chapter 10

2.8K 169 9
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

Malam ini Amar sudah siap dengan penampilan casualnya, ibarat akan dijemput oleh pasangan Amar berdandan snagat rapih walaupun dengan pakaian sederhana.

Wangi semerbak Vanila menyeruak di kamar Amar, ia sangat menyukai semua wangi wangian terlebih harum seperti makanan, itu membuatnya kenyang katanya.

Drrrttt drrrtttt

"Keluar"

"Muhun kasep tungguan"

Tuuut

"Yuhuuuu maennn" Kata Amar dengan sedikit berlari menuju pintu keluar.

"Arek kamana?" (Mau kemana) tanya Adam-- Ayah Amar.

Amar berjalan cepat menghampiri Adam, "bade ameng abdi teh" (Mau maen aku itu) jawab Amar, "atos ah si Vian atos ngantosan" (Udah ah si Vian udah nungguin) imbuh Amar setelah itu mencium tangan Adam pamit.

"Lama banget betina" Ucap Vian kesal, Amar hanya tersenyum genit membuat Vian mengdelik jijik.

"Lo yang bawa motor" Pinta Vian dan melemparkan kuncinya pada Amar.

"Ish naha! Urng hayang nangkep pan nggs Peuting!" (Ish kenapa! Gue pengen pelukan kan udah malem) protes Amar sama sama kesal.

Vian mendengkus kesal "Mar" Panggil Vian mengubah nada bicaranya menjadi lembut. Dengan panghilan itu akhirnya Amar luluh.

"Iya iya gue yang bawa motor" Ucap Amar mengalah.

"Hehehe lo ternyata bisa bahasa Indonesia juga" Amar menatap tajam pada Vian karna perkataannya.

"Urang mah cinta ka bahasa sunda!" (Gue cinta.sama bahasa Sunda!) balasannya tajam, Vian hanya tertawa mendengarnya.

Mereka akhirnya melakukan perjalanan, tidak lumayan jauh, tapi bisa di bilang tidak dekat juga jarak rumah Amar demgam caffe milik Daniel.

"ASSALAMU'ALAIKUM!" salam Amar saat sudah sampai di Caffe, sialnya suasana Caffe malam ini sedang padat, kursi hanya kosong di sudut kiri ruangan dekat dengan kasir dan meja bartender, mungkin itu kursi khusus mereka.

"Malu bangsat" Umpat Vian dan berjalan mendahului Amar yang masih senyum membalas semua orang yang ada di sana.

Vian berjalan menghampiri Daniel yang sedang menyandarkan tubuhmya di dinding dekar kasir.

"Malu anjir" Ucap Daniel menggelengkan kepalanya.

"Tau tuh si betina" Balas Vian sambil munjuk Amar yang mulai menghampiri nya.

"Nga ghibah keun urang nyaaaa" (Nge ghibah hin gue yaaaaaa) Ucap Amar dengan nada mengejeknya.

"Udah duduk duduk" Suruh Daniel.

"Beb urang hayanh eta ih nu mie ning nu ngeunah kamari" (Beb gue pengen itu dong mie yang enak kemarin) pinta Amar seakan ia meminta pada pacarnya, Daniel dan Vian langsung menatap tajam Amar geli mendengar ucapannya.

"Iya pesen aja" Jawab Daniel singkat. "Oh btw lo kemarin sampe muntah darah? Kenapa?" Imbuh Daniel.

Vian hanya mengangkat bahunya sebagai respon, tetapi beda dengan Amar.

"WUUUUHHH!! Cenah mah alergina kambuh, trs nya bapa na ka rumah sakit iyeh" (Wuhh!! Katanya sih alerginya kambuh, terus ya! Bapanya.ke rumah sakit!) jelas Amar semangat seperti sedang arisan.

"Kok bisa sih alergi lu kambuh? Lu ga mungkin kan niat bunuh diri?" Tanya Daniel menuntut.

Vian tertawa keras mendengar ucapan Daniel, "Hahh? Apa? Bunuh diri? Bhukakakakka, itu bunda suruh gue minum, ya gue minum lah dari pada gue nolak ntar durhaka" Jelas Vian, sayangnya Daniel terlalu pintar, ia tidak percaya dengan penjelasan Vian.

"Yan yang namanya ibu itu ga mungkin lupa klo anaknya punya alergi" Kata Daniel tajam.

Vian terdiam mendengar ucapan Daniel, haaahh ia berharap seperti itu, nyatanya itu tidak akan pernah terjadi, mungkin.

"Ya mungkin itu pembantu gue salah kasih susu, pasti susu yang harusnya buat gue di minum kka gue" Ucap Vian masih membela sang bunda.

"Alesan lo, jujur aja Yan" Balas Amar ketus.

Vian menghela nafas kasar, "ya terus gue harus ngomong apa? Gue ngomong seadanya, masa gue harus jelek jelekkin bunda gue ke kalian" Jawabnya kesal.

"Oh btw kemarin ada cewe yang nanya in lo Yan" Uca Daniel. Vian mengangkat halisnya sebelah, binggung karna mana mungkin ada yang mencarinya, terleb ih ini perempuan.

"SAHAAA IHHH" (Siapaa ihh) tanya Amar heboh, padahal Vian yang dicari bukan dia.

"Gue lupa nanya namanya hehe" Tawa Daniel garing, Amar yang tadinya heboh mendadak lesu.

"Ihh urng nggs semangat" (Ihh gue udah semangat) keluh Amar kesal terlihat dari bibirnya yang maju beberapa cm.

"Uhuuuk uhuuuk"

"Nginum" Sindir Amar sambil menyodorkan minuman yang baru saja disajikan oleh pelayan.

"Thanks" Ucap Vian setelah meneguk minumannya.

Obrolan mereka simpang siur kesana kemari, hingga tak terasa waktu pun sudah larut, tetapi tidak ada yang mau meakhiri acara mereka, caffe pun sudah tutup 1jam yang lalu.

"Anjir keenakan ghibah, sampe lupa waktu" Pekik Amar saat melihat jam di tangannya menunjukkan pukul 01 malam.

"Mampus" Umpat Vian, ia takut untuk kembali kerumah saat sudah jam larut seperti ini.

"Nginep aja kuy di rumah gue?" Ajak Daniel, dan langsjng di setujui oleh Amar, Vian diam sebentar sampai akhirnya ia mengangguk menyetujui ajakan Daniel.

"Yaudah kalian makan dulu aja sampe mau muntah, baru kita balik" Amar pun langsung melahap semua makanan yang di sediakan oelh Daniel dengan rakus, sedangkan Vian ia hanya meminum minuman yang menurutnya lezat.

"Eh engke urang nebeng ah ka maneh Daniel, ku si Vian mah di titah wae mawa motor na, puguh sangek!" (Eh nanti gue nebeng ke lo ya Daniel, sama si Vian di suruh bawa motor nya mulu, males gue!) cerocos Amar kesal.

Vian terkekeh mendengar ucapan Amar, jika ia baik baik saja ia mungkin tidak akan menyuruh Amar untuk membawa motonya.

"Oh btw gue mau nanya" Ucap Vian tiba tiba.

"Ngomong aja langsung, lo kaya yang mau nembak cwe dah anjir" Cerca Daniel dengan tawa di akhir nya.

"Kalau gue mati, lo pada gausah nagis ya" Ujar Vian pelan.







Tbc~~~~

Makin ngawur 😭😭

Bye guyssssss , sampai ketemu besok yaaaa :)))

Amour • E-book ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang