"Hati dan jiwa gue udah terikat sama Abinra. Jadi, gue akan paham kalau Abinra lagi kenapa-napa."
— Alvin Guswira Pradista —
**
Brian sedang mengecek formulir rumah sakit di depan komputernya. Pemuda itu terlalu fokus memainkan benda besar persegi itu sambil mengutak-atik keyboardnya.
Hingga, suara telefon mengintrupsi.
"Iya, halo?" Brian mengangkat telefon itu, mengangguk-angguk seakan penelfon di seberang akan paham dengan tindakannya.
"Kalian hati-hati, kalau waktunya tepat ... turunkan helikopter, biar saya yang turun ke sana."
—
Hari ini Sakala menginjakkan kakinya lagi ke tempat yang diberi nama 'sekolah'. Sebenarnya Sakala bisa saja masuk kembali sejak pulang dari rumah sakit, namun, dirinya terlalu pusing memikirkan Abinra.
Walau kemarin malam Alvin datang kerumahnya dan memberi tahu letak posisi Abinra saat ini.
Hal pertama yang di dapatkan Sakala ketika menginjakan kakinya di parkiran sekolah adalah; gerombolan siswi, baik adik kelas, maupun teman seangkatannya. Sedang menggerombol ke arah Sakala.
Menanyakan keadaan pemuda kecintaan sekolahnya itu, semua orang senang ketika mendapat kabar bahwa pemuda itu masuk kembali.
Tujuan Sakala kembali bersekolah adalah; ujian nasionalnya sebentar lagi. Jadi dia ingin menyelesaikan masalah sekolah dulu, karena pendidikan nomor satu, bukan?
Di belakangnya sudah terdapat Minerva yang menggeram, sebal dengan gerombolan gadis tidak penting ini. Dirinya mengepalkan tangan hingga buku-buku kukunya memutih.
Terlebih, Minerva melihat Nathania di dalam gerombolan itu. Makin tambah sebal saja.
Sakala menoleh kearah Minerva, mengernyitkan alis binggung, menatap arah pandang Minerva ──Nathania.
Menarik lengan gadis itu agar mereka terbebas dari sana. Dengan senyum andalannya, Sakala menerobos pelan para gadis-gadis itu.
Mengantarkan Minerva ke kelasnya, Sakala berhenti tepat di depan kelas Minerva, agar gadis itu bisa bernafas lega.
"Bisa nafas, 'kan?" Sakala bertanya dengan nada mengejek.
"Bacot lo, balik sana ke kelas!"
Ketus,
itulah Minerva.
"Ketus amat neng," tawa Sakala menggelegar. "Cemburu karena liat Nath, ya?"
Minerva melebarkann matanya, "CIH? MANA SUDI!"
Tawa Sakala terhenti, perhatiannya teralihkan dengan mengusak pelan surai gadis itu.
"Jangan galak-galak, gak punya temen nanti."
"Bodoamat."
KAMU SEDANG MEMBACA
REBELLION (Completed)
Fiksi Remaja[Konflik sedikit membingungkan. Hanya ada 1000-1400 kata setiap part.] Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata 'geng'? Apakah bayanganmu akan seperti kebanyakan orang? Mereka berpikir kalau sebuah geng hanya untuk anak-anak berandal dan tidak t...