PROLOG

146 29 24
                                    

Keterlambatannya membuatnya terpaksa di hukum di tengah lapangan. Terik matahari yang begitu menyengat mengenai tubuhnya yang mulai mengeluarkan keringat. Ini menandakan bahwa dia sudah sangat terlambat.

Siapa lagi siswa yang paling sering mendapat skorsing di Sekolahnya kalau bukan Farel Afsandi, namanya cukup dikenal oleh pihak sekolah karena keterlambatannya, walau begitu dia tidak pernah sekalipun bolos Sekolah, ini yang menjadi pertimbangan Gurunya untuk mengeluarkannya dari Sekolah.

Anak dengan kulit sawo matang, tinggi semampan rambut ikal yang berwarna sedikit kecoklatan, dan wajah dinginnya membuat beberapa teman dan guru kadang kesal, namun dia memiliki senyum yang sungguh manis membuat wanita mana saja, mampu di buatnya tak berkedip walau sedetik, hanya untuk menyaksikan senyuman Farel yang begitu jarang terlihat, anak itu sangat pemurung, dan hanya berteman dengan beberapa orang saja.

Pertengkaran orangtua nya beberapa bulan yang lalu membuatnya menyimpan sedikit rasa dendam pada Ayahnya yang pergi meninggalkan Ibunya karena sebuah bisnisnya yang sedang luar biasa saat itu.
Ayahnya lebih memilih kekayaannya dan mulai melupakan Ibunya semenjak dia sukses. Membuat Farel begitu membenci Ayahnya saat melihat kepergiannya.

Dan pada akhirnya karena sebab Ayahnya, di sisi lain dia memiliki karakter pendekatan hanya pada orang yang cukup lama dia kenal. Dia kurang terbiasa dengan orang baru. Itulau mengapa, saat ibunya memindahkan nya ke Sekolah barunya di italia pertama kali, Farel sudah menjadi anak yang minim pergaulan. Hingga keempat temannya, perlahan mampu mengubah karakter dingin yang dimiliki Farel. Walau tidak sepenuhnya berubah, tetapi Ibunya sangat bersyukur dia bisa kembali memiliki teman dan tidak menyendiri.

"Apa yang kamu tunggu, cepat bersihkan halaman Sekolah ini sekarang?!" Suara Pak Nurdin wali kelasnya menghentikan lamunan Farel yang sedang memikirkan Ayahnya, yang telah tega meninggalkan mereka dikala dia telah sukses.

"Eh, baik Pak, kalau begitu saya permisi," Farel lalu berjalan pergi, dan langsung menuju halaman Sekolahnya.

***

Sesampainya di halaman, dia mendapati banyak dedaunan kering yang berserakan lalu  tiba-tiba,

"BRUKK!"

Siswa yang sepertinya adalah Kakak kelasnya  itu menumpahkan sampah dihalaman yang berserakan tersebut, mereka juga menghambur dan menendang sampah-sampah tersebut hingga tercecer ke berbagai arah, membuat Farel hanya menatap mereka semua dengan geram.

Setelah mengacak dan menghambur sampah itu, mereka pun tertawa dan berlari pergi, dan sesaat Farel melihat seorang Guru, yang tidak lain adalah Pak Nurdin yang di hampiri oleh Siswanya yang menghambur sampah tadi. Sepertinya, mereka sudah merencanakan semuanya untuk siswa yang sudah sering terlambat. Dia hanya bisa menatap Siswa tersebut dan Pak Nurdin yang sedang tersenyum ke arah Farel, "Huh sial!" Umpatnya pelan. Lalu dia segera membersihkan halaman tersebut.

 
***

Setengah jam dia menghabiskan waktunya membersihkan halaman tersebut.
Sebenarnya Farel bisa masuk lebih cepat ke dalam kelasnya, namun Kakak Kelasnya itu masih saja menjahili dirinya dengan menambahkan banyak sampah, dia sudah sempat marah, namun itu sia-sia saja, mereka selalu berdalih, "ini adalah hukuman yang pantas untuk siswa tidak disiplin sepertimu, dasar pemalas!" Akhirnya dia hanya bisa menahan emosinya dan terus membersihkan hingga tuntas. Dia tidak akan pernah dibiarkan masuk ke dalam kelas oleh Pak Nurdin jika hukumannya belum selesai.

Dia berjalan melewati beberapa kelas, dan bergegas masuk ke kelasnya, yang pastinya telah dilangsungkan pembelajaran, dan apa dayanya jika di dalam kelas dia harus di hukum lagi.
Saat berjalan, dia sempat melihat ke arah lorong yang lumayan jauh darinya. Dia melihat dua orang lelaki sedang berpelukan itu dari jauh,
"apa yang sedang mereka lakukan disaat pembelajaran sudah sedari tadi di mulai, dan apa? Mereka berpelukan?"
Heran Farel yang memerhatikannya. Lalu, Farel kaget, saat satu diantaranya di peluk dan tiba-tiba saja ambruk jatuh. Darahnya mengucur deras di lantai.

Entah apa yang di lakukannya, tapi Farel merasa aneh dengan lelaki yang satunya lagi, karena dia seperti santai saja melihat orang yang tadi di peluknya kini bersimbahkan darah dan tak lagi berdaya.
Seketika, lelaki itu memutar badannya dan menatap lekat Farel dari kejauhan, Farel yang telah diketahui keberadaannya, langsung di kejar. Farel yang melihat lelaki itu berlari menghampirinya, langsung kabur dari tempat itu, dan pergi.

~~~

Halo semuanya, Semoga suka ya, dengan cerita ku. Ini cerita perdanaku. Hehe.
Oh iya, ini masih awal. Maaf kalau horornya belum ada feelnya wkwk.
Tekan tombol bintangnya sebagai apresiasi kalian. 😁🤗 and komen jika ada kesalahan atau kata typo di dalam ceritaku hehe.

Oke sekian dulu. Tunggu lanjutannya ya.

[FznGhifari]

UNFRIENDED ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang