Author pov.
"Jadi menurutmu aku berusaha untuk dingin dan menjauh darimu itu apa? Kau yang selalu datang kepadaku. Kau membawa kejadian ini kepada dirimu sendiri"
Tentu saja. Yang dikatakan Luna benar. Selama ini ia selalu berusaha mendekati Luna, meminta gadis dingin itu menjadi sahabatnya. Semua kejadian tidak mengenakan ini adalah sebab akibat darinya sendiri.
"Aku sudah berusaha kasar padamu, aku berusaha menjauhimu. Siapa yang salah disini?"
Garnet menggigit bibirnya, menahan isakan tangisnya yang akan pecah jika Luna tidak berhenti berbicara. Ia berdiri disini terlihat sebagai orang bodoh sekarang, tangannya terangkat menutup wajahnya yang dibanjiri air mata.
Rasa kecewa dan sakit hati menjalari seluruh tubuhnya, 'bodoh sekali' teriaknya dalam hati. Perasaan pengkhianatan Luna menikam hatinya, lebih sakit daripada patah hatinya ketika ia menyatakan perasaannya kepada Abraham yang ditolak mentah mentah oleh detektif cilik tidak berperasaan itu.
'Abraham!'
Garnet membuka tangannya, masih menatap tidak percaya Luna, "Lalu bagaimana dengan Abraham?"
Luna tersenyum mendengar pertanyaan tentang detektif cilik yang disukai sahabatnya itu.
"Bagaimana dengan dia? Dia lebih bodoh daripada yang aku pikirkan. Lebih bodoh darimu. Bagaimana bisa ia menyelesaikan kasus pembunuh berdarah dingin itu?"
Luna menaruh pistol Garnet di dalam tshirtnya, "Apa nama kasusnya? Oh ya, Bloody Moon"
Luna merubah ekspresinya, tadinya ia tersenyum sinis sekarang ekspresinya berubah murung saat menyinggung kasus lama yang sudah terjadi itu. Tatapan matanya berubah kosong seperti ia masuk kedalam dunia miliknya sendiri itu.
Garnet menjambak rambutnya, mengkhawatirkan Abraham yang tidak mengetahui sifat asli Luna. Bagaimana jika setelah ini Abraham juga akan bernasip sama sepertinya?
"Aku tidak punya pilihan selain ini."
Luna mengeluarkan pisau tajamnya dari salah satu saku yang bertenteng di pinggangnya.
"Pisau mana yang dapat membuat luka setipis mungkin ya.."
Garnet bergidik ngeri, ia ingin berlari tetapi kakinya bergetar tak karuan, "Jika memakai Jagdkommando lukanya pasti terlalu lebar. Kau juga akan cepat mati"
Luna menaruh kembali pisau militer buatan Austria itu, bentuk piasunya saja sudah membuat Garnet bergidik apa lagi jika itu berhasil menyentuh kulitnya. "Ini saja deh"
SOG Seal Knife 2000, siapa yang tidak mengenal pisau jagoan tentara elit Amerika itu, Garnet mulai mundur kebelakang ketika melihat Luna mengeluarkan pisau keduanya. Tatapan tipis dan tajam yang baru diperlihatkan sahabatnya itu benar benar baru. Tidak pernah dalam kehidupannya ia melihat tatapan mematikan dari sahabatnya itu.
"Kau akan menyesal Luna. Kumohon berhentilah"
Luna tersenyum, senyumnya tipis tetapi ekspresinya murung membuatnya seakan ia tau ia akan menyesal membunuh sahabatnya itu.
"Kemarilah, aku tidak akan membiarkanmu merasakan sakitnya. Aku akan cepat"
Garnet kembali merasa hatinya teriris. Siapa perempuan dihadapannya sekarang? Apa yang terjadi kepada sahabatnya yang ia sangat sayangi itu. Kenapa situasinya menjadi seperti ini, apakah ia akan mati ditangan sahabatnya sendiri?
Garnet mengangkat tangannya saat melihat Luna mulai ingin menikamnya.
Krang!
Garnet membuka matanya, melihat cincin pemberian kakaknya tergores dengan mata pisau Luna, tangannya menggengam lengan Luna menahannya dari menikam dada kirinya yang jelas adalah tempat dimana jantungnya bedetak.
YOU ARE READING
Didn't Last Long
Teen Fiction[Budayakan Vote setelah membaca 😊] "Semua kebohongan dan kesalahpahaman akan terbongkar pada waktunya." Update every Saturday night Start = 01-12-2018 End = ??