Suasana hening kini menyelimuti kamar yang menjadi tempat tinggal sementara untuk kelima gadis asal Indonesia itu. Menunggu kabar yang belum pasti membuat mereka hanya bisa terdiam tanpa melakukan apapun. Terlebih karena mereka berada di negara yang asing saat ini. Jika mampu, mereka sungguh ingin menyusuri kota Seoul untuk menemukan Syifa.
"Ponselnya terakhir kali aktif di depan rumah sakit."
Mereka langsung saja menghampiri Yena begitu gadis itu menuturkan hasil dari pelacakan ponsel Syifa. "Ini lokasi terakhirnya."
"Apa kita perlu pergi ke sana?" tanya Nafa yang membuat Yena langsung mengangguk.
"Aku rasa itu ide yang bagus. Ayo."
"Kenapa kamu terus aja bawa bunga sih? kenapa gak bawa yang lain?" Pagi ini Syifa sudah protes pada pria Jeon yang baru saja datang setelah jam sarapannya itu. Dia pikir Jungkook akan membawakan hal yang lain karena sudah beberapa hari ini Jungkook terus saja membawa bunga.
Jungkook hanya menghela napasnya kemudian meletakan bunga itu di atas nakas. Dia kemudian menyerahkan ponselnya pada Syifa sambil meminta Syifa mengetikan apa yang Syifa katakan tadi.
"Aku cape harus gini terus. Emangnya kamu gak bisa bahasa Indonesia?" tanya Syifa sambil mengetikan sesuatu di ponsel Jungkook. Dia tahu meskipun dia menggerutu, Jungkook tak akan pernah mengerti apa yang dia katakan. Tapi setidaknya dia bisa meluapkan kekesalannya saat ini, bukan? terlebih karena Jungkook tak kunjung membawanya pulang dari ruangan yang menurutnya menbosankan itu.
"Aku mungkin saja bisa belajar. Tapi yang ku tahu hanyalah kata 'aku cinta kalian' itupun karena aku mempelajarinya saat konser di Indonesia."
Impas. Jungkook sungguh merasa puas karena berhasil membuat Syifa termenung akibat kalimat panjang yang dia katakan. Setelah tadi dia tak mengerti dengan gerutuan Syifa, kali ini dia sungguh membalaskan dendamnya dan tersenyum puas.
"Ish, nyebelin. Jangan ngomong, aku gak ngerti!" protes Syifa lagi.
"Baiklah, maafkan aku." Jungkook langsung saja duduk di kursi yang ada di samping brankar itu. Namun niatnya untuk menemani Syifa hari ini terpupus begitu saja saat ponselnya mulai berdering. Dia baru ingat jika hari ini dia harus menemui kekasihnya.
"Aera, aku harus pergi dulu. Jangan pergi kemanapun, ya? manager hyung akan kemari sekitar 5 menit lagi," jelas Jungkook yang hanya membuat Syifa memasang wajah penuh kebingungannya. Namun dari cara Jungkook berlari secepatnya dari sana, Syifa yakin jika Jungkook memiliki urusan yang sangat penting sekarang.
Syifa hanya menggeleng ketika Jungkook tak sengaja menabrak pintu karena terlalu terburu-buru. Dia sungguh tak mengerti kenapa dia bisa melupakan pria manis itu dari hidupnya. Dia yakin, Jungkook memang punya tempat yang berarti sebelum dia kehilangan ingatannya.
Syifa melirik bucket mawar merah yang kini tergeletak di atas nakas yang ada di sebelahnya. Dia benar-benar tak tahu apa tujuan Jungkook dengan mengganti bunga yang ada di sana setiap paginya. Namun saat Syifa meraihnya, dia menautkan dahinya bingung. Sebab, ini kali pertama Jungkook menautkan sebuah pesan di bunga yang dia bawa.
Cepat sembuh, Aera. Aku mengetahui ini dari penerjemah di ponselku :)
-JJK
Syifa tersenyum membaca surat yang Jungkook tulis. Meskipun agak berantakan, dia cukup kagum dengan usaha Jungkook yang menulis surat itu dengan bahasa Indonesia. Bukan hanya itu, dia juga merasa jika Jungkook benar-benar membuat perasaannya jungkir balik sekarang hanya karena surat itu.
Kenapa gak ada ingatan sedikitpun soal Kookie? padahal aku sering melihat 5 orang tapi dengan muka yang samar dan Kookie sama sekali gak ada di situ.
