya dan merasakannya sendiri. Apa itu ide bagus untukmu?" Wendy tersenyum penuh arti.
"Dasar manusia laknat! Apa maksudnya merasakannya sendiri!?" Seulgi kini menatap Wendy horor. "Kau tau~ jangan pura-pura bodoh~" Wendy menaik turunkan kedua alisnya. "Aku menyerah. Aku menyerah. Berhenti memasang wajah seperti itu kau membuatku merinding!"
...Wendy dan Seulgi kembali berkutat dengan pasien-pasien dan dengan aktif pergi kesana kemari, tidak sampai tiba-tiba mereka mendapat panggilan darurat dari arah kamar Tuan Ji Hansol.
"Seulgi mana!?" Wendy bertanya kepada Joy yang baru sampai di depan ruang inap Tuan Ji Hansol. "Masih dijalan. Kita duluan saja!" Joy dan Wendy langsung masuk ke dalan ruangan karena dr. Onew sudah ada di dalam dengan Daniel.
Seluruh anggota militer yang menunggu di dalam langsung di evakuasi keluar kamar karena detak jantung Tuan Ji Hansol berhenti saat ini. Mereka harus melakukan tindakan menggunakan alat pacu jantung.
Taeyong yang melihat kondisi tersebut hanya bisa mondar mandir di depan pintu ruang inap dan mengintip lewat jendela pintu yang tidak besar itu.
"Dalam hitungan 3. 1... 2... 3!"
Wendy menempelkan alat pacu jantung sejenak lalu menunggu EKG yang sekarang mengeluarkan bunyi panjang, berganti menjadi bunyi detak jantung.
Namun nihil.
"1... 2... 3!"
Wendy mengulang apa yang baru saja ia lakukan. Ia mencoba untuk tidak panik dan masih menaruh harapan. Alat EKG masih tidak menunjukan perubahan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
P U Z Z L E✔️
Fanfiction[Wendy/Taeyong] - Perjuangan Wendy, seorang dokter muda yang belum pernah menikah, mengadopsi pasien anak korban penyiksaan orang tuanya, Mark. Dipertemukan dengan seorang serdadu tampan, Lee Taeyong yang tiba-tiba sukarela menjadi ayah dari anak an...