47.

23.1K 1.3K 82
                                    

          "Siapa mereka?" heran, Abbey bertanya.

"Aku bukan gay seperti yang selalu mereka katakan. Ini adalah perempuan yang pernah berhubungan denganku," ada kalanya lidah Abbey terasa keluh hanya untuk sekedar bertanya, "Teman tidurku," terang Arlington memperjelas.

"Aku bersih, aku hanya melakukan sex,"

"Having sex? Sama seperti yang kita lakukan barusan?" ditengah kecanggungan Abbey tetap berusaha untuk bertanya

"Tidak, itu berbeda. Aku tidak having sex dengan istriku. Aku tidak pernah memakaikan pakaian dalam perempuan setelah melakukan sex, aku tidak pernah memperbolehkan mereka memakai pakaianku setelah melakukan sex,"

"Mereka tidak pernah menyentuhku, tidak pernah meremas rambutku seperti apa yang selalu kamu lakukan,"

"Aku tidak pernah memanggil mereka pumpkin atau mencium mereka,"

"Lalu untuk apa kamu menyimpan semua ini? Kamu masih berhubungan dengan mereka?"

"Tidak tepat setelah kita menikah, aku bukan pria suci tetapi aku bukan suami yang brengsek. Semua ini adalah perjanjian antara kedua belah pihak agar mereka tidak membocorkan apa yang pernah terjadi."

"Aku memiliki fetish yang mungkin menurutmu aneh," Arlington tertawa hambar, mendudukan dirinya, "Aku memiliki hasrat seksual ketika melihat perempuan bertubuh gemuk."

"Itu sebabnya kamu bilang... kamu tidak menyukai perempuan sepertiku?"

"Ya,"

"Tapi kamu tidur denganku, maksudku, kita melakukannya bahkan berkali-kali,"

Ujung bibir Arlington terangkat keatas, ia senang ketika mendengar Abbey menerangkan jika mereka sudah pernah melakukannya berkali-kali dengan wajah yang polos.

"Aku tidak tau, itu terjadi begitu saja. Aku bergairah ketika melihat kamu, aku menyukainya ketika kamu mendesahkan nama aku seolah bibir itu sengaja tercipta untuk mendesahkan nama aku—"

"Stop! don't you dare," potong Abbey sebelum Arlington menjabarkan hal lainnya lebih jauh.

"Untuk apa kamu mengatakan semua ini?"

"Karena kamu ingin mengetahuinya? Kamu sudah melihatnya bukan?"

"Jika aku tidak melihatnya hari ini, apa kamu tidak akan mengatakan semua ini kepadaku?"

"Maybe?"

Abbey sedikit berjinjit memeluk leher Arlington, "Terima kasih," membenamkan wajahnya pada leher Arlington, "Terima kasih untuk kejujuranmu."

Abbey mengeratkan pelukannya seolah tidak ingin melepaskan Arlington. Ia tidak peduli dengan apa yang pernah terjadi di masalalu Arlington, itu tidak penting untuknya. Masalalu Arlington adalah cerita lama milik Arlington sedangkan masa depan Arlington adalah cerita mereka bersama.

Tetapi pria itu berani mengatakan semuanya kepada Abbey, menjelaskan sisi gelapnya kepada Abbey. Berusaha terlihat tenang dan meyakinkan Abbey meski Abbey yakin, jika Arlington juga takut. Tidak mudah untuk mengatakan kekurangan kita kepada orang lain.

Mungkin Abbey juga harus mulai melakukan hal yang sama. Seperti apa yang dikatakan Luigene, sepahit apa pun kejujuran itu akan jauh lebih baik daripada sebuah kebohongan yang manis.

"Lupakan, kamu butuh makan," pria itu melepaskan pelukannya. Secara mendadak ia berjongkok dan menarik Abbey hingga terjatuh diatas bahunya. Arlington menggendong Abbey seperti karung beras.

Abbey berteriak kecil karena terkejut, ia tertawa ketika Arlington membawanya keluar, "Aku ingin memakan kamu."

"Kamu butuh tenaga untuk melakukan itu," satu pukulan mendarat mulus di bokong Abbey yang tertutupi kemeja Arlington, "Sebaiknya kita makan sesuatu yang bisa mengisi tenaga terlebih dahulu."

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang