17|Permai

62 29 9
                                    

Permai berjalan menuju pinggir lapangan SMP Meteor sambil bersenandung riang. Sudah ada satu kotak bekal berisi sandwich kesukaan Devano di kedua tangannya. Ia mengabaikan rasa nyeri yang berasal dari bekas sayatan semalam. Luka itu masih basah, entah kenapa Permai mengabaikannya.

Semalam Devano meembuat janji sama Permai bahwa di pagi hari sebelum bel masuk sekolah, mereka akan bertemu.

'Pasti Devano ingin mengajak sarapan bersama!'

Permai yakin, Devano pasti merasa bersalah karena sudah meninggalkan dia pulang kemarin.

Tapi satu hal yang membuat Permai penasaran setengah mati. Azaria bilang, seorang cowok berseragam SMP Lintang lah yang memberikan informasi akan keberadaan dirinya yang terkunci di markas Mbak Sur kemarin. Permai menghela napas. Sungguh, Permai sangat ingin bertemu dengan cowok itu dan mengucapkan terima kasih sebanyak- banyaknya.

Sayangnya, Azaria pun tidak tahu siapa nama cowok misterius itu.

"Devano Denatario Putra!!"

Permai berlari kecil sambil memekikan sebuah nama. Gadis itu tersenyum lebar melihat Devano yang sudah berdiri tegap di pinggir lapangan sambil menoleh ke arahnya.

'Devano oh Devano.'

Masih pagi aja jantung Permai udah dibikin hampir copot, gimana kalau sore.

"BUAH MANGGISSSS...BUAH NANGKA... KAMU MANISS...AKU TAK SANGKA!!" buka Permai dengan sebuah pantun manis di pagi hari. Gadis itu sudah berdiri di hadapan Devano.

"Dev? Devano? Devano tahu enggak perbedaan Devano dengan jaringan?" tanya Permai membuat Devano mengerutkan dahi.

'Jaringan?'

"Enggak." jawab Devano singkat.

"Kalau jaringan itu 4G, kalau Devano 4 ME." jawab Permai sambil memandang Devano malu-malu.

"Dev, Devano? Aku boleh enggak pegang tangan kamu, sebentar ajaaaa..." ujar Permai.

Hm..

"Mau ngapain? Kita lagi di sekolah." jawab Devano.

"Soalnya aku mau ngerasain, gimana sih rasanya pegang tangan malaikat..." jawab Permai masih dengan gombalan mautnya.

Gaskeunnn Mai...

"Devano? Devano hari ini udah minum a*ua belum?" tanya Permai lagi-lagi membuat Devano heran.

'Apalagi ini?'

"Belum. Kenapa?" tanya Devano.

"Harusnya kamu minum dulu Dev, biar fokus kamu hanya ke aku doang." ujar Permai sambil menyentuh wajah Devano agar menghadapnya.

"Dev, Devano? Devano tahu engg- "

"Gue mau putus, Mai." potong Devano membuat Permai bergeming. Kotak bekal yang ada digenggamannyapun langsung terjatuh, tangan meluruh ke bawah.

Gadis itu lalu tertawa kecil. "Devano pasti mau gombalin Permai ya?! Enggak akan mempan Dev, aku ini ratu gombal sejagat raya kalau kamu perlu tahu!" ujar Permai mengalihkan.

"Gue serius." kata Devano menusuk. Permai menahan rasa sakit di dadanya. Gadis itu lalu berjongkok dan mengambil kotak bekalnya.

Cairan kristal bening sudah tertahan di kedua sudut matanya, Permai berdiri dan memandang Devano dengan sorot yang sulit diartikan.

"Salah Permai apa Dev?" tanya Permai sambil menahan sesak. Gadis itu tahu bahwa Devano serius dengan perkataannya.

"Lo enggak salah apa-apa Mai. Gue yang salah." ujar Devano dengan sedikit rasa bersalah yang mulai menjalari tubuhnya.

Permai World [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang