Dia kenapa ganteng sekali?
Astajimmm.
Aku langsung memalingkan wajah saat melihat Abyan menoleh ke arahku. Dia sedang mematut dirinya di depan cermin. Hari ini dia ada undangan ke nikahan salah satu partner bisnisnya. Dan dia mengajakku. Padahal aku udah mengatakan tidak udah di ajak. Toh aku cuma, malu-maluin kan? Aku tuh timpang banget kalau jalan ama Aby. Kayak bapak ama anaknya emang. Duh.Nah kayak, gitu. Aku kan malu jalan ama dia. Ckckckck.
"Kamu belum siap-siap?"
Yah, kenapa harus ini hari ya? Bukannya besok kita juga bakalan ngadain resepsi? Nah kenapa juga harus ke kondangan orang lain? Ih absurd otakku.
"Aku sakit deh kayaknya."
Moga nggak ketahuan. Aku mengusap kepalaku. Eh iya semalam kami tidur dalam satu kamar. Iya tidur doang. Duh aku malu tahu, pas Abyan bilang gini 'kamu mikirnya udah mau di buahi aja Yank.'
Nah itu mulut emang. Akhirnya tidur berdua dalam satu kasur yang luas. Padahal aku juga was was kalau pas tidur aku nendang dia, atau aku ngorok gitu. Atau aku ngiler. Ih. Otakku. Makanya semalam tidurnya bentar banget. Sebelum subuh aku udah terbangun dan langsung mandi. Biar kelihatan cantik sebelum Abyan bangun. Ribet kan jadinya.
Abyan melangkah ke arahku. Dia langsung duduk di tepi kasur dan kini mengulurkan tangan untuk menyentuh keninggku.
"Ehmm nggak demam."
"Bukan sakit demam juga. Aku lagi ehmmm itu sakit perut."
Jawabanku membuat Abyan mengernyitkan kening.
"Mau ke dokter?"
Kugelengkan kepala dengan cepat. Ah malah di ajak ke dokter. Nanti dikirain anaknya lagi.
"Mau bobok aja di rumah."
Lagipula aku emang di kasih, cuti nih. Angga kemarin udah nyebar undangan dan aku di beri libur untuk hari ini sampai resepsi. Belum tahu kantor pasti akan heboh kalau denger aku udah nikah sama big bos mereka.
Abyan menatap jam yang melingkar di tangannya.
"Ehmm ya udah. Saya nggak jadi pergi. "
"Loh, kok nggak jadi gimana?"
Abyan melepas jasnya kembali dan kini menatapku.
"Istri saya sedang sakit. Saya nggak mungkin pergi keluar."
Yah kok gitu? Aku padahal pingin me time gitu. Sebelum jadi orang yang benar-benar terikat sama Abyan. Ah aku ngomong apa sih.
"Eh nggak usah. Sana pergi saja. Paling sebentar kan?"
Tapi Abyan sudah menggelengkan kepala. Dia malah beranjak untuk menyimpan jasnya. Lalu melepas kemejanya dan membuat aku membelalak. Otomatis aku langsung memejamkan mata.
"Sayang, kenapa?"
Duh malah tanya kenapa? Aku membuka mata dan menjerit karena melihat dadanya yang berbulu dan...
"Ada yang sakit?"
Abyan sudah mendekat dan membuat jantungku malah berdegup kencang. Aroma parfumnya dan kulitnya yang terpapar jelas di depanku membuat kepalaku malah pening.
"Eh itu... Enggak."
Abyan tersenyum lalu malah kini mendekat dan menarik tubuhku untuk masuk dalam pelukannya. Waduh panas ini.
"Kamu maunya di manja gini kan?"
Eh kok dia bilang gitu?
"Ih siapa bilang?"
Abyan, terkekeh lalu mengecup keningku.
"Atau enggak mau pergi berdua sama saya? "
Matanya menyelidik menatapku. Lah kok ketahuan bohongnya?
"Hehehehe ketahuan ya?"
Abyan malah terkekeh lalu mencubit hidungku.
"Akal-akalan kamu itu bisa di tebak."
Ih nyebelin. Masa trik ku membohongi tidak berhasil.
"Padahal semua bisa aku bohongin loh. Kemarin aja ambil kopinya Hafidz nggak ketahuan."
Eh aku keceplosan.
"Apa kamu bilang? Ambil kopinya Hafidz? Sayang, kamu ini istriku. Masa malu-maluin ambil kopinya si Hafidz. Mau beli se pabriknya juga aku bisa."
Waduh.
"Ih apaan sih. Enggak maksudnya kemarin pas ngantuk-ngantuknya dan... "
Cup
Eh..
Mataku membelalak merasakan ciuman di bibirku.
"Kamu gemesin."
Aduuhh..
Bersambung
Sory dikit banget... Lagi di jalan ini. Nanti lanjut lagi kalau koment nembus 300 lagi deh ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH RASA DUREN
RomanceAku Ayu Biru Haqiqi. Selalu mengimpikan mempunyai suami seorang pria muda, tampan dan berwibawa. Seperti Bosku di perusahaan tempat aku bekerja. Selama 1 tahun aku sudah memimpikan saat aku bisa memikat hatinya. Dan memang gayung bersambut, aku tiba...