Nanda—begitu biasanya orang memanggil pria dengan tinggi tubuh 185 cm. Kedua manik hitam malam miliknya bersembunyi di balik poni panjang yang menutupi hampir setengah wajahnya. Dia jarang sekali tersenyum, bisa kuhitung dengan jari berapa kali manusia berparas malaikat itu pernah tersenyum padaku selama kami bersahabat.
Yap! Kami bersahabat bahkan sejak di bangku sekolah menengah pertama. Dia dengan sosok dingin dan anti sosialnya, terlihat sangat mencolok saat pertama kali kami bertemu. Banyak yang heran denganku, dan sudah berkali-kali seseorang mengajukan pertanyaan seperti, "mengapa kau berteman dengannya?" atau "apa kau tidak bosan bersamanya?" kepadaku. Lagi dan lagi. Kemudian aku akan menjawab, "dia menyenangkan." Tidak lupa dengan senyum yang kata orang manis.
Kami berdiri di sebuah halte bus—menunggu bus tentunya, karena jam kuliah telah usai beberapa jam lalu. Tugas dan segala bentuk makalah pun rampung dalam waktu cepat. Aku harus berterima kasih pada Nanda. Dia teman yang sangat membantu.
Aku kembali melirik Nanda yang berdiri di sebelahku, kepalanya menunduk dalam ketika membalas satu per satu pesan yang masuk ke ponselnya. Aku tahu, Nanda sibuk. Berbeda dengan dia saat SMP dulu, sekarang bahkan dia tergolong Mahasiswa teraktif di kampus. Sedangkan aku? Berbaring di dalam kamar sambil menonton anime favoritku terasa lebih menggoda dari pada mengurusi urusan organisasi yang tidak ada habisnya.
"Ayo!" Nanda menyenggol bahuku, dagunnya ia gerakkan untuk menunjuk bus yang baru saja tiba. Aku tersenyum padanya, lalu mengangguk.
Di dalam bus, sebagian besar bangku penumpang kosong. Hanya ada beberapa penumpang dan seorang ibu bersama anaknya yang berusia sekitar 5 tahun. Sejak, duduk di salah satu bangku, anak balita itu terus merengek kepada ibunya, katanya ingin dibelikan boneka. Tapi ibunya nampak tak peduli, dan membiarkan anaknya merengek sepanjang jalan.
Nanda duduk di bangku sebelah kiri dekat jendela, sedangkan aku duduk di bangku yang berbeda di sebelahnya. Kami dipisah lorong kecil yang biasanya digunakan penumpang untuk berlalu lalang. Hal ini memang sudah biasa terjadi, Nanda tidak pernah mau duduk di sebelahku. Dia memilih bangku atau sudut yang bebeda denganku. Suatu hari aku pernah bertanya padanya tentang ini, dan dia hanya menjawab, "aku hanya tidak ingin kau mendengarku mendengkur." aku menautkan alisku sebagai respon.
Memang, Nanda adalah tipe manusia yang akan tertidur di dalam bus, walau kondisinya penuh sesak, dia akan tertidur. Ajaibnya, saat tujuan kami tiba, dia akan terbangun tanpa butuh bantuan dariku.
Aku melirik sekilas ke arahnya. Jaket denim yang dikenanan Nanda terlihat berantakan, rambut kecoklatannya juga acak-acakan karena kaca jendela di sebelahnya terbuka. Si mpunya pun sudah tertidur beberapa menit lalu.
Pandanganku teralihkan lagi saat suara tangis balita tadi pecah. Sang ibu masih saja cuek seperti tadi. Kuperhatikan sang anak kini melangkah menjauhi ibunya, dia berjalan di lorong yang memisahkan aku dengan Nanda. Kepalanya yang dikuncir lucu menoleh kepadaku. Refleks, akupun tersenyum. Anak itu tidak membalas senyumku, dia menoleh ke arah Nanda yang sudah terlelap. Pelan-pelan sang anak melangkah mendekati Nanda, kemudian tangan kecilnya menguncang-guncang tubuh Nanda pelan. Aku jadi tertawa melihatnya.
Nanda membuka matanya pelan, kemudian menyadari ada seseorang yang mencoba membangunkannya. Tidak sadar aku mulai terkikik geli. Namun, sesuatu yang aneh memaksaku untuk menganggap pemandangan di sebelahku bukan hal yang lucu lagi. Karena, beberapa detik kemudian, aku melihat tangan Nanda bergerak menuju leher si balita.
"Nanda!" panggilku setengah berteriak. Nanda menoleh sekilas ke arahku. Bisa kulihat kedua matanya berkilat aneh. Dia terdiam beberapa detik sampai si balita segera pergi dan kembali ke bangku di mana sang ibu berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen By Mimitobi
Randomdi dalam sini adalah kumpulan cerpenku yang gagal lolos seleksi lomba kepenulisan. Jadi aku rangkum aja di sini. Semoga yang baca bisa terhibur yaa. Jika bertemu typo, katakan saja di kolom komentar. Terima kasihh nb. cover from picsart