Hinata mengerang. Kepalanya terasa sakit. Namun yang membuatnya terbangun adalah suara-suara aneh yang terdengar seperti beberapa orang yang sedang mengobrol. Ketika ia mengerjapkan matanya, berusaha memusatkan fokusnya, yang dilihat justru satu sosok berambut merah yang sedang meringkuk sangat jauh darinya.
Gadis itu lalu mengedarkan pandangannya. Mengenali tempat asing. Hinata menduga tempat itu adalah sebuah gudang besar yang tidak di pakai lagi. Seluruh ruangan berdebu dan atapnya sedikit rusak. Beberapa bagian atapnya berlubang sementara jendela kaca besar di dekat atapnya, pecah.
Hinata sadar, ia dikunci. Tangannya terikat kencang di sebuah tiang begitu juga dengan kakinya. Ia di dudukkan di lantai berdebu. Gadis itu mengedarkan pandangannya sekali lagi. Mencari benda tajam secara sembunyi-sembunyi yang bisa membantunya melepaskan diri. Namun, ia tiba-tiba dikejutkan dengan suara teriakan kencang dari sosok merah itu.
Sosok itu Gaara. Hinata mengenalinya, tapi juga tidak mengenalinya. Secara fisik, pria itu adalah Gaara, tapi gadis itu tidak mendapati Gaara ada di sosok itu.
Pria itu berteriak, mengerang, mengamuk. Walaupun pria itu tidak melampiaskannya pada Hinata, tapi tetap membuat itu ketakutan. Terkadang pria itu berbicara dengan nada ketakutan, terkadang pria itu berbicara dengan nada tinggi. Suaranya menggelegar, menggema di dinding-dinding lapuk bangunan.
"Tidak... tidak. Aku tidak bisa melakukannya. Itu bisa melukainya."
Gaara menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tangannya menjambak rambut merahnya itu kuat-kuat dan dari sorot matanya, ia tampak ketakutan. Sesaat kemudian ia berteriak, memaki seseorang. Ia berbicara dengan nada tinggi seakan sedang memarahi orang itu.
"Itu adalah sesuatu yang harus dilakukannya untuk membuktikan cintanya padamu."
"Tidak. Aku tidak ingin menyakitinya." Gaara kembali ketakutan.
"Dia sudah menyakitimu!"
"DIAAAAM!"
Pria itu berteriak menggelegar. Kali ini jauh lebih keras dan seketika hening. Pria itu kembali meringkuk, kali ini semakin dalam menyembunyikan kepalanya.
Hinata menatap Gaara, dengan tatapan takut, sekaligus sedih. Di satu sisi traumanya membuat ia ketakutan. Namun hati nuraninya sebagai seorang dokter, tergerak untuk membantu pria itu.
"Ga... Gaara-kun." Panggil Hinata lirih. Tidak ada jawaban. Cukup lama, hingga akhirnya sosok itu berteriak yang mengejutkan Hinata.
"Tidak ada Gaara di sini!" Sosok itu beranjak, mendekati Hinata dengan langkah terburu-buru, lalu memenjarakan gadis itu dengan kedua tangannya. Hinata tercekat. Ia memundurkan tubuhnya, walau itu sia-sia. Jantungnya berdebar kencang dan ia merasakan jantungnya itu akan segera meledak dan membunuhnya. Melihat kemarahan Gaara membuatnya ketakutan. Pria itu menatap Hinata, memicing tajam dengan bibir menyeringai. "Dasar wanita jalang. Berani sekali kau menyebut namaku setelah apa yang kau lakukan padaku." Napas Hinata mulai memburu, traumanya hampir kambuh. "Kau pasti berharap aku mati, bukan? Kenapa kita tidak mati saja, bersama?"
"Ga... Gaara-kun." Hinata berusaha menenangkan Gaara ditengah-tengah ketakutannya. Namun pria itu justru membentaknya.
"DIAM! DIAM! DIAAAM!"
Hinata memejamkan matanya, karena ketakutan. Suara Gaara yang keras dan menggelegar itu membuatnya ketakutan setengah mati. Dalam ikatan, tangannya gemetar dan napasnya memburu semakin kencang. Peluh sudah mengucur sedikit demi sedikit.
Hinata berusaha mengontrol dirinya. Ia berusaha menggunakan akal sehatnya sebagai seorang tenaga medis. Berulang kali pikirannya yang lain menenangkan dirinya yang ketakutan. Namun sebagian besar diri Hinata sudah ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[zusshichan] The Purple Apple
RomancePurple means ambitions. Apple means temptation and sin. | SasuHina 18+