12 | Coco the Stalker part 1

357 29 0
                                    

​"Tunggu aku! Bagaimana kalau kita minum kopi bersama?" Setidaknya kalimat itulah yang Luke teriakkan saat Courtney melangkah pergi dan Courtney masih ingat kalau ia menolaknya. Tapi, yang terjadi sekarang justru kebalikannya. Kini, ia justru duduk berhadapan di sebuah café dekat mall dengan dokter bermata hijau yang dari kemarin menghantuinya itu.

"Kenapa kau menatapku dengan ekspresi wajah seperti itu?" tanya Luke penasaran, karena sedari tadi bukannya meminum coklat panasnya, Courtney justru hanya menatap Luke selama beberapa detik dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Luke.

Courtney menghela nafasnya. "Hanya berpikir ini dan itu," timpal Courtney sambil menyerutup coklat panasnya.

"Dan dari begitu banyak objek yang ada di sekitar sini, kenapa kau harus menjadikanku objek untuk dilihat? Apakah aku begitu semenariknya?"

Untung saja Courtney menyerutup coklat panasnya dengan pelan-pelan. Kalau tidak, mungkin saja ia kini sudah tersedak coklat panasnya yang pasti rasanya akan sangat menyengat lidah.

"Kalau iya kenapa? Kalau tidak kenapa?" balas Courtney sambil menatap Luke lurus-lurus.

Salah satu alis Luke terangkat, merasa tertarik dengan topik obrolan mereka. "Kalau iya, berarti kau menyukaiku. Kalau tidak, berarti aku akan berusaha membuatmu menyukaiku," timpal Luke balas menatap Courtney.

"Jangan membuatku tertawa," ujar Courtney sembari menghindari kontak mata dengan Luke dan mengalihkan pandangannya menuju mobil-mobil yang berlalu lalang di jalanan. "Apa kita disini hanya akan berbicara ini saja? Aku sangat sibuk hari ini dan karena kau aku justru ada di café ini tanpa ada pembicaraan yang jelas."

Luke tersenyum miring. "Sebuah kesenangan bagiku untuk mengganggu aktivitasmu," ujar Luke santai sekaligus merasa bangga.

Sontak, Courtney menoleh dengan cepat. Ia berpikir, laki-laki ini yang sudah tidak waras. Ia sudah menghantui Courtney dan merusak semua aktivitas Courtney dari kemarin dan sekarang dia justru mengatakan itu adalah kesenangan.

"Kau sangat suka dengan cokelat, ya?" tanya Luke mengalihkan pembicaraan karena merasa terganggu oleh Courtney yang tak memperhatikannya, melainkan memperhatikan mobil-mobil yang lalu lalang.

"Kurasa kau sudah tahu jawabannya," timpal Courtney menoleh sebentar dan kemudian kembali menatap mobil-mobil lagi.

"Coco." Tiba-tiba Luke berucap yang terdengar seperti gumaman kecil.

"Apa?" Courtney bertanya karena baru saja ia seperti mendengar gumaman aneh Luke.

"Mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan sebutan itu. Coco. Cocok sekali denganmu, bukan?" balas Luke sambil tersenyum lebar.

Saat Courtney ingin berprotes, tiba-tiba saja ponsel Luke berdering keras. "Aku permisi dulu," ucapnya seraya beranjak dari kursinya menuju ke arah pintu masuk untuk menerima teleponnya.

"Halo, Aaron. Kenapa?" ujar Luke sesaat setelah ia menerima telepon yang ternyata dari Aaron.

"Kau ada dimana?" tanya Aaron.

"Aku ada di café dekat Westfield, kenapa?" Luke balas bertanya.

"Pas sekali! Kawan, aku butuh bantuanmu. Aku dan Devian harus pergi beberapa hari karena ada urusan mendadak. Sekarang Lily ada di sekitar Westfield. Bisakah kau menemaninya hari ini? Kau tahu, kan, kalau dia sedang hamil lima bulan? Aku perlu seseorang untuk menjaganya dan aku mempercayakan ini padamu. Kau tidak keberatan, kan?"

"Tentu saja tidak. Baiklah, aku akan kesana setelah ini," ujar Luke. Setelah itu, sambungan pun terputus. Luke pun kembali ke tempat duduknya.
​"Maaf membuatmu kecewa, tapi sepertinya aku harus pergi karena urusan mendadak. Kau tidak kecewa, kan?"

"Kau lucu sekali. Siapa yang kecewa? Justru itu adalah hal yang baik. Aku juga sibuk," balas Courtney setengah berbohong. Nyatanya, dia tidak pernah terlalu sibuk kecuali jika butiknya ada pesanan-pesanan penting di beberapa event.

Luke tersenyum geli. "Baiklah. Aku pergi dulu. Hati-hati di jalan, Coco!" seru Luke berpamitan sekaligus menggoda Courtney. Sedangkan Courtney mengurungkan niatnya yang hendak memprotes.