Sesampainya di rumah sakit itu, mereka berenam langsung saja turun dan berlari menuju resepsionis untuk mencari tahu keberadaan Syifa di sana karena sebagian dari mereka yakin jika Syifa memang ada di sana.
"Permisi, apa ada pasien atas nama Syifa di sini?" tanya Yena yang membuat perawat itu langsung saja mencari nama itu di dalam daftar pasien mereka.
"Aku yakin Syifa emang ada disini," jelas Salfa yang membuat Fira mengangguk.
"Kayaknya iya deh. Tapi kenapa Syifa sampe nyasar ke sini?" Fira mulai mengedarkan pandangannya, berharap bisa menemukan Syifa di sekitar sana. Namun yang dia lihat malah wajah-wajah orang asing.
"Entah kenapa tapi aku malah mikir kalo Syifa jadi korban kecelakaan. Terus yang nabraknya itu ngaterin dia ke sini," kata Nafa beropini.
"Hush, ngawur. Syifa baik-baik aja," protes Cici setelah mengusap wajah Nafa.
"Tidak ada." Yena cukup kecewa mendengar jawaban yang sungguh jauh dari bayangannya. Padahal dia sangat berharap Syifa memang berada di sana. Melihat kelima temannya selalu murung membuat Yena sungguh menyesal karena dia yang membuat semua ini terjadi. Andai saja diatak mengizinkan Syifa pergi ke sana sendirian, mereka mungkin sudah pulang dengan bahagia dan bukan malah terjebak di negara asing seperti saat ini.
"Baiklah, terimakasih."
Gelengan dari Yena sudah cukup menegaskan jika Syifa memang tak ada di sana. Hal ini tentu saja membuat mereka kembali murung. Padahal saat dalam perjalanan, mereka cukup bahagia karena pada akhirnya mereka bisa menemukan Syifa.
"Satu-satunya harapan adalah informasi dari polisi. Aku yakin mereka sedang mencari Syifa sekarang."
*
*
*Bosan. Itulah yang saat ini terus saja Syifa rasakan. Terlebih karena Jungkook yang masih saja belum kembali setelah pergi tadi. Padahal meskipun tidak bisa saling bicara dengan Jungkook karena perbedaan bahasa, tapi Syifa cukup merasa kesepian sekarang. Apalagi manager hyung sudah pergi beberapa menit yang lalu karena ada urusan yang penting.
"Kau pasti merindukanku, 'kan?" Syifa benar-benar terkejut saat Jungkook tiba-tiba saja berdiri di dekatnya. Padahal yang dia tahu, tadi dia hanya sendirian di ruang rawatnya.
Maaf membuat kamu menunggu.
Syifa hanya tersenyum setelah menatap tulisan yang Jungkook tunjukan dari ponselnya.
"Gak apa-apa."
Setelah itu Jungkook menunjukan bungkusan makanan yang dia bawa dan meletakannya di atas pangkuan Syifa. Belum sempat Syifa bertanya, Jungkook sudah berjalan menuju pintu dan menghalanginya agar tak bisa terbuka dengan mudah.
"Ini untukmu. Tadi setelah aku jalan-jalan, aku ingat padamu dan aku membelikannya."
Syifa sedikit ragu ketika Jungkook membuka bungkusan makanan itu. "Suga hyung sering membeli makanan halal, jadi aku yakin ini makanan yang cocok untukmu."
Jungkook melihat sekilas Syifa dan tersenyum. Dia yakin gadis itu sama sekali tak mengerti apa yang dia katakan. Dia sungguh gemas karena bahasa benar-benar menyekat komunikasi mereka berdua. Padahal Jungkook benar-benar ingin membicarakan banyak hal dengan Syifa.
Jungkook mengetikan sesuatu di ponselnya kemudian menunjukannya pada Syifa.
Makanan ini aman.
"Ah gitu? tapi kenapa Kookie cuman beli satu?"
Untungnya Jungkook cukup cekatan merekam suara Syifa sehingga dengan cepat aplikasi penerjemah di ponselnya menangkap apa yang Syifa katakan kemudian menerjemahkannya ke bahasa Korea.
"Agar kita bisa memakannya berdua. Aku membawa 2 sumpit. Ini untukmu dan ini untukmu."
Kookie bikin baper aja.
Meskipun Syifa tak mengerti sepenuhnya apa yang Jungkook katakan, dia yakin Jungkook mengatakan jika mereka akan memakannya bersama.
TBC🖤
11 Jul 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Hearts✔️
Fanfiction"Aku sadar, perasaanku hanya sebatas goresan pena di atas kertas yang telah usang."