Namaku Dimas, beberapa bulan lagi aku akan berulang tahun yang ke 23 tahun. Aku menikah satu setengah tahun lalu, tepatnya saat usiaku 21 tahun. Nikah di usia muda itu ternyata tidak semenarik yang orang-orang bilang, apalagi kalau menikah muda karena kecelakaan.
Akan kuceritakan sedikit tentangku sebelum menikah dulu.
Meskipun sering digosipkan dekat dengan banyak cewek, sebenarnya aku bukan tipe orang yang gampang menaruh perasaan kepada seseorang. Mungkin itu karena aku terlalu banyak membantu siapapun tanpa pandang bulu. Bagiku, membantu teman-teman yang kesulitan entah kenapa rasanya menyenangkan bagiku. Tapi, entah kenapa karena perilakuku yang seperti itu, akhirnya banyak yang berkata kalau aku justru orang yang jahat.
"Kamu tuh baik tapi jahat! Tukang bikin baper!"
"Mentang-mentang ganteng, deketin cewek seenaknya tapi ditinggal tanpa kepastian!"
Itulah yang biasa kudengar dari teman-temanku. Sepertinya aku kurang peka sehingga membuat mereka berpikir aku memperlakukan mereka dengan spesial.
Tapi sejujurnya, kemampuanku dalam hal percintaan sangat payah. Selain tidak gampang menaruh perasaan, aku juga selalu kesulitan untuk membuka pembicaraan ke arah romantis dengan cewek. Sejak dulu, jika aku menyukai perempuan, aku pun tak pernah menyatakan perasaanku dan berpacaran. Aku hanya memandangnya dari jauh dan menyimpan rasa dalam hati.
Lambat laun aku pun belajar untuk berani menyatakan perasaanku kepada cewek yang kusukai. Istriku, Heny, adalah pacar pertama sekaligus terakhirku. Kami cukup lama melakukan PDKT, hingga akhirnya resmi berpacaran. Aku mulai menjalin hubungan dengannya saat kami masih berkuliah semester 5. Tapi tak kusangka kalau kepayahanku dalam urusan percintaan akhirnya membawa bencana. Itu semua terjadi saat anniversary pertama hubungan kami, saat kami menempuh semester 7 perkuliahan.
Heny ternyata sama sepertiku, sama-sama baru pertama kali menjalin hubungan pacaran. Ini karena orang tuanya yang terlalu protektif kepadanya. Awal pacaran kami menyembunyikan status dari kedua orang tuanya. Tapi, seiring berjalannya waktu, dia akhirnya memperkenalkanku kepada orang tuanya. Heny pun merasa lega ketika orang tuanya melunak dan mengijinkannya menjalin hubungan denganku.
Karenanya, hubungan kami semakin intens. Awal mulanya kami sangat senang bisa selalu berada dekat, kemudian kami terbawa menjadi lebih dekat dengan genggaman tangan, yang perlahan berubah menjadi pelukan. Akhirnya ciuman pertama itu menarik kami untuk lebih dekat, bahkan kalau bisa menjadi satu. Akhirnya terjadilah. Kami berdua pun benar-benar menyatukan tubuh hingga meraih puncak kenikmatan bersama. Kami sama-sama kehilangan keperjakaan dan keperawanan.
Heny cemas saat pertama kali mengetahui dia telat datang bulan. Kami pun berinisiatif untuk mengetes kehamilan. Aku dan Heny masih saja terkejut hasilnya positif meskipun kami tahu malam anniversary itulah yang jadi penyebabnya. Dia menangis ketakutan akan reaksi orang tuanya mengetahui hal ini. Aku boleh saja payah dalam urusan percintaan, tapi aku bukan lelaki pengecut yang kabur dari tanggung jawab. Aku pun berjanji untuk menikahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Terlarang (Kumpulan Cerita)
Genel KurguSebuah kumpulan cerita pendek (one shoot) tentang hubungan yang tidak seharusnya terjadi. WARNING! Mengandung unsur LGBT dan adegan seksual yang digambarkan secara eksplisit. Hanya untuk pembaca dewasa (21+). Bagi yang belum cukup umur atau tidak me...