27. Gugur🥀

730 115 12
                                    

⭐⭐⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⭐⭐⭐


Anggota polisi dan forensik segera mendatangi tempat kejadian. Panti asuhan itu sudah diberi garis polisi. Doyoung mengacak rambutnya frustasi, karena sepertinya kematiannya sudah lebih dari 24 jam. Dia mengecek ponselnya yang bergetar sedari tadi. Ada panggilan dari telepon dari Silvia.

"Halo, kenapa?"

"Doy, aku dapat sesuatu."

"Apa?"

"Renjun itu pasien di Rumah sakitku. Aku juga baru tahu, teman aku yang tanganin dia."

"Oke, nanti aku langsung ke sana. Aku lagi ada masalah di sini."

"Masalah?"

Doyoung melirik jenazah yang tengah dibawa ke mobil ambulan. Dia menelan ludahnya dengan paksa. "Ibu Helena meninggal." desis Doyoung.

Dirinya masih syok dan setengah percaya, mengapa pas di saat ia membutuhkan informasi darinya? Tapi kecurigaannya merujuk pada anak kandung Helena. Hendery.

Doyoung lalu memutuskan sambungannya. Dia kembali memasuki rumah itu untuk memeriksa sesuatu. Siapa tahu dia mendapatkan sesuatu dari sana. Informasi mengenai siapa adiknya.

Jika bukan Rania, itu mungkin—

Renjun.

🥀🥀🥀

Karena hamil Rania masih sangat muda, mereka masih bisa menggugurkannya lewat obat-obatan.   Rania beberapa hari ini tidak membuka ponselnya, ia terkejut melihat panggilan masuk yang sangat banyak dari Doyoung.

"Ran, aku mau keluar dulu." ujar Renjun.

"Iya, hati-hati, Kak."

Masih sedikit canggung, namun Rania harus terbiasa memanggil Renjun dengan embel "kak". Laki-laki itu tersenyum getir, kemudian mengambil kunci mobilnya. Entah mau kemana, Renjun hanya mengenakan hoodie dan celana jeans.

Rania memilih untuk bersih-bersih rumah. Selang beberapa jam setelah Renjun pamit, bel rumahnya berbunyi. Perempuan itu bergegas melihat keluar. Matanya membelalak saat lihat siapa yang bertamu.

"Kak Doyoung?"

"Rania... Akhirnya aku nemu alamat kamu."

"Masuk dulu, kak." Rania mempersilakan Doyoung masuk ke dalam rumah.

Doyoung masih ragu untuk bicara, pasalnya berita yang akan ia sampaikan adalah berita buruk. Mungkin Rania akan syok mendengarnya. Apalagi Rania adalah anak panti kesayangan Helena.

"Ran, aku ke sini mau kasih kabar duka—" Doyoung menghembuskan napasnya lebih dulu, "Helena, ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya."

Matanya membelalak saat Doyoung menyelesaikan kalimatnya. Helena? Bunda Helena? Rania membungkam mulutnya sendiri, tiba-tiba air mata sudah menggenang, membuat pandangannya agak kabur. "Kak—kok bisa..." lirih Rania menahan tangisnya susah payah.

Bloody Fear | Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang