1.awal perjumpaan yang menghanyutkan

303 9 0
                                    

Sore hari ini cuaca terasa sedikit panas menurutku. Padahal waktu telah menunjukkan pukul 4.30 sore dimana seharusnya suasana telah sedikit redup akibat pergeseran matahari, mungkin akibat dari musim pancaroba hingga cuaca masih sering tak menentu terkadang panas akan tetapi tiba tiba turun hujan, ya walaupun dalam intensitas biasa sih tidak terlalu lebat bahkan tak jarang hujan turun hanya sebentar saja kadangkala cuaca tiba tiba berangin seperti saat ini membuat hujan yang seolah akan turun lebat tiba-tiba tidak jadi. Perkenalkan namaku Radinda seorang tutor bahasa Inggris sebenarnya ini bukan pekerjaanku yang sesungguhnya karena aku masih harus mengejar kuliah Magisterku yang akan kutempuh beberapa bulan lagi. Hari ini aku terpaksa berjalan kaki karena motor kesayanganku si merah lagi ngambek hingga ngadat nggak tahu waktu entahlah mungkin aku lupa ganti oli atau apa kalau sudah begini harus rela deh diceramahi Kakakku yang paling ganteng sedunia.

Di Surabaya ini aku tinggal dengan kakakku yang kini bekerja sebagai seorang dosen dia mengajar disalah satu universitas negri Surabaya dan merupakan salah satu dosen termuda lho! Kami berdua hidup terpisah dengan Ayah karena beliau telah punya keluarga baru sejak 3 tahun lalu semenjak kepergian Bunda untuk selamanya. Ayah kami kini telah hidup bahagia dengan keluarga barunya semenjak kepergian bunda saat itu.

Awal-awal Ayah berkeluarga kami tak rela dan hal itu juga yang menjadi pemicu retaknya hubungan kami namun semakin kesini kami mencoba memahami dan berusaha berdamai dengan hati kami karena mengingat nasehat Bunda agar kami tak dendam pada Ayah apapun yang terjadi.

Aku adalah gadis 17 tahun dengan sisi sensitif yang tinggi tapi meski begitu diusiaku ini aku telah mencapai gelar Sarjana. Setelah lulus S1 jurusan sastra Inggris kegiatanku saat ini adalah mengajar menjadi tutor bagi anak-anak tetangga kanan kiri walaupun ada juga tutor khusus yang mengharuskan aku datang kerumah murid secara langsung karena letaknya yang sedikit jauh. Biasanya aku memberi les pada sore hari karena pagi hari aku harus mengumpulkan pundi-pundi lain dengan menerima pesanan cake maupun kue-kue lain sesuai permintaan pelanggan semua kulakukan untuk tabunganku demi mengejar gelar Magisterku meski Alhamdullillahnya aku mendapat bea siswa lagi untuk kuliah Pasca sarjanaku.

Sore ini aku sedang dalam perjalanan memberi les privat pada salah satu anak didikku. Untung saja tempatnya tidak terlalu jauh hingga aku bisa tetap berangkat meski harus menjangkaunya dengan berjalan kaki dari rumah.Hanya saja letak rumah muridku kali ini didalam sebuah asrama TNI sehingga kala aku kesana harus melapor di pos penjagaan terlebih dahulu.

Alhamdullilah hampir sampai dari jarak 100 meter sudah terlihat pos penjagaan di depan sana. Selain panas hari ini juga sangat berangin untung saja aku pakai jins dengan atasan Tshirt pres body yang sengaja kupadukan dengan cardigan rajut longgar coklat susu panjang hingga sebatas paha untuk menyamarkan lekuk tubuhku serta hijab berwarna coklat muda yang senada dengan warna jinsku dan juga sepatu converse putih kesukaanku. Awal mulanya aku melangkah santai menyusuri bahu jalan sambil menikmati semilir angin yang berhembus namun semua terusik tatkala dari arah belakang terdengar suara jeritan beberapa anak perempuan yang merupakan segerombolan anak SMU yang baru saja pulang sekolah dan salah satunya kini tengah melewatiku sambil berlari terengah-engah lalu tanpa basa-basi segera ku tarik pelan lengannya untuk kutanyai.

"Dek ada apa kenapa lari-lari?" dan anak SMU itu bukanya menjawab pertanyaanku tapi malah balik menarik tanganku sambil berseru ...

"Kakak ayo lari kak jangan berhenti dibelakang ada orang gila kak menurut isunya dia suka mencium gadis yang terlihat olehnya awas kakak dicium lho soalnya kakak kan cantik! Kyaaa!!! kak dia di belakang kita Kak ayo lari lebih cepat kak ikuti aku!" Akupun segera berlari mengikuti arahan dari gadis yang menarik tanganku tapi tiba-tiba ada yang menyentuh pundakku aku terkejut hingga tubuhku luruh bagai tanpa tulang dan akupun tak sanggup berdiri dengan tubuh gemetar aku berjongkok sambil menutup wajahku, bahkan aku tak sadar saat aku berjongkok itu aku menempelkan wajahku pada kaki seseorang yang ada disitu seakan rasa maluku terkikis oleh rasa ketakutanku yang lebih besar, bahkan saat rasa takut itu semakin besar akupun memeluk erat kaki orang yang sama sekali tak kukenal.

JANJI SUCI MAS ABI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang