Pukul empat pagi, dimana semua orang seharusnya terlelap dengan pulas atau sedang berada di dalam mimpi. Tetapi Arlington justru secara sadar menatap istrinya yang sedang tidur. Tak tau apa yang sedang di pikirkannya, Arlington sudah menatap Abbey sejak satu jam yang lalu.
Pria itu tidak bisa memejamkan matanya dengan tenang. Tatapannya tampak teduh bercampur sedih meneliti wajah istrinya.
Abbey menggeliat kecil membuat Arlington mengusap punggungnya dengan pelan berharap itu bisa menenangkannya. Tetapi Abbey justru membuka matanya, dengan rasa kantuk ia melihat suaminya yang sudah terjaga.
"Jam berapa ini?"
"Masih pukul empat pagi, tidurlah lagi." ia menaikan selimutnya hingga ke leher Abbey, menutupi tubuh istrinya yang tak tertutupi sehelai benang pun.
"Kamu tidak tidur?"
"Aku ingin melihat kamu tidur. Kamu butuh sesuatu?"
Abbey menggeleng kecil, ia menenggelamkan wajahnya pada dada Arlington.
"Besok aku akan membuatkanmu sarapan."
"Benarkah?"
"Ya, kamu ingin makan apa?" tangan Arlington mengusap rambut Abbey dengan lembut agar perempuan itu kembali tertidur.
Abbey merapatkan tubuhnya pada tubuh Arlington, memeluk pria itu, "Kamu." gumam Abbey sebelum kembali tertidur.
"Wake up, pumpkin." usapan lembut pada wajah Abbey dan godaan yang selalu dilontarkan Arlington membuat tidur Abbey terusik. Mau tak mau ia bangun.
Rasa kantuk yang belum hilang sepenuhnya digantikan rasa terkejut begitu melihat tubuh suaminya yang shirtless. Tidak bukan itu yang membuat Abbey terkejut.
Arlington berbaring disebelahnya, hanya menggunakan celana pendek dengan beberapa potong daging serta keju yang tersusun rapi diatas tubuhnya yang polos.
Hell, apa lagi yang sedang dilakukan oleh suaminya itu? Ada salami, ham bahkan prosciutto. Tidak sampai disitu, berbagai macam keju juga ada, mulai dari potongan cheddar hingga blue cheese.
Tubuh pria itu sudah seperti meja makan yang disusun sedemikian rupa.
"Apa ini?" tanya Abbey dengan dahi yang berkerut heran.
"Charcuterie, tadi pagi aku bilang akan membuatkanmu sarapan bukan? Aku sudah bangun sangat pagi untuk menyiapkan semua ini." tangan Arlington bergerak mengangkat sebuah botol hitam disampingnya, bertuliskan Cabernet Sauvignon. Pria itu bahkan sudah menyiapkan red wine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons
Romance[COMPLETED] Tak pernah terlibat skandal bersama perempuan merupakan reputasi besar yang Arlington pegang hingga sekarang. Kehidupannya yang tampak sempurna sukses membuat Abbey rela menyerahkan diri secara sukarela kepadanya. Arlington pun berhasil...