Tahukah lagu yang kau suka
Tahukah bintang yang kau sapa
Tahukah rumah yang kau tuju
Itu aku...Sore, hujan, indomie ayam bawang, dan lagu sheila on 7 adalah perpaduan yang sangat luar biasa bagi seorang gadis bermata sayu yang kini tengah menikmati itu di kamar kostnya.
Sambil membungkus diri dengan selimut, gadis itu— Fayya Shakila meniup-niupi mienya yang masih mengepul.
Sesekali mengangguk-agukan kepala menikmati musik yang keluar dari speaker JBL miliknya yang dia letakkan diatas meja belajar.
Suara notifikasi pesan beruntun dari ponsel mengusik kenyamanannya.
Fayya menghembuskan nafas jengkel dan segera mengambil benda pipih itu yang masih berbunyi nyaring.
Deon: Fayy
Deon: Fayy
Deon: Fayyaaaaa
Deon: Fayy
Deon: P
Deon: P
Deon: P
Deon: P
Deon: Fayyaaa
Deon: Fayy dimana?
Deon: Fayy
Deon: P
Fayya: Apasih?
Fayya: Kenapa?
Deon: Dimana?
Fayya: Kostan
Deon: Turun, gue di teras
Fayya mengerang frustasi. Mau apa Deon datang kesini? Mengganggu ketentraman umat saja.
Meskipun jengkel, Fayya tetap turun ke bawah menghampiri Deon sambil membawa mangkuk mienya.
"Awas aja kalo ga penting, gue sebor pake ni kuah" Fayya menuruni anak tangga sambil mendumal.
Saat akan membuka pintu, Fayya menarik nafas panjang bersiap untuk mengomeli Deon. Bisa-bisanya dia datang mengganggu disaat seperti ini.
"MAU A—apa lo?" Fayya mengernyitkan keningnya melihat penampilan deon yang basah kuyup, amburadul, ditambah dengan tampang kusut.
"Yon?"
Deon yang sejak tadi menunggu kedatangan Fayya segera menghambur kepelukan gadis itu.
"Loh loh Yon, kenapa?" Fayya masih terheran-heran dengan Deon.
"Yon ish basah, kenapa lagi sih?" Fayya melepaskan pelukannya.
"Duduk dulu" Gadis itu manarik lengan Deon agar duduk di bangku yang ada di teras kost.
Tanpa bicara Fayya menyelimuti Deon dengan selimut yang sedari tadi tersampir dibahunya.
"Ayo cerita, ngeri gue liat muka lo"
"Gue putus" Deon berucap dengan tatapan sendu.
"Putus?"
"Iya putus, udahan, end" Deon menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan seolah frustasi.
"O—ohh"
"Oh? Oh lo bilang?"
"Terus gue harus ngapain? Kayang?"
"Ga ngerti gue sama lo fayy"
Fayya melotot.
"Heh! Gue yang ga ngerti sama lo. Kalo putus yaudah putus. Berarti kalian udah ga cocok lagi. Pake acara ujan-ujanan, lebay lo najis"
"Kok malah ngomel? Bukannya dihibur" Deon memalingkan wajahnya kesamping, merajuk.
"Lo pikir gue sule?!"
Deon masih diam enggan menatap Fayya.
Padahal jika Deon ingin hiburan, dia tinggal ngaca dan lihat wajahnya sendiri, kan lawak seperti badut hologram yang sering ada di lampu merah.
Fayya memutar matanya jengah. Gemas sendiri dengan tingkah teman dari jaman piyiknya itu.
Ini bukan kali pertama Deon bersikap lebay seperti ini. Setiap kali bertengkar dengan Sania— pacarnya; eh mantannya—Deon selalu seperti ini. Berlebihan.
"Udah deh Yon, jangan terlalu dipikirin. Emang udah waktunya kalian buat pisah" Fayya mengalah dengan berucap lembut.
Deon kembali memfokuskan pandangannya pada Fayya "Tapi kan fayy, gue tuh masih sayang banget sama Sania" Mulai deh, mulai. Sok-sokan melankolis.
"Ck, Yon—"
"Ah udah lah Fayy, lo ga akan ngerti"
Fayya tersulut, "Emang! Ga ngerti gue. Ga ngerti lagi sama jalan pikiran lo. Lo tuh udah sering disakitin Yonnnn, bukan sekali dua kali Sania bertingkah seenaknya. Kenapa lo masih arghhhh gila lo! Gila pokoknya gila!"
"Terus gue harus gimana dong Fayy???" Deon sudah pusing sendiri. Siapa yang menyangka, Deon yang digilai banyak cewek karena sifatnya yang friendly bisa sekacau ini karena jadi bucinnya Sania.
"Lupain"
"Tap—"
Fayya mengacungkan telunjuknya kemulut Deon, hampir saja lolos masuk ke lubang hidungnya.
"Tadi lo nanya gimana, udah gue jawab. Lupain, lupain Yon. Hubungan kalian itu udah masuk kategori toxic. Lo sadar kan selama ini lo tuh berjuang sendirian? Lo berhak bahagia Yon, sayangi diri lo sendiri"
Deon tak lagi menyangkal. Karena hubungannya dengan Sania memang bisa dibilang racun. Deon sangat menyayangi Sania, apapun yang Sania minta, pasti Deon berikan. Sedangkan Sania bersikap acuh tak acuh pada Deon. Miris sekali kan? Wajar sekali jika Fayya meminta Deon untuk melupakan Sania, itu untuk kebaikan Deon sendiri.
"Anjay mulut gue bijak" Fayya berkata dengan bangga.
Hening. Deon sibuk dengan fikirannya sendiri, Fayya sibuk kembali menikmati mienya yang mulai mengembang karena terlalu lama didiamkan.
"Dingin nih Fayy, gue nginep disini ya?"
"Lu mau gue sebor?!" Fayya bersiap menyodorkan mangkuk mienya ke wajah Deon.
KAMU SEDANG MEMBACA
hold me
RandomKata orang, mustahil perempuan bisa bersahabat dengan laki-laki tanpa melibatkan perasaan. Dan Fayya membenarkan hal itu.