Sementara itu Courtney yang tadinya berniat untuk kembali ke butik, tiba-tiba saja merasa penasaran siapa yang menelepo Luke tadi.

"Ah, itu bukan urusanku!"

***

Bukan Courtney namanya kalau dia tidak mempunyai rasa penasaran yang tinggi. Bukannya kembali ke butik, ia justru sekarang tengah bersembunyi sembari memantau seseorang dari kejauhan. Siapa lagi kalau bukan Luke yang dari kemarin menghantuinya dan sekarang membuat Courtney membuntutinya. Sungguh bukan tipikal Courtney yang biasanya.

Kedua alis Courtney terangkat dikala ia melihat Luke yang tersenyum lebar sambil menyapa seorang perempuan cantik. Mereka bahkan berpelukan sebentar sebelum akhirnya berjalan bersama. Semakin mereka menjauh, semakin dekat pula Courtney mengikuti kedua orang itu.

"Apa dia kekasihnya?" Courtney bertanya pada dirinya sendiri sembari masih bergerak mengikuti kedua orang tadi.

Dari kejauhan, Courtney dapat melihat kedekatan Luke dan perempuan yang tidak ia kenal itu. Bahkan, saat ini pun ketika mereka sedang berada di café, mereka berdua terlihat sedang bercanda. Tak jarang pula mereka terlihat mesra, seperti disaat Luke yang menolong membawakan tas perempuan itu, membeli dan membawakan makanan untuknya, merapikan rambutnya, dan bahkan membiarkan perempuan itu menggantungkan tangannya di lengan Luke.

Setelah dari café, kini kedua orang itu beranjak dari tempatnya dan begitu pula dengan Courtney yang juga ikut bergerak dengan penyamarannya berupa topi, kacamata, dan syal tebal yang semuanya berwarna hitam dan menutupi hampir seluruh bagian wajah Courtney.

"Toko peralatan bayi?" Courtney bergumam sendiri dikala ia berhenti dan menatap kedua orang tadi baru saja memasuki toko yang menyediakan peralatan bayi. Dari luar toko, Courtney dapat melihat dengan jelas kalau mereka berdua tengah melihat-lihat dan memilih beberapa pakaian bayi.

Kini, Courtney hanya duduk di kursi panjang yang ada di seberang toko peralatan bayi dengan posisi membelakangi toko. Ia terdiam, sementara pikirannya berkecamuk. Ada banyak pertanyaan di dalam otaknya.

Sebagian pertanyaannya seperti, apa mereka membeli peralatan bayi untuk anak mereka? Apa mereka membeli peralatan bayi hanya untuk sebagai kado untuk anaknya teman atau saudara mereka? Apa mereka memiliki anak bersama? Apa mereka sudah menikah? Siapa perempuan itu? Tanpa Courtney sadari, ia tenggelam pada lamunannya yang tak berujung tentang pertanyaan-pertanyaan yang tidak ia ketahui jawabannya.

Sekarang ia tidak tahu perasaan apa yang sedang ia rasakan. Bahkan ia juga tidak tahu kenapa dari kemarin pikiran-pikiran tentang Luke datang menghantuinya dan membuat Courtney sampai mengikuti laki-laki itu kesini yang ternyata laki-laki itu pergi bersama perempuang yang tidak Courtney ketahui.

Seketika, Courtney menertawakan dirinya sendiri. "Dia memang sudah membuatku gila."

Detik kemudian, Courtney pun berdiri sambil menghela nafasnya sedikit kasar. "Kenapa aku harus mencampuri urusannya? Kami bukan siapa-siapa."

Courtney pun memutuskan untuk pulang saja, tidak peduli apa mereka sudah selesai belanja atau belum. Ia pikir, Luke pergi dengan siapa dan apa perempuan itu istri atau kekasihnya, itu bukan urusan Courtney dan itu semua jelas tidak ada hubungannya dengan Courtney. Buat apa ia terlalu memikirkannya terus sepanjang hari?

Baru saja Courtney keluar dari pintu mall, ia melihat Luke dan perempuan tadi. Cepat-cepat, Courtney langsung memakai kacamata dan topi hitamnya. Dari balik kacamata hitamnya, ia memperhatikan perempuan asing itu. Harus Courtney akui, perempuan itu memang cantik dan manis. Lalu, Courtney beralih memperhatikan perut perempuan itu yang jika dilihat dengan teliti memang terlihat besar, namun tidak terlalu besar untuk ukuran ibu hamil?

"Hamil?" Tiba-tiba Courtney menyuarakan apa yang ada di pikirannya dan membuatnya terkejut sendiri. "Sebenarnya siapa dia? Apa hubungan mereka?"
——————————————————————————
Tbc.
Monday, 3 August 2020

Random update di luar jadwal, because why not??😌 supaya para pembaca nggak nunggu seminggu jugaa hihihi🤣 anywaysss, enjoyyy🥰

15 Seconds - Bachelor Love Story #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang