Di pagi hari dalam kamar Catalina penuh dengan tawaan, dia tertawa saat melihat biasnya Kim Taehyung menjadi editan laknat para army. Pada video itu ada dua orang anak yang hanya memakai celana pendek mencuci sepeda, muka mereka di tempeli wajah Taehyung dan Jungkook, Taehyung yang memutar rodanya dan jungkook yang menyiram air memakai gayung, dengan senangnya hingga tiba-tiba Taehyung menyentuh tete jungkook sehingga jungkook refleks memukul taehyung dengan gayung hingga jatuh. Ekspresinya begitu lucu, army yang laknat. Hhe becanda viss.. army pada baek kok.
Breeemmm...
Terdengar suara motor di luar rumah, Lin mendekat ke jendela dan melihat keluar, benar dugaannya kakaknya akan pergi. Lin keluar menuju balkon kamarnya, dia meloncat dari kamar lantai dua ke bawah hanya dengan seutas tali yang memang sengaja dia pasangkan, jika sewaktu-waktu dia membutuhkannya atau malas menuruni tangga.
"Anjiiirrrr.. udah kayak bangsat lo" Jacob yang sudah terbiasa dengan kelakuan adiknya itu masih merasa kaget, Lin tak menghiraukan tatapan kakanya, dia memperhatikan motor besar Jacob yang berwarna hitam berplat hijau cerah.
"Berarti lo juga bangsat dan.. mamah papah juga bangsat" Lin sekarang menoleh pada kakaknya.
"Waahh parah lo, gue bilangin loh ke mamah" Jacob menunjuk-nunjuk Lin dengan jarinya.
Tiba-tiba dia tertawa sendiri "haha.. kalo kita bangsat harusnya kita punya kostum bangsat samaan yah, jadi deh keluarga bangsat, hahaha..." Jacob tertawa renyah.
"Bacot lo" Tawaan Jacob hilang seketika. Lin tak merasa bahwa ucapan kakaknya itu lucu, malah itu adalah KEGARINGAN TERHAQIQI. Pantas saja Catalina berkepribadian aneh, kakaknyapun seperti itu. Dari mana sikap mereka sebenarnya berasal?? Padahal papah mamahnya tidak seperti itu.
Jacob merasa sudah harus berangkat, dia menaiki motor besarnya. Tanpa aba-aba, Lin ikut menaiki motor besar Jacob, Jacob yang masih tak bergeming keheranan.
"Ngapain lo??" Jacob melirik ke belakang "mau makan porrige" Lin mesem-mesem pada kakanya.
"Gue mau berangkat kerja, bukan makan porrige" Jawab Jacob "maksudnya anter!" Lin memperjelas "yaelah, kedepan aja masa harus di anter" Jacob keberatan "ya ikut kali ke depan bentaran doang, sekalian juga kan?!" Lin merasa tak masalah dengan permintaannya, Jacob hanya bisa menghela nafas berat dengan sikap pemalas adiknya ini. Akhirnya mereka pergi.
Breeemmmm...
***
Hanya cukup lima menit, mereka sampai di tempat bernama Brekker Porrige. Lin turun dari motor Jacob.
"Ya udah gue berangkat" Jacob akan menarik gasnya kembali, namun Lin menarik jaket kakaknya itu "apalagi??.." Jacob geram pada Lin "uangnya?" Lin membalikan telapak tangannya pada Jacob, Jacob hanya bisa melotot, karena ga mungkin kalo dia mencekik adiknya di depan umum.
"Jadi lo ga bawa duit??.." Lin menggeleng sambil mesem, Jacob menarik nafas dan mengeluarkannya dengan kasar. Akhirnya dengan sukarela dia meraba dompetnya dan memberikan uang dua lembar berwarna merah pada adiknya.
"Maaciihhh..." Lin menyengir kuda pada Jacob, Jacob melihat adik kesayangannya itu dan meletakkan tangan kanannya di atas kepala sang adik dan mengacak rambutnya.
"Ya udah gue berangkat" Sekarang Jacob benar-benar pergi.
Lin memasuki tempat makan porrige itu dan duduk di salah satu kursi dekat kaca agar bisa melihat orang yang berlalu-lalang.
"Mau pesan apa?" Seorang wanita memakai seragam pelayan memegang buku catatan kecil serta balpennya yang siap menulis segala pesanan sang pembeli.
"Saya mau pesan Oatmeal Porrige Banana and one glass of milk" wanita itu menuliskan pesanan Lin "di tunggu ya mbak" wanita itu tersenyum ramah.
Tak lama pesanan Lin datang. Dia mulai memakan Oatmeal nya yang bertoppyng pisang, blueberries, and walnut di atasnya.
Tempat ini begitu ramai di kunjungi, walaupun tempatnya tak terlalu besar. Tapi banyak yang mengantre, karena rasa tak bisa dibohongi. Tempat makan ini menyajikan makanan bubur berbagai topping, selain yang manis mereka juga mengajikan yang asin. Membuat orang-orang tak ragu memilih makan di tempat ini.
Selain itu, pelayanan disini juga ramah, mereka selalu tersenyum pada pembeli. Dan kelebihannya lagi, tempatnya yang begitu nyaman, Dengan konsep sajian bercita rasa rumah dengan rasa otentik dan harga yang ramah, Brekker Porrige telah memberikan kehangatan bagaikan rumah kedua bagi setiap pengunjung.
Sudahlah aku terlalu banyak menceritakan tempat ini, yang pasti i like this place. Dan tentu saja karena tempat ini dekat rumah.
***
Bola oranye itu masuk lagi pada ring di atas sana.
"Yesss" cowok itu menarik tangannya yang di kepal keatas.
Dia mengambil bola itu lagi dan mendribel bolanya, kesekian kalinya dia melemparkan bola itu ke atas ring. Tapi..
"Aduhh.." cewek itu mengaduh kesakitan saat kepalanya terbentur.
Alex kaget saat melihat bolanya membentur kepala orang. Dia menghampiri cewek yang sedang jongkok sambil memegang kepalanya sendiri.
"Kamu gapapa??" Lin mendongakkan kepalanya saat suara itu terdengar begitu lembut dari telinganya. Sesaat mata mereka saling bertubrukan.
"Sini biar aku bantu" Alex meraih kedua tangan Lin dan mengangkatnya.
"Kamu gapapa?" Alex mengulang pertanyaannya "pusing" Lin masih memegang kepala kirinya yang kena benturan bola tadi.
Tak di sangka Alex mengelus kepala Lin dengan halus "sorry yaa.." Alex tersenyum hangat pada Lin, Lin hanya bisa melihat cowok itu dengan banyak perspektif.
"Lo orang baru yah? Gue baru liat" Alex tercengang dengan pertanyaan cewek di depannya.
Alex tertarwa. Pasalnya cewek itu bukannya dia ngomong 'ya gue maafin' atau 'lo harus tanggung jawab' tapi ini malah nanya hal lain. Lin memiringkan kepalanya heran melihat cowok di depannya ini malah tertawa. Akhirnya Alex memberhentikan tawanya saat sadar ia mengabaikan cewek itu berpikir keheranan.
"Iyah, gue baru datang dari Rusia kemaren malem" Alex melihat cewek di depannya ini dengan tatapan berbeda. 'Dia cantik, matanya berwarna coklat cerah, apalagi saat terkena sinar begitu indah'
"Pantesan gue baru liat" Lin mengangguk-angguk an kepalanya.
"Rumah lo emang dimana?" Alex kembali bertanya pada Lin "komplek satu belah ujung" Lin menunjuk ke arah komplek satu yang belum tentu rumahnya ke tunjuk.
"Kalo gue komplek dua, belah sini" Alex menunjuk dengan dagunya. Lin mengangguk mengerti.
"Ohh gitu" Lin melihat ke arah rumah Alex yang tak terlihat menaruh jari telunjuk nya pada dagu. Alex hanya tersenyum cerah melihat segala ekspresi lucu cewek di depannya ini.
"Ya udah gue pulang dulu" Lin memutus kan pergi, karena tak ada lagi yang harus di obrolkan.
Alex terus memperhatikan cewek itu pergi dengan senyumnya yang belum hilang. Apa? Tunggu!
"Siapa nama lo?" Alex ingin tau nama cewek itu. Yang di panggilpun menoleh.
"GUE ALEX, LO?? Alex mengulangi kalimatnya, takut ucapan tadi tak terdengar.
"CATALINA" Lin memberitahukan namanya tanpa keberatan. Alex terlihat cowok yang baik, dia juga tampan, berotot, dan.. senyumnya manis.
Dalam beberapa detik mereka saling menatap dalam jauh, memperlihatkan senyumannya masing-masing. Ini adalah pertemuan pertama mereka.
###
Jadi komplek mereka itu komplek mewah untuk para orang-orang penting gitu. Jadi rumahhnya juga pasti mewah-mewah. Kalian bisa bayangin aja lah.
Hanya sedikit penjelasan..
Sebenarnya w takut feelnya ga ngena sii.. tapi semoga aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catalina Ashley
Fiksi RemajaMenurut Lin perasaan di hatinya ini hanya ada dua, antara cinta dan benci. Ketika dia tak mencintainya maka dia.. membencinya. Ini hanya sebuah cerita Catalina Ashley, mulai dari persahabatannya, cintanya, hingga permasalahan hidupnya. Jadwal post...